JAMBI – Sebagai generasi penerus mempunyai berkewajiban untuk menjaga dan mempertahankan tatanan budaya dari masing-masing leluhur, sehingga segala aspek dari kebudayaan tidak akan hilang begitu saja.
Salah satunya adalah sembahyang Cia Gwee Ciu Ka atau yang dikenal dengan sembahyang Tie Kong (baca Tuhan red) bagi suku Hokkian sudah dilakukan ribuan tahun silam. Sembahyang ini dilakukan umat Khonghucu untuk mecampaikan unggapan syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta Alam Semesta atas datangnya tahun yang baru.
Dahulu sembahyang ini, hanya dilakukan warga dari suku Hokkian, numun dengan perkembangan waktu, kini sembahyang Tie Kong tidak saja dilakukan oleh suku Hokkian, melainkan dari suku Teo Chew, Hakka, Kong Hu, Hailam dls juga ada yang sembahyang.
Tahun ini Cia Gwee Cui Kao (1/9 imlek) sejak pukul 00.00 dini hari berbagai suku Tionghoa di dunia pada lakukan sembahyang Tie Kong (Tuhan red) dengan berbagai sesajian seperti batang tehu yang utuh dengan daun, nanas yang juga utuh dengan daunnya serta berbagai pelangkap lainnya untuk dipersembahkan kepada Tie Kong (Tuhan). Makna dari batang Tebu, adalah agar mempunya keturunan secara terus menerus, sedang kan makna Nanas (bahasa Hokkien Ong Lai) adalah rejeki selalu mengalir.
Tidak ketinggalan suku Hokkian yang bermukim di Indonesia, kemarin malam tepat pukul 00.00 pada sembahyang Tie Kong (Tuhan red) di halaman rumah, dengan meletakan meja diluar rumah menghadap kejalan atau tempat terbuka, diatas meja telah disiapkan berbagai sesajian untuk sembahyang.
Tahun ini merupakan tahun pertama Makin Klenteng Leng San Keng, Kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, Selasa (30/1) sejak pukul 23.30 telah mempersiapkan berbagai perlengkatan untuk sembahyang syukuran kepada Tien (Tuhan).
Umat Khonghucu yang ikut sembahyang Tie Kong (Tuhan) di klenteng Makin Leng San Keng Jln. Prof. DR. Soedewi. MS, Rt. 21, Kuala Tungkal, Kab. Tanjung Jabung Barat-Jambi, dihadiri pengurus Makin Leng San Keng dan Ketua Makin Alex Tay sekeluarga.
Sedangkan di Kota Jambi kawasan yang mayolitas dihuni suku Hokkian pada lakukan sembahyang, diantaranya di Jalan Kamboja, Jalan Koni 1 hingga Koni 4, kawasan Pasar Jambi, Simpang III Sipin, Simpang IV Sipin, dan kawasan Kumpeh pada melakukan sembahyang Pai Tie Kong (sembahyang terhadap Tuhan).
Menurut penuturan The Lien Teng (Rohaniwan Makin Sai Che Tien), sembahyang Tie Kong atau Pai Tie Kong bisa dilakukan dari pukul 00.00 hingga pagi, namun umumnya umat Khonghucu lebih senang Pai Tie Kong dini hari, selain tenang umat juga lebih kusuk berdoa, “Sembahayang boleh dini hari, tapi jangan sampai tengah hari” kata Lien Teng ditengah melayani umat Khonghucu yang melakukan Po Un di Klenteng Sai Che Tien (1/2). Harapan The Lien Teng kepada generasi muda, agarsebagai generasi penerus, mesti berusaha mempertahankan salah satu tradisi dari zaman nenek moyang kita dahulu, apa lagi sembahyang Cia Gwee Cui Kao memiliki sejarah tersendiri bagi warga suku Tionghoa diseluru tanah air Indonesia. (Romy)