Sabtu, 09 April 2011

Doa Untuk Leluhur Secara Turun Temurun

JAMBI – Sebagai keturunan yang sholeh adalah keturunan yang berbakti kepada orangtua maupun terhadap para leluhur, baik di masa mereka masih hidup maupun telah wafat. Seperti pada saat perayaan Ceng Beng atau berziarah ke makam orangtua dan leluhur, sebagai keturunan, mempunyai kewajiban untuk lakukan sembahyang di depan makam atau nisan orangtua/ leluhur.
Walaupun mereka jauh dari kampung halaman (luar kota), namun pada waktu sembahyang Ceng Beng (Qing Ming), mereka akan kembali ke kampung halaman untuk sembahyang orangtua maupun leluhur.

Karena itu tidak heran kalau dalam setiap keluarga, memberikan penghormatan kepada leluhur menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama. Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri.

Seperti, kuburan Tan Chung Ming yang wafat pada tahun 1916, setiap tahun selalu disembahyangi oleh cucunya yang yang bernama Chu Kung Heng (74), Chu Kung Heng sengaja datang dari daerah Nipah Panjang, kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.

Dimasa hidup almarhum Tan Chun Ming, pada jaman Belanda beliau berpangkat kapitan (kapten) dan bentuk rambutnya kepang (seperti masa dinasti Qing/ Manchuria).

Tan Chung Ming dimakamkan diatas tanah seluas lebih kurang seratus meter persegi, tanah tersebut pribadi Tan Chung Ming, selain makam Tan Chung Ming yang didampingi sang istri, anak dan cucu.

Menurut penuturan Chu Kung Heng di kuburan pribadi milik buyutnya yang terletak di Jalan Kirana II, Kota Jambi. “Ini makam orangtua mama (Tan Giok Tuang), sebelum mama wafat setiap tahun mama selalu berziarah makam buyut di hari Ceng Beng/ Qing Ming.” Sedangkan paman-pamannya yang tinggal di Jakarta tidak sempat hadir di saat Ceng Beng.


Sebelum mama meninggal, mama berpesan kepadanya agar anak-anaknya hingga ke cucu, cicitnya selalu melakukan sembahyang di makam buyut mereka pada saat Ceng Beng, “Jangan lupa setiap tahun lakukan ziarah ke makam leluhur” maka seusai Chu Kung Heng berziarah ke makam ibunya yang di pemakaman masyarakat Tionghoa, Jalam Kapten Pattimura, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, kota Jambi, bersama dengan anak dan menantunya. Langsung ke makam buyutnya dengan membawa berbagai perlengkapan, seperti kertas sembahyang/ kim cu dan gen cua, buah-buahan, kue, uang alam baka, baju dan sepatu yang terbuat dari karton. (rom-yul)