YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Setiap orang pasti mempunyai keinginan untuk memiliki rumah yang layak huni. Sama halnya dengan Triyanto, ayah dari Bripda M Taufik. Namun, apa daya, penghasilannya sebagai buruh bangunan hanya cukup untuk mengontrak rumah bekas kandang sapi.
"Ya, pengen anak-anak tinggal di tempat yang layak. Tapi, mampunya ini (bekas kandang sapi)," kata Triyanto saat ditemui di rumahnya di Dusun Jongke Tengah, RT 04/RW 23, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Kamis (15/1/2015).
Berada di tengah-tengah kebun dan dikelilingi kandang sapi, rumah semipermanen berukuran 2,5 x 5 meter itu disewanya seharga Rp 750.000 per bulan. Sering kali, hewan-hewan, seperti serangga, kalajengking, dan bahkan ular berbisa, masuk ke rumahnya. Namun, kondisi itu seakan sudah menjadi hal biasa bagi Triyanto, Bripda M Taufik, dan ketiga adik Taufik.
"Ya, ular weling, kobra sebesar lengan, sering. Tapi, kita biarkan. Saya dan anak sudah biasa. Kadang kalau duduk di depan, ular itu lewat," katanya.
Tak hanya soal hewan liar itu, Triyanto dan keluarganya pun hanya bisa menikmati listrik saat maghrib. Sebab, aliran listrik menyatu dengan kandang-kandang sapi.
"Listrik hidup itu baru maghrib. Barengan saat kandang sapi dihidupkan," katanya.
Ia menuturkan, semangat putranya untuk menjadi anggota polisi memang sangat besar, bahkan sudah sejak SMP. Setiap hari, putranya melatih fisiknya dengan berlari keliling desa. Selain melatih fisik, putranya juga rajin berpuasa Senin dan Kamis.
Sebelum mendaftar, M Taufik sengaja berjalan kaki ke rumah neneknya untuk meminta doa restu.
"Saya akui, tekad anak itu luar biasa," tuturnya.
Dengan telah masuknya anak pertama menjadi anggota kepolisian, Triyanto mengaku bersyukur dan gembira. Sebab, dengan segala keterbatasan yang ada, M Taufik mampu berjuang meraih cita-citanya. Dia pun berharap dengan diterimanya Taufik jadi anggota polisi bisa mengubah kondisi kehidupan keluarga.
"Ya, semoga bisa, untuk mengontrak-lah. Setidaknya sedikit lebih layak. Katanya Tafik mau ngontrak rumah kalau gajian pertama," ucapnya.
http://regional.kompas.com/read/2015/01/15/18273581/Rumahnya.Bekas.Kandang.Sapi.Bripda.M.Taufik.Sudah.Akrab.dengan.Ular.Berbisa
Berada di tengah-tengah kebun dan dikelilingi kandang sapi, rumah semipermanen berukuran 2,5 x 5 meter itu disewanya seharga Rp 750.000 per bulan. Sering kali, hewan-hewan, seperti serangga, kalajengking, dan bahkan ular berbisa, masuk ke rumahnya. Namun, kondisi itu seakan sudah menjadi hal biasa bagi Triyanto, Bripda M Taufik, dan ketiga adik Taufik.
"Ya, ular weling, kobra sebesar lengan, sering. Tapi, kita biarkan. Saya dan anak sudah biasa. Kadang kalau duduk di depan, ular itu lewat," katanya.
Tak hanya soal hewan liar itu, Triyanto dan keluarganya pun hanya bisa menikmati listrik saat maghrib. Sebab, aliran listrik menyatu dengan kandang-kandang sapi.
"Listrik hidup itu baru maghrib. Barengan saat kandang sapi dihidupkan," katanya.
Ia menuturkan, semangat putranya untuk menjadi anggota polisi memang sangat besar, bahkan sudah sejak SMP. Setiap hari, putranya melatih fisiknya dengan berlari keliling desa. Selain melatih fisik, putranya juga rajin berpuasa Senin dan Kamis.
Sebelum mendaftar, M Taufik sengaja berjalan kaki ke rumah neneknya untuk meminta doa restu.
"Saya akui, tekad anak itu luar biasa," tuturnya.
Dengan telah masuknya anak pertama menjadi anggota kepolisian, Triyanto mengaku bersyukur dan gembira. Sebab, dengan segala keterbatasan yang ada, M Taufik mampu berjuang meraih cita-citanya. Dia pun berharap dengan diterimanya Taufik jadi anggota polisi bisa mengubah kondisi kehidupan keluarga.
"Ya, semoga bisa, untuk mengontrak-lah. Setidaknya sedikit lebih layak. Katanya Tafik mau ngontrak rumah kalau gajian pertama," ucapnya.
http://regional.kompas.com/read/2015/01/15/18273581/Rumahnya.Bekas.Kandang.Sapi.Bripda.M.Taufik.Sudah.Akrab.dengan.Ular.Berbisa
* www.ayojambi.com/