Senin, 20 Juni 2011

Melepaskan Nafsu Dunia Dengan Menjalani Atthasila

JAMBI - Menjalani Atthasila merupakan satu kewajiban bagi setiap umat Buddha yang memutuskan untuk menjalani hidup menjadi murid sang Buddha. Tentunya ini menjadi patokan bahwa seseorang sudah melafazkan dirinya untuk melepaskan nafsu dunia.

Ada beberapa persyaratan yang harus diikuti dalam menjalani ritual Atthasila. Menurut Bhikkhuni Miao Tan Fa She asal Taiwan, bahwa ada lima sila yang harus dipatuhi. Di antaranya adalah tidak membunuh makhluk hidup, tidak mencuri, tidak mengambil sesuatu yang tidak diberikan, tidak melakukan pelanggaran seksual, tidak berbohong, menipu dan tidak minum minuman keras, alkohol. “Ini merupakan peraturan dasar yang harus diikuti oleh umat dalam menjalani ajaran Buddha,” ujarnya.
Selain itu, ada tambahan tiga sila lagi yang juga harus diikuti oleh umat. Ini disebut dengan istilah delapan sila. Tambahannya adalah tidak makan makanan setelah tengah hari sampai fajar keesokan harinya. Tidak menonton pertunjukan (sinetron, dsb), tidak nyanyi, tidak dengar musik. Tidak menggunakan bahan kosmetik atau hal yang bertujuan untuk memperindah tubuh. Terakhir tidak duduk dan tidur di tempat yang tinggi dan mewah.


Khusus untuk peraturan tidak makan setelah tengah hari ternyata memiliki beberapa kompensasi. Umat diperbolehkan untuk minum jus yang terbuat dari buah-buahan yang besarnya tidak melebihi kepalan tangan seperti jeruk dan apel. Atau minum teh bagi yang memiliki penyakit mag.

Beberapa vihara di Kota Jambi telah mengadakan palatihan Atthasila. Bahkan ada peserta yang diwajibkan untuk tidak menjalin komunikasi dengan dunia luar selama mengikuti ritual Atthasila. Salah satunya di Yayasan Buddha Amithaba yang biasanya menyediakan waktu hingga dua hari untuk menjalani ritual Atthasila. “Ada beberapa section ritual yang dijalani. Mereka bisa istirahat pada jam-jam tertentu yang sudah ditentukan. Selebihnya, harus benar- benar mengikuti ritual Atthasila dengan baik dan benar,” ujar Asiang, pengurus Yayasan Buddha Amitabha.

Selain itu, puncak dari kegiatan Atthasila juga dilengkapi doa kepada para leluhur yang telah meninggal. Secara bersama-sama mereka akan mengirim doa dengan menuliskan nama leluhur pada satu kertas yang akan ditempelkan di dinding. Setelah doa digelar, kertas tersebut akan dibakar bersama-sama. “Ini salah satu kegiatan yang wajib digelar: memberikan doa kepada saudara kita yang sudah meninggal dunia. Itu juga salah satu tanda bakti kita kepada leluhur yang telah meninggal,” katanya