Sabtu, 23 Oktober 2010

Sakyakirti Gelar Pindapatta

JAMBI - Sebanyak 8 bhikku asal Sangha Agung Indonesia menjalankan tradisi Pindapatta atau Pindapattra dengan mengililing Kota Jambi, Minggu (24/10). Kegiatan ini salah satu rangkaian perayaan menyambut Hari kathina 2554/BE.

Pindapatta/ Pindapattra merupakan tradisi dikalangan umat Buddha di mana para bhikkhu Sangha Agung Indonesia berkeliling demi memperoleh persembahan dari umat berupa uang atau makanan. Para bhikkhu wajib berjalan kaki di bawah teriknya matahari tanpa alas kaki. Mereka membawa Patta (mangkok) sambil terus berjalan dengan kepala tertunduk.

Dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki, delapan bhikkhu dari Sangha Agung Indonesia terdiri YM Biksu Jaya Bhumi, disusul Biksu YM Giri Virya, Bhikkhu/ Bhikkhuni dan Samanera, mereka mengenakan jubah warna cokelat dan oranye, diikuti puluhan anak muda berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.

Di atas jalan aspal yang kasar dan panasnya matahari untuk ditapaki dengan kaki telanjang, terlihat wajah sabar terpancar dari para bhikku berjalan menyusur Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Halim Perdana Kusuma, Jalan Raden Mattaher, Jalan Gatot Subroto kembali ke vihara sambil menenteng patta, sedangkan anak muda yang berada di sampingnya dengan menenteng kardus/ kantong plastik warna hitam.

Dalam pindapatta/ Pindapattra di Kota Jambi ini, menyusur jalan-jalan untuk mendapat dharma berupa makanan dari para umat. Di sepanjang rute yang dilalui, umat telah menanti dengan sabar memberikan beraneka ragam keperluan makan kepada bhikkhu yang telah melepas 'hidup' nya karena melayani umat.

Dengan kehadiran bhikkhu Sangha ini telah dinanti-nantikan ratusan warga di sepanjang jalan. Umat Buddha yang menanti bhikku bersujud sambil memberikan uang dalam angpau, beras, mie instan, biskuit, sabun, dan obat-obatan kepada para bhikkhu tersebut.

Puncak perayaan Hari Kathina/ Berdana dilakukan pada siang harinya, dipimpin bhikkhu YM Biksu Jaya Bhumi.

Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Romo Balamitta mengatakan, “Dengan memberi persembahan kepada bhikkhu Sangha, umat akan memperoleh pahala dari Sang Pencipta. Selain itu, kita juga akan disenangi orang banyak, usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan,” katanya.

Kembali Balamitta menjelaskan, Pindapatta/ Berpindapattra merupakan salah satu tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun silam. Dimana pada hari tertentu, para bhikkhu melatih diri menjalani kehidupan sehari-hari secara sederhana, belajar menghargai segala pemberian orang lain, menyadari bahwa hidup ini adalah bergantung satu sama lain. Mereka juga melatih kesadaran serta merenungkan fungsi utama makan adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, bukan mencari kenikmatan dunia.

Kata ”Pindapatta/ Pindapattra” sendiri berarti menerima persembahan makanan. ”Patta” atau ”Patra” adalah mangkok makanan yang dibawa para bhikku/ bhikuni. Pada masa lalu, patta terbuat dari buah labu yang disayat bagian atasnya, lalu dikerok bagian tengah atau isinya. Bagian kulitnya kemudian dikeringkan sehingga berbentuk mangkok yang cukup besar. Mangkok inilah yang digunakan oleh para bhikkhu menerima persembahan dari para umat. Namun, karena patta jenis ini rapuh dan mudah rusak, maka diganti mangkuk dari logam, seperti tembaga, kuningan, dan aluminium. (rom)

http://ayojambi.com/
http://tradisi-jambi.blogspot.com/
http://multmedia.multiply.com/
http://multi-nusantara.blogspot.com/
http://komunitas-jambi.blogspot.com/
http://media-fotografers.blogspot.com/
http://makin-jambi.blogspot.com/
http://pexi-jambi.blogspot.com/
http://www.griyakuliner.com/
http://www.youtube.com/my_videos
http://www.kompas.com/