Yang pertama tentunya di Gardu Induk (GI) PLN Payo Selincah, Kelurahan Selincah, Kecamatan Jambi Timur, yang membuat sebagian Kota Jambi tanpa aliran listrik. Selanjutnya, pascakebakaran GI tersebut, kebakaran di tempat lain silih berganti.
Kepala Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Jambi Drs H A Ridwan Msi kepada wartawan mengatakan, pascameledaknya GI Payo Selincah, intensitas kebakaran memang sangat tinggi. Tercatat, hingga Minggu malam, ada sembilan kasus kebakaran yang terjadi di Kota Jambi.
Di antaranya, tiga kebakaran di wilayah Kecamatan Jambi Timur, seperti kebakaran ruko tiga pintu di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Sijenjang, Perumahan Garuda Dua di Payo Selincah dan kebakaran terakhir di Kecamatan Jambi Selatan.
Menurut Ridwan, dalam Minggu (8/7) bahkan ada lima kasus kebakaran. Di antaranya, rumah warga di Jerambah Bolong, Kecamatan Jambi Selatan, Perumahan Permata Biru Kecamatan Kota Baru, rumah warga di Tanjung Lumut, TPA Talang Gulo, Kecamatan Kota Baru dan rumah warga di Kelurahan Wijaya Pura Kecamatan Jambi Selatan.
Dari kasus-kasus kebakaran tersebut, 40 persen penyebabnya adalah korsleting. Sedangkan sisanya disebabkan oleh kelalaian masyarakat.
"Saya tidak tahu, apakah kebakaran yang terjadi karena pemadaman listrik. Kan, kita tidak bisa berspekulasi terlalu cepat. Yang jelas itu kelalaian dari masyrakat itu sendiri," kata Kadis Damkar.
Meningkatnya kasus kebakaran dalam beberapa hari di Kota Jambi, membuatnya meningkatkan kewaspadaan. Dia pun menugaskan 150 petugas damkar yang ada untuk siap di kantor dan harus stand by. Petugas sebanyak itu dibagi dalam sift. Jumlah armadanya sembilan mobil.
Jumlah tersebut dirasa sangat kurang untuk meng-handle wilayah Kota Jambi. Ridwan mengatakan, jumlah ideal armada Damkar untuk Kota Jambi adalah 30 unit. Hal ini menimbang beberapa faktor yakni volume, jumlah penduduk dan luas wilayah kota Jambi.
Dijelaskannya, idealnya setiap unit mobil menangani 20 ribu penduduk. Sedangkan berdasarkan sensus terakhir, jumlah penduduk kota Jambi mencapai angka 600 ribu jiwa. "Artinya jumlah unit armada yang dimiliki sekarang ini tidak sebanding dengan keadaan yang ada," katanya.
Namun dikatakannya, hal itu tidak lantas membuat semangat kinerja tim penakluk api tersebut kendor. Dengan keadaan yang ada saat ini pihaknya akan terus berupaya optimal dalam bertugas. Di sisi lain, ia berupaya untuk terus menambah inventarisasi Damkar.
"Kota Jambi memiliki delapan kecamatan. Saat ini baru ada tiga pos yakni di Jambi Selatan, Seberang dan Kota Jambi sebagai induk. Harapannya nanti tiap kecamatan ada pos sendiri, dengan 20 pos pembantu," katanya.
Untuk menekan angka kebakaran, terlebih pada musim kemarau saat ini pihaknya mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola segala bentuk sumber api. Dari sejumlah kebakaran tiga hari terakhir disebabkan lalainya masyarakat mengawasi api, seperti lilin, bakar lahan dan genset.
Dia mengatakan, jika dihitung per Januari 2011, jumlah kebakaran di Kota Jambi sebanyak 50 kasus. Sebanyak 70 persen kebakaran dipicu arus pendek listrik, sedang yang 30 persen disebabkan hal lain semisal kompor meledak, lilin, pembakaran lahan, rokok, dan lainnya.
"Kami mengimbau kepada masyarakat tetap memantau sumber api. Jika ingin bakar ladang, tebas dulu rumputnya baru dibakar dan dipantau. Pastikan komponen listrik terawat, kabel usia 15 tahun harus diganti. Jangan tinggalkan rumah dalam keadaan ada sumber api menyala, seperti lilin, kompor dan lainnya," katanya.
http://jambi.tribunnews.com/2011/07/12/di-jambi-tiga-hari-sembilan-kebakaran
Di antaranya, tiga kebakaran di wilayah Kecamatan Jambi Timur, seperti kebakaran ruko tiga pintu di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Sijenjang, Perumahan Garuda Dua di Payo Selincah dan kebakaran terakhir di Kecamatan Jambi Selatan.
Menurut Ridwan, dalam Minggu (8/7) bahkan ada lima kasus kebakaran. Di antaranya, rumah warga di Jerambah Bolong, Kecamatan Jambi Selatan, Perumahan Permata Biru Kecamatan Kota Baru, rumah warga di Tanjung Lumut, TPA Talang Gulo, Kecamatan Kota Baru dan rumah warga di Kelurahan Wijaya Pura Kecamatan Jambi Selatan.
Dari kasus-kasus kebakaran tersebut, 40 persen penyebabnya adalah korsleting. Sedangkan sisanya disebabkan oleh kelalaian masyarakat.
"Saya tidak tahu, apakah kebakaran yang terjadi karena pemadaman listrik. Kan, kita tidak bisa berspekulasi terlalu cepat. Yang jelas itu kelalaian dari masyrakat itu sendiri," kata Kadis Damkar.
Meningkatnya kasus kebakaran dalam beberapa hari di Kota Jambi, membuatnya meningkatkan kewaspadaan. Dia pun menugaskan 150 petugas damkar yang ada untuk siap di kantor dan harus stand by. Petugas sebanyak itu dibagi dalam sift. Jumlah armadanya sembilan mobil.
Jumlah tersebut dirasa sangat kurang untuk meng-handle wilayah Kota Jambi. Ridwan mengatakan, jumlah ideal armada Damkar untuk Kota Jambi adalah 30 unit. Hal ini menimbang beberapa faktor yakni volume, jumlah penduduk dan luas wilayah kota Jambi.
Dijelaskannya, idealnya setiap unit mobil menangani 20 ribu penduduk. Sedangkan berdasarkan sensus terakhir, jumlah penduduk kota Jambi mencapai angka 600 ribu jiwa. "Artinya jumlah unit armada yang dimiliki sekarang ini tidak sebanding dengan keadaan yang ada," katanya.
Namun dikatakannya, hal itu tidak lantas membuat semangat kinerja tim penakluk api tersebut kendor. Dengan keadaan yang ada saat ini pihaknya akan terus berupaya optimal dalam bertugas. Di sisi lain, ia berupaya untuk terus menambah inventarisasi Damkar.
"Kota Jambi memiliki delapan kecamatan. Saat ini baru ada tiga pos yakni di Jambi Selatan, Seberang dan Kota Jambi sebagai induk. Harapannya nanti tiap kecamatan ada pos sendiri, dengan 20 pos pembantu," katanya.
Untuk menekan angka kebakaran, terlebih pada musim kemarau saat ini pihaknya mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola segala bentuk sumber api. Dari sejumlah kebakaran tiga hari terakhir disebabkan lalainya masyarakat mengawasi api, seperti lilin, bakar lahan dan genset.
Dia mengatakan, jika dihitung per Januari 2011, jumlah kebakaran di Kota Jambi sebanyak 50 kasus. Sebanyak 70 persen kebakaran dipicu arus pendek listrik, sedang yang 30 persen disebabkan hal lain semisal kompor meledak, lilin, pembakaran lahan, rokok, dan lainnya.
"Kami mengimbau kepada masyarakat tetap memantau sumber api. Jika ingin bakar ladang, tebas dulu rumputnya baru dibakar dan dipantau. Pastikan komponen listrik terawat, kabel usia 15 tahun harus diganti. Jangan tinggalkan rumah dalam keadaan ada sumber api menyala, seperti lilin, kompor dan lainnya," katanya.
http://jambi.tribunnews.com/2011/07/12/di-jambi-tiga-hari-sembilan-kebakaran