Jumat, 11 November 2011

Tradisi Warga Tionghoa Membakar Rumah

JAMBI – Tradisi membakar rumah-rumahan yang terbuat dari bahan bambu, karton, kertas warna warni dan pernak pernik lukisan serta segala perlengkapan rumah tanggal, tradisi membakar rumah-rumahan berikut segala isi ini untuk dikirim kepada arwah orangtua maupun leluhur mereka yang telah wafat, rumah-rumahan tersebut untuk kebutuhan tempat tinggal arwah yang menepati di alam baka.
Tradisi mengirimkan rumah-rumahan masih dipertahankan hingga kini, tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka yang mayolitas beragama Khonghucu secara turun temurun, tradisi mengirim rumah-rumahan dilakukan setelah orangtua mereka meninggal genap tiga tahun.

Seperti Darman Wijaya (Wang Chui Hui) sekeluarga, memperingati tiga tahun wafatnya ibundanya dengan mengirimkan rumah-rumahan berikut segala isinya, agar orangtuanya di alam baka, memiliki tempat tinggal seperti kita yang hidup di dunia fana, “Tiga tahun mama meninggal, maka kita kirim rumah-rumahan lengkap dengan isinya, agar mama disana mempunyai tempat tinggal yang layak seperti kita.” Kata Darman Wijaya disela upacara sembahyang.

Ujar Lim Tek Chong taoshe,”Tradisi ini, masih kuat bertahan sampai kini, tradisi membakar rumah-rumahan sebagai bentuk kebaktian seorang seorang anak kepada orangtuanya, mereka mengirimkan rumah-rumahan dengan cara membakar berikut segala isi rumah, seperti alat rumah tangga, diantaranya perlengkapan alat dapur, perlengkapan ruang tamu, kamar tidur, mobil-mobilan.” Ujar Lim Tek Chong.

Semua bahan diletakan didalam rumah-rumahan, setelah itu anak laki-laki melakukan sembahyang dengan mengundang roh/ arwah orangtua mereka untuk dapat menempati rumah-rumahan yang dibeli oleh anak-anak lekaki, seusai itu baru rumah-rumahan dibakar. (Romy)