Merdeka.com - Publik Singapura belum berhenti marah pada kelakuan beberapa pedagang nakal di Mal Slim Lim Square. Insiden kios Mobile Air memaksa turis asal Vietnam membayar iPhone 6 lebih dari Rp 20 juta dengan trik mewajibkan ongkos garansi, dianggap memalukan negara mereka. Apalagi kejadian itu menimpa turis asing, yang bisa mengancam sektor pariwisata negara kota tersebut.
Stasiun televisi Channel News Asia, Kamis (6/11), melansir di media sosial, pemilik Mobile Air - Jover Chew - dipermalukan habis-habisan. Fotonya sedang bertelanjang dada disebar di Facebook oleh Akun SMRT.
Beberapa pengguna media sosial pun sengaja mengirim pizza ke alamat rumahnya, sebagai bahan olok-olok. Nomor teleponnya dan nomor KTP-nya pun disebar, disertai ajakan supaya warga Singapura ramai-ramai mengecam.
Kemarahan muncul, ketika insiden Pham Van Thoai terungkap media awal pekan ini. Turis nahas itu bersama pacarnya membeli ponsel anyar buatan Apple itu dengan harga normal USD 950 (setara Rp 11,5 juta). Tapi, karena tidak bisa berbahasa Inggris, dia dipaksa pegawai Mobile Air menandatangani dokumen, isinya mewajibkan Pham membayar garansi USD 1.500. Kalau tidak dibayar tunai, ponsel itu tak boleh dia bawa pulang.
Tahu dirinya dikerjai, Pham sampai menangis dan bersujud minta uangnya dikembalikan. Di negaranya, pria itu cuma bekerja sebagai pegawai pabrik. Ditangani Asosiasi Konsumen Singapura (CASE), pria Vietnam itu mendapat pengembalian uang USD 400.
Publik Singapura makin marah karena lembaga pemerintah itu dianggap bersikap lembek. Padahal Mobile Air tercatat sudah 25 kali mendapat keluhan konsumen selama Agustus-Oktober 2014.
Gabriel Kang, seorang pengusaha dan pengguna medsos, kemarin melansir kampanye online. Dia menggalang dana agar Pham mendapat ponsel baru.
"Dia sudah diperlakukan tidak adil. Kami ingin membelikannya ponsel baru sesuai tujuan awalnya berbelanja di Singapura," tulis Kang. Hingga berita ini dilansir, uang yang terkumpul dari publik mencapai nyaris USD 10 ribu. Tentu lebih dari cukup untuk membeli satu unit iPhone 6.
Dihubungi terpisah, Pham tidak ingin memperpanjang masalah. Sengketa dengan Mobile Air membuatnya rugi USD 550. Tapi uang itu sudah diganti seorang pengusaha yang membaca cerita pilunya.
"Terima kasih kepada warga Singapura yang ingin mengganti uang saya. Tapi saya hanya akan menerima uang sesuai jumlah kerugian," kata Pham.
Beberapa toko di Mal Slim Lim ditengarai sering nakal pada pelanggan. Direktur Eksekutif CASE Seah Seng membenarkan bahwa selain Mobile Air, ada beberapa toko yang merugikan konsumen, termasuk turis asing.
"Jika publik Singapura sekarang marah memang amat wajar. Para pedagang seharusnya tahu risikonya (berjualan tidak jujur)," kata Seah.
Adapun CASE tidak bisa melarang praktik lancung itu. Alasannya, beberapa trik pedagang di Mal Slim Lim memang sesuai koridor hukum.
http://www.merdeka.com/dunia/toko-suka-getok-turis-dipermalukan-publik-singapura.html
Beberapa pengguna media sosial pun sengaja mengirim pizza ke alamat rumahnya, sebagai bahan olok-olok. Nomor teleponnya dan nomor KTP-nya pun disebar, disertai ajakan supaya warga Singapura ramai-ramai mengecam.
Kemarahan muncul, ketika insiden Pham Van Thoai terungkap media awal pekan ini. Turis nahas itu bersama pacarnya membeli ponsel anyar buatan Apple itu dengan harga normal USD 950 (setara Rp 11,5 juta). Tapi, karena tidak bisa berbahasa Inggris, dia dipaksa pegawai Mobile Air menandatangani dokumen, isinya mewajibkan Pham membayar garansi USD 1.500. Kalau tidak dibayar tunai, ponsel itu tak boleh dia bawa pulang.
Tahu dirinya dikerjai, Pham sampai menangis dan bersujud minta uangnya dikembalikan. Di negaranya, pria itu cuma bekerja sebagai pegawai pabrik. Ditangani Asosiasi Konsumen Singapura (CASE), pria Vietnam itu mendapat pengembalian uang USD 400.
Publik Singapura makin marah karena lembaga pemerintah itu dianggap bersikap lembek. Padahal Mobile Air tercatat sudah 25 kali mendapat keluhan konsumen selama Agustus-Oktober 2014.
Gabriel Kang, seorang pengusaha dan pengguna medsos, kemarin melansir kampanye online. Dia menggalang dana agar Pham mendapat ponsel baru.
"Dia sudah diperlakukan tidak adil. Kami ingin membelikannya ponsel baru sesuai tujuan awalnya berbelanja di Singapura," tulis Kang. Hingga berita ini dilansir, uang yang terkumpul dari publik mencapai nyaris USD 10 ribu. Tentu lebih dari cukup untuk membeli satu unit iPhone 6.
Dihubungi terpisah, Pham tidak ingin memperpanjang masalah. Sengketa dengan Mobile Air membuatnya rugi USD 550. Tapi uang itu sudah diganti seorang pengusaha yang membaca cerita pilunya.
"Terima kasih kepada warga Singapura yang ingin mengganti uang saya. Tapi saya hanya akan menerima uang sesuai jumlah kerugian," kata Pham.
Beberapa toko di Mal Slim Lim ditengarai sering nakal pada pelanggan. Direktur Eksekutif CASE Seah Seng membenarkan bahwa selain Mobile Air, ada beberapa toko yang merugikan konsumen, termasuk turis asing.
"Jika publik Singapura sekarang marah memang amat wajar. Para pedagang seharusnya tahu risikonya (berjualan tidak jujur)," kata Seah.
Adapun CASE tidak bisa melarang praktik lancung itu. Alasannya, beberapa trik pedagang di Mal Slim Lim memang sesuai koridor hukum.
http://www.merdeka.com/dunia/toko-suka-getok-turis-dipermalukan-publik-singapura.html
* www.ayojambi.com/