JAMBI, TRIBUNJAMBI.COM - Retno Purwanti tim peneliti dari Balai Arkeologi Palembang yang dhubungi Tribun via telepon Minggu (27/2) mengatakan, dia dan beberapa petugas Balai Arkeologi Palembang sudah meninjau ke Sungai Gelam. "Dugaan sementara, tempayan kuburan itu berasal dari tradisi prasejarah. Tapi kita masih meneliti," katanya.
Retno memperkirakan khusus tempayan digunakan untuk kuburan sekunder. Maksudnya, jasad yang sudah terkubur digali lagi dengan ritual tertentu, dan diambil tulang belulangnya. Lalu, dimasukkan ke dalam tempayan, kemudian dikuburkan lagi.
Muhammad Busri mengakui pernah menemukan tempayan, periuk, kendi, uang logam kuno dan senjata. Namun, dia lupa tanggal dan hari penemuan tersebut. Hasil temuan itu sangat di luar dugaan, karena membuat heboh desanya. Selain itu para pemburu harta karun pun berbondong-bondong datang ke tempatnya.
Kata Busri, benda-benda yang menjadi incaran pemburu harta karun itu ia temukan di belakang rumahnya saat mau menggali tanah untuk membuat septictank.
"Waktu itu saya mau menggali tanah, tiba-tiba ada seperti genteng. Padahal rumah saya tidak beratap genteng kok bisa muncul. Lalu kami gali lagi, dan rupanya muncul lagi di sebelahnya," ujar Busri kepada Tribun.
Lantas temuan tadi dia laporkan ke Museum Negeri Jambi. Namun, oleh petugas museum disarankan ke BP3 Jambi. "Ya, tentulah saya laporkan ke pihak yang berwenang. Dan petugas BP3 pun langsung turun ke lapangan dan memotret temuan saya tersebut. Sekarang benda-benda cagar budaya itu masih tersimpan di rumah saya," katanya.
M Busri mengatakan jerih payahnya harus diganti dengan imbalan yang wajar. "Saya tidak mematok tarif, namun upaya penemuan ini, dengan kerja keras menggalinya, mesti diganti dengan imbalan yang wajar," ujar Busri.