KOMPAS.com — "Semua kacau. Orang-orang lari, teriak-teriak. Gelap. Asap putih di mana-mana. Suara dari Kali Gendol meledak-ledak, keras, kayak perang lho Mas," kata Sri Yono (49), menceritakan suasana setelah Gunung Merapi meletus, Jumat (5/11/2010) dini hari.
“Semua kacau. Orang-orang lari, teriak-teriak. Gelap. Asap putih di mana-mana. Suara dari Kali Gendol meledak-ledak, keras, kayak perang lho Mas.” -- Sri Yono
Sri adalah satu satu perangkat Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Dia bertugas di barak pengungsian di Glagaharjo. Dia menceritakan, setelah terjadi getaran hebat, seluruh petugas langsung mengevakuasi sekitar 1.700 pengungsi dari 10 dusun. Jarak barak sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi dan hanya berjarak 200 meter dari Kali Gendol.
Dikatakan Sri, dengan sepeda motor, ia lalu naik ke atas untuk memberi tahu tetangga-tetangganya yang masih bertahan di rumah di RT 1 RW 2 Dusun Besalen. "Saya naik di atas sudah banyak asap. Saya jatuh ke parit. Saya minta tolong enggak ada yang bantu. Terus saya angkat sendiri. Motor enggak mau nyala. Ya udah, saya gelontorin aja," cerita dia di RSUD Sardjito, Yogyakarta.
Di Sardjito, Sri mencari Aris W (19), putranya yang juga relawan. Aris bertugas di barak Glagahmalang yang letaknya 10 kilometer dari puncak Merapi. "Aris saya bel (telepon) enggak bisa. Mungkin dibawa ke sini (Sardjito)," katanya.
Di Sardjito, setidaknya 35 korban dibawa dengan mobil-mobil ambulans. Satu anak tewas. Hingga pukul 05.30, korban masih terus berdatangan. Mayoritas korban mengalami luka bakar akibat semburan awan panas.
http://regional.kompas.com/read/2010/11/05/05504358/
“Semua kacau. Orang-orang lari, teriak-teriak. Gelap. Asap putih di mana-mana. Suara dari Kali Gendol meledak-ledak, keras, kayak perang lho Mas.” -- Sri Yono
Sri adalah satu satu perangkat Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Dia bertugas di barak pengungsian di Glagaharjo. Dia menceritakan, setelah terjadi getaran hebat, seluruh petugas langsung mengevakuasi sekitar 1.700 pengungsi dari 10 dusun. Jarak barak sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi dan hanya berjarak 200 meter dari Kali Gendol.
Dikatakan Sri, dengan sepeda motor, ia lalu naik ke atas untuk memberi tahu tetangga-tetangganya yang masih bertahan di rumah di RT 1 RW 2 Dusun Besalen. "Saya naik di atas sudah banyak asap. Saya jatuh ke parit. Saya minta tolong enggak ada yang bantu. Terus saya angkat sendiri. Motor enggak mau nyala. Ya udah, saya gelontorin aja," cerita dia di RSUD Sardjito, Yogyakarta.
Di Sardjito, Sri mencari Aris W (19), putranya yang juga relawan. Aris bertugas di barak Glagahmalang yang letaknya 10 kilometer dari puncak Merapi. "Aris saya bel (telepon) enggak bisa. Mungkin dibawa ke sini (Sardjito)," katanya.
Di Sardjito, setidaknya 35 korban dibawa dengan mobil-mobil ambulans. Satu anak tewas. Hingga pukul 05.30, korban masih terus berdatangan. Mayoritas korban mengalami luka bakar akibat semburan awan panas.
http://regional.kompas.com/read/2010/11/05/05504358/