Kamis, 27 November 2014

Rela Dibayar Sampah, Dokter Muda Ini Raih Kesuksesan Besar

Berbeda Dengan Isu Dokter Serakah yang Sedang Beredar, Dokter Muda Satu Ini Justru Rela Dibayar Sampah. Namun, Gamal Malah Menuai Kesuksesan Besar Berkat Inisiatifnya Tersebut!
Dunia medis Indonesia boleh berbangga hati lantaran sepak terjang Gamal Albinsaid. Pasalnya, dokter muda yang satu ini berhasil meraih penghargaan dari Kerajaan Inggris karena program yang diluncurkannya. Diawal tahun, pada 31 Januari 2014, Gamal meraih penghargaan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship First Winner 2014. Penghargaan tersebut diselenggarakan oleh Unilever dan Cambridge University ini merupakan kehormatan dan Pangeran Charles kepada entrepreneur muda yang peduli pada sumberdaya yang berkelanjutan.

Bisa diceritakan Mas Gamal, penghargaan yang Anda raih dari Kerajaan Inggris?

Alhamdulillah, saya mampu meraih penghargaan tersebut berkat kontribusi besar masyarakat dan juga tim saya selama ini. saat itu, saya mendirikan sebuah klinik yang sistem pembayarannya menggunakan asuransi dengan premi sampah. Artinya, setiap masyarakat yang ingin berobat ke klinik namun tak memiliki uang dapat menggantinya dengan mengumpulkan sampah. Sampah yang dibawa ke klinik memiliki nilai Rp 10ribu yang dapat digunakan untuk berobat. Program penghargaan internasional tersebut digelar untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia agar dapat menyelesaikan isu lingkungan, sosial dan kesehatan. Penghargaan ini juga mengundang wirausaha yang berusia 30 tahun ke bawah untuk memberikan solusi yang menginspirasi, praktis dan jelas untuk membantu mewujudkan sustainability living. Progran saya terpilih menjadi yang terbaik karena dalam waktu yang bersamaan menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu menangani masalah sampah untuk menyelesaikan kesehatan.

Mengapa Mas Gamal memilih sampah sebagai alat pembayaran berobat?

Semua ini berawal dari sebuah kisah nyata dimana saat itu saya menyaksikan sebuah berita yang membuat saya sangat terharu. Betapa tidak, saat itu ada salah satu media massa yang memberitakan bahwa terdapat seorang anak bernama Khaerunissa yang usianya masih tiga tahun harus menghembuskan nafas terakhir. Tragisnya, anak tersebut meninggal diatas gerobak ayahnya yang berprofesi sebagai seorang pemulung dengan penghasilan sehari-harinya hanya Rp 10 ribu. Sejak saat itu, saya akhirnya memutuskan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat dalam hal berobat. Artinya, masyarakat harus tetap mendapat pelayanan kesehatan dengan cara apapun. Akhirnya muncul sebuah ide untuk mengumpulkan sampah dimana hasilnya nanti dapat digunakan untuk berobat. Tapi, hal ini tentu tak bisa dilakukan sendiri. Oleh karena itu, saya pun mengajak warga setempat dan memberikan sosialisasi terkait klinik sampah ini.

Lantas, bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan untuk berobat di klinik sampah ini?
Klinik Asuransi Sampah adalah sistem asuransi kesehatan mikro berbasis kerakyatan dengan semangat gotong royong melalui pembayaran premi dengan sampah sebagai sumber pendanaan utama pelayanan kesehatan masyarakat. Warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Asuransi Sampah senilai Rp 10.000 rupiah setiap bulan dan bisa menikmati berbagai fasilitas kesehatan. Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai `Dana Sehat` dengan Metode Takakura dan daur ulang. Dana Sehat tersebut digunakan untuk pelayanan kesehatan secara holistik, yaitu promotif (meningkatkan kesehatan), preventif (mencegah sakit), kuratif (mengobati sakit), dan rehabilitatif (rehabilitasi yang sembuh). Sehingga walaupun tidak sakit, masyarakat tidak akan rugi, karena mendapatkan berbagai program peningkatan kesehatan.

Jadi, bukan hanya untuk pengobatan saja, masyarakat yang tidak sakit apakah juga mendapat pelayanan kesehatan?


Ya, benar sekali. Dengan sistem ini, kami menghimpun potensi atau sumber daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri lalu mengembalikan sebagai akses pelayanan kesehatan holistik serta mampu dalam pengelolaan pembiayaannya. Konsep ini bersifat sosioenterpreneur, menggunakan sampah sebagai sumber pembiayaan, menerapkan sistem pelayanan kesehatan holistik, memberikan akses yang luas karena setiap orang memiliki sampah, dapat dimandirikan, memiliki daya keberlangsungan yang kuat karena mandiri secara pembiayaan. Konsep ini juga dapat dimodifkasi dan diduplikasi. Saya bersama tim Indonesia Medika yang saya dirikan telah menerapkan dan menduplikasi pada 5 klinik.

Sekarang sudah ada jaminan kesehatan dari pemerintah, lalu bagaimana Anda menghadapi program pemerintah tersebut?

Oke, jauh sebelum ada BPJS seperti sekarang, pemerintah juga sudah meluncurkan berbagai macam program jaminan kesehatan. Saya bersama tim Indonesia Medika pun juga pernah melaluinya. Disini, kami bukan ingin menjadi pesaing program pemerintah. Justru, kehadiran kami akan sangat membantu program jaminan kesehatan yang diluncurkan pemerintah tersebut. Bahkan, kami juga sudah siap untuk bekerja sama dengan BPJS dalam hal pembiayaan asuransi kesehatan yang telah ditetapkan. Artinya, nanti akan dibuat kesepakatan jika ada masyarakat yang tak mampu membayar premi asuransi yang ditetapkan oleh pemerintah dapat diganti dengan mengumpulkan sampah. Jadi, konsep klinik asuransi sampah kami masih dapat berjalan.

Anda menjalankan kegiatan berbasis sociopreneur, bagaimana Anda mendapat pendanaan untuk tetap dapat menjalankan program ini?

Sejak awal, saya sudah memberikan pemahaman kepada tim bahwa yang dijalankan oleh Indonesia Medika adalah sifatnya sosial. Jadi, bekerjanya juga harus penuh dengan keikhlasan. Hal ini sama halnya dengan surat Al Ikhlas yang ada di Alquran tapi tak ada satu kalimatnya yang menyebutkan kata ikhlas. Artinya, semua yang bekerja di Indonesia medika tidak boleh berpandangan profit oriented. Tapi, untuk keberlangsungan, manajemen Indonesia Medika pun banyak melakukan kerja sama dan juga mendapatkan banyak pendanaan dari donatur maupun program CSR perusahaan. Dengan begitu, setiap program kami pun tetap dapat berjalan dengan baik sampai sekarang.

Kedepan, apa yang ingin dicapai oleh Mas Gamal melalui Indonesia Medika?

Seperti halnya harapan semua orang, saya dan tim juga ingin mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dengan begitu, masyarakat akan dapat melakukan banyak hal yang produktif sehingga mampu memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Dengan banyak melakukan aktivitas yang produktif maka setiap orang akan dapat berkarya dan memberikan manfaat kepada orang lain. Selain itu, saya juga ingin mengembangkan program di bidang pendidikan. Pasalnya, hanya melalui pendidikan maka taraf hidup seseorang juga akan dapat meningkat. Semoga program pendidikan ini akan dapat diterima masyarakat dan berjalan dengan baik.

Terakhir, apa yang dapat Mas Gamal sampaikan kepada mereka yang ingin memulai seperti Anda?

Segala sesuatu tidak akan didapatkan secara instan. Banyak hal yang harus dilalui sebelum menuju kesuksesan. Program klinik asuransi sampah saya pun bukan tidak mendapat hambatan. Tapi saya menjadikan hambatan tersebut sebagai sebuah pelecut semangat dan tantangan untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, setiap orang yang harus berjuang semaksimal mungkin. Dan jika menghadapi suatu hal yang menghambat maka berkonsultasilah dengan Tuhan maka Anda akan mendapat jawaban atas setiap kesulitan yang Anda hadapi.
Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau Twitter Studentpreneur.

https://id.berita.yahoo.com/rela-dibayar-sampah,-dokter-muda-040036159.html