Senin, 27 Mei 2013

Tradisi Pernikahan Prajurit TNI Angkatan Laut

Tradisi pernikahan prajurit TNI Angkatan Laut merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan dalam suatu upacara yang diatur sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Kasal (Juklak) Nomor Juklak/13/III/2005 tanggal 24 Maret 2005.   
Upacara tradisi ini adalah salah satu proses dalam acara resepsi pernikahan yang dilakukan oleh seorang Perwira, Bintara dan Tamtama yang menggambarkan secara simbolik bahwa seorang prajurit TNI Angkatan Laut tersebut telah memasuki kehidupan berumah tangga secara resmi.

Selain itu tujuan dari upacara ini adalah untuk memberikan penghormatan kepada prajurit TNI Angkatan Laut yang melaksanakan pernikahan untuk pertama kalinya.

Upacara tradisi ini terdiri dari upacara Pedang Pura yang dilaksanakan bagi Perwira sebagai wujud penghormatan dari sesama Perwira dan upacara Pagar Kehormatan bagi Bintara/Tamtama sebagai wujud penghormatan dari sesama Bintara/Tamtama.

Adapun dalam pelaksanaan upacara tersebut terdapat beberapa formasi yang dibentuk dari Tim Pedang Pura atau Pagar Kehormatan, guna membentuk Gapura Pedang, Gapura Kehormatan dan Payung Pura.

Gapura Pedang yaitu suatu formasi yang berbentuk lorong pedang dilaksanakan disaat kedua mempelai akan melewati formasi tersebut, dengan maksud merupakan lambang penghormatan kepada kedua mempelai yang memasuki kehidupan berumah tangga.

Gapura Kehormatan yaitu melakukan penghormatan militer disaat kedua mempelai sedang memasuki formasi tersebut, dengan maksud merupakan lambang kehormatan bagi kedua mempelai yang memasuki kehidupan berumah tangga.

Sedangkan Payung Pura adalah formasi lingkaran yang berbentuk payung pedang setelah mempelai pria laporan kepada Inspektur Upacara, hal itu merupakan lambang penghormatan kepada kedua mempelai yang memasuki kehidupan berumah tangga sekaligus melaksanakan Ikrar Wirasatya oleh kedua mempelai.

Ikrar Wirasatya adalah suatu pernyataan janji setia yang diucapkan kedua mempelai (secara simbolik disampaikan oleh pembawa sajak), yang menggambarkan bahwa Perwira, Bintara dan Tamtama selaku suami dituntut tanggung jawabnya dalam berumah tangga, demikian pula sang istri dituntut pengertiannya sebagai istri prajurit dan ibu rumah tangga untuk ikut serta mendorong atas kesuksesan tugas suami dalam pengabdiannya kepada TNI Angkatan Laut.

Peresmian dan penerimaan mempelai wanita menjadi keluarga besar TNI Angkatan Laut sebagai anggota Jalasenastri, dilaksanakan oleh Inspektur Upacara kepada mempelai wanita dengan ditandai penyerahan pakaian seragam Jalasenastri.

Lebih jelasnya Upacara Pedang Pora adalah sebuah tradisi Upacara Ke Militeran biasanya dilakukan terhadap perwira muda di lingkungan TNI dan kepolisian ketika ada salah satu anggota mereka melangsungkan pernikahan atau dilakukan untuk penyambutan pejabat baru dan merupakan sebuah tradisi wajib yang telah turun-menurun. Pedang pora sendiri adalah jajaran pedang kehormatan berbentuk gapura yang di lewati ke dua mempelai, menggambarkan saat di masukinya pintu gerbang kehidupan rumah tangga yang baru.

Ada banyak simbol dalam ritual itu, diantaranya melambangkan persaudaraan, solidaritas, permohonan perlindungan pada Tuhan,dan lain sebagainya.
Bagaimana sih proses upacara itu berlangsung?
Upacara Pedang Pora berlangsung dengan menggunakan satu regu pasukan Pedang Pora yang berdiri berjajar berhadapan dengan mengunakan pakaian PDU dan membawa Pedang Pora.

Kemudian pasangan mempelai atau pejabat melewati lorong barisan pasukan yang merentangkan Pedang Pora menuju pelaminan.

Gerakan-gerakan pada saat upacara pedang pora juga memiliki makna sendiri.
Makna "SILANG PEDANG"
pedang terhunus ke bawah dan ke atas, berbentuk silang, melambangkan bahwa,tuhan YME, akan selalu melindungi dalam berbagai perjalanan/langkah menuju keberhasilan/masa depan sedangkan, Makna "PAYUNG PORA"
pedang terhunus ke atas berbentuk payung,melambangkan bahwa tuhan YME,akan selalu melindunginya dalam mendaki berbagai rintangan kehidupan.

Adapun maksud Upacara Pedang Pora adalah untuk memantapkan arti kehidupan berumah tangga bagi kedua mempelai,menjalin hubungan rasa persatuan dan kesatuan antara anggota militer.

Wuiess…keren yah ternyata ga cuma sekedar mengangkat pedang tapi ternyata ada maknanya juga lho.. :), walaupun terlihat simple tapi tamu-tamu yang hadir pasti tak akan mau melewatkan prosesi pedang pora ini dan tak lupa mengabadikannya sebagai kenang-kenangan.

Pedang Pora berasal dari kata Pedang Pura  atau Gapura Pedang merupakan acara tradisi pernikahan bagi perwira militer pria yang dilaksanakan untuk menandai melepas masa lajang dengan diiringi oleh rangkaian pedang berbentuk gapura yang dibentuk oleh hunusan pedang dari rekan2 perwira atau adik angkatan dari sang mempelai pria.Jadi bukan cuma lulusan Akmil, AAU, AAL, AKPOL, tetapi oleh seluruh perwira pria (baik Sepamilwa, IDP, Semapa PK, maupun Secapa reguler). dengan catatan hanya dilaksanakan sekali saja seumur hidup (jika menjadi duda & menikah lagi, maka tidak dilaksanakan Pedang Pora). Tidak dilaksanakan juga bagi pernikahan perwira wanita, kecuali si perwira wanita menikah dengan perwira pria.Beberapa instansi non militer juga ikut menggelar acara serupa, dengan meniru tata cara pedang pora dilingkungan militer. Misalnya komunitas Pelayaran, penerbangan dll.

Sumber:  http://koarmabar.tnial.mil.id/aRTIKEL/Umum/tabid/75/articleType/ArticleView/articleId/340/TRADISI-PERNIKAHAN-PRAJURIT-TNI-ANGKATAN-LAUT.aspx