Senin, 03 September 2018

Upacara Sejit Huat Cu Kong Di Klenteng Seng To Kheng

占碑聖道宮慶祝法主公圣壽千秋
JAMBI - Perayaan ulang tahun Kongco Huat Cu Kong di kelenteng Seng To Kheng di kawasan Lingkar Timur, Kelurahan Payo Selintah, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi.

Suasana meriah sejak pagi hari langsung terasa ketika memasuki area Kelenteng Seng To Kheng di kawasan Jalan Lingkar Timur, Kelurahan Payoselincah, Jambi Timur, hari ini (2/9-2018). Ribuan umat berdatangan untuk mengikuti sembahyang bersama memperingati hari ulang tahun (HUT) roh suci Tio Kong Seng Khun “Huat Cu Kong”

Shenren (bahasa mandarin) Tio Kong Seng Khun “Huat Cu Kong” merupakan shenren klenteng itu yang terdiri atas tiga dewa, yakni dewa dengan muka merah, muka hitam, dan muka hijau. “shenren itu merupakan dewa utama yang ada di altar kelenteng itu.”

Prosesi sembahyang Huat Cu Kong tersebut juga dilakukan tiga tahap. Pertama sembahyang dilakukan di altar utama kelenteng yang menghadap Tien (Tuhan), selanjutnya di dalam altar Tio Kong Seng Khun “Huat Cu Kong” dan terakhir sembahyang Kho Kun Ciong (sembahyang untuk para pengawal shenren), kali ini upacara dipimpin The Lien Teng Taoshe.

Tanoto Kusumah, ketua Klenteng Seng To Kheng, menyatakan bahwa perayaan hari ulang tahun Huat Cu Kong, kita meminta kepada para suci (dewa) dapat melindungi negara, katanya.

Tujuan sembahyang, adalah memohon keselamat kepada Tien (Tuhan), “Kita memohon kepada Tuhan agar melindungi bangsa dan tanah air Indonesia dari segala bencana serta masyarakat sejahtera.” Imbuh Tanoto Kusumah diselah melayani tamu yang berdatangan.

Legenda: Sejarah Tio Kong Seng Khun/ Fuat Cu Kong : Tio Kong Seng Khun terdiri dari tiga taoshe/ saikong yang setiap hari mengeliling desa ke desa, mereka keliling untuk memberikan pemberkatan buat masyarakat. Pada suatu hari, mereka tengah melintasi sebuah desa yang sedang kepanikan, karena ada seekor ular raksasa jelmaan dari siluman, ular tersebut setiap tahun meminta korban manusia, apabila warga setempat tidak menyediakan anak laki-laki, maka ular itu akan mengobrak abrik seluruh desa.

Dari pada desa dihancurkan ular siluman, maka warga adakan undian untuk menyediakan anak laki-laki yang bakal dikorbankan buat santapan ular itu. Tiba giliran salah satu warga yang mana sebelumnya telah mengkorbankan anak laki-lakinya, maka warga tersebut tidak rela harus mengkorbankan satu-satunya cucu kesayangannya.

Tiga taoshe/ Saikong yang tiba di desa itu menanyakan apa yang telah menimpah penduduk, sehingga membuat penduduk menjadi ketakutan, maka wargapun mengatakan persoalan mereka kepada ketiga taoshe, oleh ketiga taoshe dianjurkan agar warga menyediakan berbagai sesajian, setelah semua keperluan taoshe telah lengkap, maka taoshe Tio Kong Seng Khun (shenrennya berwarna hitam) yang pertama berusaha menangkap ular siluman itu, ternyata ular itu susah untuk ditaklukan, maka Tio Kong Seng Khun dibantu oleh kedua rekannya yang bernama Siau Kong Seng Khun (shenrennya bewarna hijau) dan Chiong Kong Seng Khun (shenrennya berwarna merah).

Berkat bantuan kedua rekan Tio Kong Seng Khun akhirnya ular siluman dapat ditangkap, namun ular itu melakukan perlawanan dengan cara melilit sekujur tubuh Tio Kong Seng Khun, keduanya berusaha untuk saling mengalahkan, ternyata keduanya meninggal dalam pertempuran, pada saat itu juga Tio Kong Seng Khun dan ular siluman menjadi asap dan terbang ke angkasa, ular itu kini menjadi senjata andalan para taoshe.

Sembahyang dilakukan pukul 09.00-13.00 WIB, dilanjutkan jamuan makan bersama yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat dan pengusaha di Jambi, Jakarta dan Singapure. Tidak ketinggalan tamu-tamu diselingi hiburan karaoke.(Romy)