Sabtu, 23 Februari 2013

Para Shen Ming Bertemu Untuk Merayakan Malam Cap Go Me

JAMBI, ayojambi.com - Puluh roh suci (shen ming) akan berkumpul di Kelenteng Makin Hok Kheng Tong malam ini (24/2), Mereka akan ambil bagian dalam arak-arak sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi etnis Tionghoa yang beragama Khonghucu atas jasa mantan Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. Inpres yang dikeluarkan oleh Soeharto ketika awal berkuasa pada tahun 1967 itu melarang kaum Tionghoa merayakan pesta agama dan adat istiadat di depan umum dan hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga.
Gus Dur mencabut larangan inpres itu karena dianggap diskriminatif padahal perlembagaan negara UUD 1945 menjamin perlindungan semua warga. Kalau yang lain bisa ke masjid, gereja, atau ke makam untuk ziarah, kenapa orang Tionghoa tidak boleh ke kelenteng? demikian alasan Gus Dur. Setelah Gus Dur mencabut inpres tersebut, Megawati presiden selanjutnya mengeluarkan Keppres No 19/2002 yang isinya menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Malam ini di Jalan Pangeran Diponegoro Kota Jambi akan menjadi lautan manusia, Minggu (24/2/2013). Ribuan orang bersukacita menyaksikan atraksi arak-arakan para roh suci (shen ming) yang turun dari berbagai kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) disertai tarian Barongsai dan Liong (naga). Inilah kirab ritual yang digelar Makin Kelenteng Leng Chun Keng, Kelenteng Makin Sai Che Tien dan Kelenteng Makin Hok Kheng Tong.

"Kami bergerak dari satu kelenteng ke kelenteng lain untuk memeriahkan malam Cap Go Me.” Selama Orde Baru berkuasa, komunitas etnis Tionghoa dilarang mengekspresikan kebudayaan mereka. ”Jangankan bikin kirab, pasang hio di depan rumah saja dilarang,” ujar The Po Lai, Sekretaris Makin Sai Che Tien.

Setelah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melepas kekangan itu, etnis Tionghoa pun bebas mengekspresikan tradisi dan kebudayaan mereka, termasuk menggelar kirab budaya cap go me. Dengan adanya perayaan cap go me, kata Po Lai, kelenteng menjadi semarak. (Romy)