Jumat, 13 Januari 2012

Partisipasi Masyarakat Tionghoa Dalam Bencana Kebakaran

KUALA TUNGKAL. JAMBI - Masyarakat di Kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabar) pada umumnya menghubungi Yayasan Budi Luhur apabila terjadi musibah kebakaran, Yayasan Budi Luhur selain dikenal sebagai yayasan bergerak dibidang kematian juga di kenal dari kegiatan sosialnya, yaitu membantu kebakaran di Kuala Tungkal dan sekitarnya dengan mengadakan 3 unit mobil pemadam kebakaran (damkar). Kendaraan itu hampir tiap kali ada kebakaran selalu andil membantu masyarakat. Makanya masyarakat Tanjabbar khususnya Kuala Tungkal mengenal betul Yayasan yang dibentuk oleh kalangan etnis Tionghoa di Tanjab Barat, Provinsi Jambi, sejak tahun 2000 lalu.
Pencetus ide pertama kali untuk mengadakan kendaraan pemadam kebakaran ini adalah Saiyuti, ketua Yayasan Budi Luhur Kuala Tungkal, menurut Saiyuti, “Bahwa Kuala Tungkal adalah kota yang rawan terhadap musibah kebakaran, dalam setahun bisa terjadi beberapa kali terjadi kebakaran, sedangkan waktu itu di Kabupaten Tanjab Barat belum memiliki pemadam kebakaran” ujar Saiyuti saat menerima kunjungan reporter China Town (11/1). Sedangkan bagian operasional lapangan dikomandoi oleh Toni.T dan dibantu puluhan pengurus yayasan.

Dari hasil pantauan ke markas Damkar Budi Luhur di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kendaraan pemadam kebakaran standbay dalam kondisi siap beroperasi, dimana kunci kontak kendaraan tetap berada di setiap kendaraan, sedangkan kunci gedung dan peralatan lapangan berada ditangan beberapa pengurus yang siap setiap waktu dibutuhkan dibutuhkan mereka siap tampil, adapun markas damkar berada di seberang gedung Yayasan Budi Luhur yang terletak di Jalan Jend.Sudirman, Kuala Tungkal.

Sepertinya kondisi mobil pemadam kebakaran milik Yayasan Budi Luhur sudah cukup tua, maka untuk segala kerusakan Damkar Budi Luhur, pengurus secara bergotong royong membiayainya, sebab bantuan yang diberikan oleh pemerintah setempat dirasakan masih kurang, yang pemerintah berikan hanya sebatas selang, itupun baru dua tahun ini. Meskipun sebenarnya tanpa bantuan itu pihak pemerintah Tanjab Barat, pihak yayasan tetap mengupayakan untuk mobil tersebut selalu beroperasi setiap waktu diperlukannya.

“Bantuan dari pemerintah belum memadai, dalam dua tahun ini bantuan yang diberikan hanya sebatas selang air”. Namun kita harapkan ke depan pemda setempat lebih memperhatikan Damkar Budi Luhur. Soalnya musibah kebakaran tidak bisa dipreksikan kapan akan datang.

Pengantian selang air rutin dilakukan, karena selang air sering kali di seret kesana kemari tentu kondisinya tidak mungkin bagus terus. Di samping itu jumlahnya juga terbatas,” kata salah seorang anggota Damkar Budi Luhur bidang perawatan.

Para petugas lapangan, semuanya warga Tionghoa di Kuala Tungkal, mereka beroperasi tanpa menerima honor, mereka berbakti semata-mata demi kepentingan bersama. Tugas damkar Budi Luhur tidak saja memadamkan kebakaran semata, setelah usai mereka memadamkan kebakaran, mereka juga turun tangan memberikan bantuan kebutuhan sehari-hari sesuai dengan kemampuan Yayasan Budi Luhur. (Yul-Rom)