孔 子 曆
Kongzi Li - Penanggalan Khonghucu
System penanggalan lazimnya terkait dengan suatu kepercayaan/ keyakinan (agama), karena memang penanggalan diadakan untuk memberikan pegangan bagi umat (beragama), utamanya dalam melakukan ritual/persembahyangan (ibadah) seperti yang dituntunkan dalam kitab sucinya sebagai panggilan iman.
Kongzi Li - Penanggalan Khonghucu
System penanggalan lazimnya terkait dengan suatu kepercayaan/ keyakinan (agama), karena memang penanggalan diadakan untuk memberikan pegangan bagi umat (beragama), utamanya dalam melakukan ritual/persembahyangan (ibadah) seperti yang dituntunkan dalam kitab sucinya sebagai panggilan iman.
Ada tiga system penanggalan yang dikenal, yakni; yang pertama adalah Lunar (bulan) system (penanggalan Hijriah, satu tahunnya 354 hari), yang kedua Solar (matahari) sytem, (penanggalan Masehi, satu tahunnya 365 ¼ hari). Selisih inilah yang menyebabkan hari raya Idul Fitri setiap tahunnya maju 11 hari dibandingkan penanggalan Masehi. Yang ketiga Luni-solar system, merupakan gabungan dari kedua system di atas (penanggalan Pertanian, 農 曆 - Nong Li; yang kemudian hari dikenal sebagai penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li). Dimana selisih hari dari kedua system itu dikonversikan dengan apa yang disebut bulan kabisat (閏 月 - Run Yue) dengan perhitungan setiap (siklus) 19 tahun dilakukan penyesuaian (disisipkan bulan kabisat) sebanyak 7 kali. (19 X 11 = 209 equivalent dengan 7 bulan). Dengan demikian, hari raya Tahun Baru penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li, setiap tahunnya jatuh pada kisaran 20 Januari - 19 Pebruari. (karena perhitungan tertentu dengan adanya bulan kabisat sebanyak 7 kali dalam 19 tahun).
帝 曰 : 咨 ,汝 羲 暨 和 !
朞 三 百 有 六 旬 有 六 日 ,以 閏 月 ,定 四 時 成 歲 。
允 釐 百 工 ,庶 績 咸 熙 。
Baginda (Yao) bersabda, “O ! kamu, Xi dan He, camkan, setahun itu ada 366 hari”;
Dengan mengingat adanya bulan kabisat, tetapkanlah ke empat musim dalam setahun.
Aturlah beratus pekerja itu sehingga semua pekerjaan sepanjang tahun terselenggara baik.
(唐 書 - 堯 典 ; Tang Shu - Yao Dian)
Penyebutan penanggalan Yinli/Imlek (陰 曆) untuk penanggalan Khonghucu, sebenarnya salah kaprah. Karena Yinli/Imlek (陰 曆) menunjuk pada Lunar system sedang untuk Solar system disebut Yangli/Yanglek (陽 曆), maka untuk penyebutan penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li yang merupakan gabungan dari lunar system dengan Solar system (Luni-solar system) seharusnya Yinyangli/Imyanglek (陰 陽 曆).
Kenapa disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li?
System penanggalan ini mempunyai sejarah yang panjang dan unik, sejak pertama kali dibuat (era黃 帝 - Huang Di; 2698 s.M - 2598 s.M), penentuan Tahun Baru nya mengalami perubahan dari satu dinasti ke dinasti yang lain.
Nabi Khongcu (孔 子 ; 551 s.M - 479 s.M) yang hidup pada zaman 春 秋 - Chun Qiu akhir era dinasti周 - Zhou (1122 s.M - 255 s.M), menyerukan untuk menggunakan penanggalan dinasti 夏 - Xia (2205 s.M - 1766 s.M) karena Nabi Khongcu melihat bahwa penentuan Tahun Baru seyogyanya dikaitkan dengan ketepatan perhitungan musim yang juga merupakan aspek kultural-filosofis dimana akan memudahkan rakyat dalam bercocok-tanam, hal ini mengingat pula begitu pentingnya aspek ketepatan musim tanam, diawal musim semi bagi masyarakat agraris, yang menumpukan hidupnya dengan bersawah-ladang, yang mana hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pokok umat manusia. Mereka adalah rakyat berbagai bangsa, berabad-abad sehingga sekarang. Inilah Wahyu Tian (天 賜 - Tian Ci) yang diturunkan bagi kesejahteraan insan ciptaanNya melalui Nabi Khongcu!
子 曰 :行 夏 之 時 。
Nabi (Khongcu) bersabda : “Pakailah penanggalan Dinasti Xia.”
(論 語 - Lun Yu XV: 11)
Pada saat itu, penguasa belum/tidak memperhatikan sabda Nabi Khongcu tersebut (hanya raja yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan system penanggalan dengan Tahun Baru nya). Namun Tian berkehendak lain, pada zaman dinasti 漢 - Han, raja ke VI; 漢 武 帝 - Han Wu Di, pada tahun 104 s.M, mencanangkan penggunaan system penanggalan seperti yang di sabdakan Nabi Khongcu. Dan awal tahunnya ditentukan dengan menggunakan tahun kelahiran Nabi Khongcu (551 s.M). Itulah sebabnya perhitungan penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li, kini menunjuk angka 2566 tahun (551 s.M + 2015 M). Sejak itu, penggunaan system penanggalan ini sampai sekarang tidak pernah berubah lagi. Seandainya漢 武 帝 - Han Wu Di tidak mencanangkan system penanggalan seperti yang di-sabda-kan Nabi Khongcu, maka orang tidak akan pernah tahu apa yang terjadi (menggunakan system yang mana dan kapan penentuan tahun barunya). Karena orang menggunakan system penanggalan seperti yang dicanangkan oleh 漢 武 帝 - Han Wu Di yang menyumber dari sabda Nabi Khongcu, maka system penanggalan yang digunakan sekarang ini disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li.
Dalam buku : A History of Chinese Philosophy, Fung Yu Lan menyebut ;
‘Confucius as a Creator Through Being a Transmiter’
(Nabi Kongcu sebagai seorang pencipta lewat karya meneruskan)
Makna filosofis Tahun Baru bagi umat Khonghucu
Berbicara mengenai makna Tahun Baru, apanya yang baru? Iman Khonghucu menegaskan: ‘Baru’ (新 - Xin) mempunyai demensi yang bisa berarti: ‘Awal atau Pada-mulanya’ bertujuan memperbaiki (memperbaharui), bermaksud selalu ‘Baharu’, dengan artian: agar ‘lebih baik dan lebih baik lagi’.
苟 日 新 , 日 日 新 , 又 日 新 .
“Bila suatu hari dapat membaharui diri,
perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!”
(大 學 - Thai Hak II: 1)
Dimanakah konteks relevansi akan nilai religi dalam setiap tahun baru?
Kalau dihubungkan dengan konsep imani ‘天 - Tian (Tuhan/Sang Khalik)’, ‘地 - Di (Bumi/Sarana)’ dan ‘人 - Ren (Manusia)’ dalam 儒 教 - Ru Jiao (agama Khonghucu), maka ada makna yang tersirat dalam hubungan ini;
Bukankah Dia sang khalik menjadi ‘終 始 - Zhong Shi’ (PrimaCausa-CausaFinalis) semesta dan turunannya berarti ada awal dan akhir? Dimana orang mau mengawali dan kapan akan mengakhiri? Ini semua berada pada ‘titik’ relatif imagi manusia.
Maka tahun baru, senantiasa berarti ‘KESEMPATAN BARU’ (新 的 機 會 - Xin De Ji Hui).
Bukankah bumi menjadi ‘sarana’ yang menyediakan semua? Hanya mungkin ada yang ‘salah’ dalam mengelolanya. Orang mau ‘mencari’ atau men ‘sia-sia’ kannya, Bumi tetap menyediakan Harapan bagi insan beriman.
Maka tahun baru, selalu merupakan ‘HARAPAN BARU’ (新 的 希 望 - Xin De Xi Wang).
Bukankah manusia adalah ciptaanNya, yang ter ‘mulia’, mengapa manusia tak berdaya- usaha dan ulet bekerja? manusia seharusnya dengan Iman dan Taqwa berupaya selaras (bahagia) didalam Jalan SuciNya (樂 天 - Le Tian).
Maka tahun baru, adalah sebuah ‘PERJUANGAN BARU’ (新 的 挑 戰 - Xin De Tiao Zhan).
天 - Tian; Tuhan/Sang Khalik memberi Kesempatan,
地 - Di; Bumi/Sarana menyediakan Harapan,
人 - Ren; Manusia harus Berusaha!
Dari uraian di atas, jelas dan tegaslah bahwa apa yang dimaksud dengan penyebutan ‘kaprah’ penanggalan Yinli/Imlek (陰 曆), yang benar dan seharusnya adalah disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li. Dan itu bukan sekedar teradisi yang tanpa bersumber kepada Kitab Suci (Khonghucu) yang diwahyukan Tian, Tuhan Sang Khalik. Lebih-lebih dari anggapan sekedar sebagai ‘tahun baru nya kaum Tionghoa’ belaka, ataupun hanya suatu ‘perayaan’ yang diwujudkan dengan segala bentuk ‘eurofianya’. Melainkan memuat ‘Makna Suci’ sebagai ‘Panggilan Ibadah’ yang luhur dan mulia bagi umat yang mengimaninya, dan ini semua bukannya tanpa ‘apa’ dan ‘mengapa’ . . . Shanzai (善 哉) !
恭 賀 新 禧
Selamat Melaksanakan Ibadah Tahun Baru
(Kongzi li 2566)
宅天命, 作新民
Berada Dalam Firman Tian , Menjadi Rakyat Baharu
永言配命,自求多福
Perilaku Selalu Manunggal Firman , Menjadikan Diri Penuh Berkah
1. Apa makna tahun baru imlek 2015 bagi Khonghucu?
Makna Tahun Baru ‘Imlek’ bagi umat Khonghucu, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua aspek.
- Pertama aspek iman;
Terkait dengan ritual/persembahyangan sesuai yang dituntunkan didalam Kitab Suci, berikut ejawantah (kewajiban) dalam kehidupan sosialnya sebagai panggilan dari ibadahnya.
- Kedua aspek cultural-filosofis ;
Terkait dengan musim awal tanam (musim semi) dan spirit San Cai :
Tian, Tuhan sang Khalik memberi Kesempatan (baru)
Di, Bumi/sarana menyediakan Harapan (baru)
Ren, manusia memperjuangkan/usaha (baru)
2. Posisinya dengan makna tahun baru bagi warga Tionghoa?
Sejarah mencatat, Ru Jiao (agama Khonghucu) adalah agama yang paling tua (awal) di Tiongkok. Agama ini sangat mempengaruhi kehidupan rakyat Tiongkok dan diajarkan turun temurun (dalam keluarga) hingga sekarang. Ketika agama lain masuk Tiongkok, ajaran ini tetap membudaya dalam kehidupan sosial masyarakat Tionghoa sebagai etika moral (Khonghucu). Demikian pula halnya terkait ‘Tahun Baru’ Khonghucu, orang Tionghoa (apapun agamanya) masih ada ikatan batin, sehingga mereka tetap merayakannya sebagai budaya.
3. Biasanya apa yang dilakukan Matakin untuk merayakan imlek?
Matakin sebagai (satu-satunya) lembaga keagamaan Khonghucu yang menaungi umat Khonghucu di seluruh Indonesia, sejak zaman Presiden Abdulrahman Wahid (yang telah mengembalikan hak sipil umat Khonghucu, yakni mencabut Inpres no. 14 tahun 1967 dengan mengeluarkan Kepres no. 6 tahun 2000) hingga sekarang, setiap Tahun Baru ‘Imlek’ Matakin melaksanakan ritual peribadahan sekaligus perayaannya secara nasional.
4. Bagaimana sejarah imlek menurut Matakin?
Sejarah Tahun Baru ‘Imlek’, seperti yang diuraikan dalam ‘prolog’ adalah sesuatu yang merupakan Firman Tian melalui Nabi Khongcu. Bukan menurut Matakin atau menurut siapa (pun). Matakin hanya melakukan peng’lurus’an dari apa yang dipahami orang secara kaprah.
5. Bagaimana pendapat anda toleransi kerukunan beragama?
Dalam hal toleransi seperti yang dimaksud dalam pertanyaan diatas, seharusnya dipahami paling tidak dalam tiga aspek, yakni toleransi, solidaritas dan harmonis dalam satu pengertian yang utuh. Toleransi; menghargai/ menghormati eksistensi keberadaan pihak lain. Solidaritas, ada rasa tepasalira sehingga tidak melecehkan pihak lain, karena itu tentunya hal yang tidak diinginkan mengena pada dirinya, sebaliknya secara sadar membangun kebersamaan. Harmonis sebagai upaya mewujudkan ‘menerima’ perbedaan, tidak memaksa kehendak bahwa diri sendirilah yang paling ‘benar’.
6. Sejauh ini berapa jumlah penganut agama Khonghucu di Indonesia?
Pada masa Orde Baru, warga negara Indonesia yang beragama Khonghucu mengalami perlakuan yang sangat diskriminatif dan termarginalkan (dengan adanya Inpres no.14 tahun 1967). Baru pada era Gus Dur, umat Khonghucu sebagai warga negara mendapat perlakuan yang setara dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai sesama anak bangsa. (dengan terbitnya Kepres no. 6 tahun 2000). Setelah lebih dari tiga dasawarsa mengalami masa sulit, oleh situasi dan kondisi yang ada, umat Khonghucu ‘harus’ mengisi kolom agama pada KTP nya dengan agama lain, menikah secara Khonghucu tidak bisa dicatatkan pada catatan sipil, peserta didik tidak bisa mengikuti pelajaran agama sesuai imannya. Maka ketika sekarang ditanya berapa jumlah umat khonghucu di Indonesia? tidak ada data yang valid untuk bisa menjawabnya. Data KTP yang beragama Khonghucu, tidak menunjukkan jumlah riil yang ada (masih banyak masalah di lapangan yang belum bisa diselesaikan secara tuntas).
7. Apakah Matakin sudah ada di setiap Kabupaten? Kota di Indonesia?
Dengan kondisi yang ada (sebagai akibat kebijakan politis pemerintahan), perkembangan Matakin masih memperlukan perjuangan keras. Jangankan ada di setiap kota/kabupaten, bahkan tidak di semua provinsi ada.
8. Jika belum ada di Sumsel?
Di Sumsel belum ada.
9. Apakah ada rencana membentuk Matakin di Sumsel?
Ini menyangkut pelayanan dan pembinaan umat. Jadi bukan masalah rencana, sudah menjadi kewajiban Matakin untuk melayani dan membina umat Khonghucu di Indonesia, hanya dalam realisasinya tentu banyak faktor yang menjadi kendala dan ini yang harus dicari solusinya.
10. Apa anjuran dan bagaimana pembinaannya?
Anjuran dari Matakin, yang paling mendasar adalah bagaimana umat Khonghucu sebagai anak bangsa bisa menunjukkan identitas dirinya sebagai warga Negara Indonesia yang berimankan Khonghucu. Pembinaannya, secara internal membangun karakter umat Khonghucu yang Junzi. Tidak hanya taat dalam ritualnya saja, melainkan nyata-nyata bisa memberi kontribusi positif pada lingkungannya baik selaku pribadi, keluarga maupun sebagai bagian dari masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai ejawantah ke’manusia’annya.
11. Bagaimana sumbangsih dari pemerintah pusat dan Pemerintah daerah?
Sejak keluarnya Kepres no.6 tahun 2000, pemerintah sudah menunjukkan ‘good will’ dengan segala dinamikanya.
12. Apa yang kurang dan apa yang lebih?
Kurang dan lebih adalah sesuatu yang sangat relative, karena kepentingan dan kebutuhan yang berbeda. Yang pasti ada beberapa hal yang persepsinya belum sama.
13. Bagaimana kerja sama dengan agama lain gimana? Bentuknya?
Kerjasama dengan agama lain, lebih pada kegiatan kemanusiaan secara umum, dan beberapa kegiatan sebagai kepedulian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuknya bisa secara fisik di lapangan, maupun dukungan moril baik dalam ‘testemoni bersama’ maupun kajian-kajian melalui seminar dan sebagainya.
14. Bagaimana tanggapan dengan pihak yang masih belum percaya Khonghucu itu agama?
Tidak ada satu pihakpun (bahkan pemerintah) yang berhak menilai sesuatu itu agama atau bukan. Agama diimani oleh umatnya, bukan orang lain. Maka anggapan Khonghucu itu bukan agama berpulang pada kedewasaan berpikir dari yang bersangkutan.
15. Banyakkah penganut Khonghucu dari luar warga Keturunan ?
Agama diturunkan Tian untuk insan ciptaanNya, bukan untuk kelompok/ bangsa tertentu. Untuk mengimani suatu agama, tidak ada larangan juga tidak bisa dipaksakan. Siapapun mempunyai hak mengimani agama Khonghucu. Agama Khonghucu dianut oleh berbagai bangsa, keturunan (Tionghoa) atau bukan. Di Indonesia, agama Khonghucu bukan hanya milik warga keturunan (Tionghoa) saja, melainkan juga dianut oleh warga yang lain, bahkan rohaniwannyapun bukan hanya dari warga keturunan (Tionghoa) saja.
Sumber: Wakil Ketua Umum MATAKIN Pusat Bratayana Ongkowijaya
(Romy)
帝 曰 : 咨 ,汝 羲 暨 和 !
朞 三 百 有 六 旬 有 六 日 ,以 閏 月 ,定 四 時 成 歲 。
允 釐 百 工 ,庶 績 咸 熙 。
Baginda (Yao) bersabda, “O ! kamu, Xi dan He, camkan, setahun itu ada 366 hari”;
Dengan mengingat adanya bulan kabisat, tetapkanlah ke empat musim dalam setahun.
Aturlah beratus pekerja itu sehingga semua pekerjaan sepanjang tahun terselenggara baik.
(唐 書 - 堯 典 ; Tang Shu - Yao Dian)
Penyebutan penanggalan Yinli/Imlek (陰 曆) untuk penanggalan Khonghucu, sebenarnya salah kaprah. Karena Yinli/Imlek (陰 曆) menunjuk pada Lunar system sedang untuk Solar system disebut Yangli/Yanglek (陽 曆), maka untuk penyebutan penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li yang merupakan gabungan dari lunar system dengan Solar system (Luni-solar system) seharusnya Yinyangli/Imyanglek (陰 陽 曆).
Kenapa disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li?
System penanggalan ini mempunyai sejarah yang panjang dan unik, sejak pertama kali dibuat (era黃 帝 - Huang Di; 2698 s.M - 2598 s.M), penentuan Tahun Baru nya mengalami perubahan dari satu dinasti ke dinasti yang lain.
Nabi Khongcu (孔 子 ; 551 s.M - 479 s.M) yang hidup pada zaman 春 秋 - Chun Qiu akhir era dinasti周 - Zhou (1122 s.M - 255 s.M), menyerukan untuk menggunakan penanggalan dinasti 夏 - Xia (2205 s.M - 1766 s.M) karena Nabi Khongcu melihat bahwa penentuan Tahun Baru seyogyanya dikaitkan dengan ketepatan perhitungan musim yang juga merupakan aspek kultural-filosofis dimana akan memudahkan rakyat dalam bercocok-tanam, hal ini mengingat pula begitu pentingnya aspek ketepatan musim tanam, diawal musim semi bagi masyarakat agraris, yang menumpukan hidupnya dengan bersawah-ladang, yang mana hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pokok umat manusia. Mereka adalah rakyat berbagai bangsa, berabad-abad sehingga sekarang. Inilah Wahyu Tian (天 賜 - Tian Ci) yang diturunkan bagi kesejahteraan insan ciptaanNya melalui Nabi Khongcu!
子 曰 :行 夏 之 時 。
Nabi (Khongcu) bersabda : “Pakailah penanggalan Dinasti Xia.”
(論 語 - Lun Yu XV: 11)
Pada saat itu, penguasa belum/tidak memperhatikan sabda Nabi Khongcu tersebut (hanya raja yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan system penanggalan dengan Tahun Baru nya). Namun Tian berkehendak lain, pada zaman dinasti 漢 - Han, raja ke VI; 漢 武 帝 - Han Wu Di, pada tahun 104 s.M, mencanangkan penggunaan system penanggalan seperti yang di sabdakan Nabi Khongcu. Dan awal tahunnya ditentukan dengan menggunakan tahun kelahiran Nabi Khongcu (551 s.M). Itulah sebabnya perhitungan penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li, kini menunjuk angka 2566 tahun (551 s.M + 2015 M). Sejak itu, penggunaan system penanggalan ini sampai sekarang tidak pernah berubah lagi. Seandainya漢 武 帝 - Han Wu Di tidak mencanangkan system penanggalan seperti yang di-sabda-kan Nabi Khongcu, maka orang tidak akan pernah tahu apa yang terjadi (menggunakan system yang mana dan kapan penentuan tahun barunya). Karena orang menggunakan system penanggalan seperti yang dicanangkan oleh 漢 武 帝 - Han Wu Di yang menyumber dari sabda Nabi Khongcu, maka system penanggalan yang digunakan sekarang ini disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li.
Dalam buku : A History of Chinese Philosophy, Fung Yu Lan menyebut ;
‘Confucius as a Creator Through Being a Transmiter’
(Nabi Kongcu sebagai seorang pencipta lewat karya meneruskan)
Makna filosofis Tahun Baru bagi umat Khonghucu
Berbicara mengenai makna Tahun Baru, apanya yang baru? Iman Khonghucu menegaskan: ‘Baru’ (新 - Xin) mempunyai demensi yang bisa berarti: ‘Awal atau Pada-mulanya’ bertujuan memperbaiki (memperbaharui), bermaksud selalu ‘Baharu’, dengan artian: agar ‘lebih baik dan lebih baik lagi’.
苟 日 新 , 日 日 新 , 又 日 新 .
“Bila suatu hari dapat membaharui diri,
perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!”
(大 學 - Thai Hak II: 1)
Dimanakah konteks relevansi akan nilai religi dalam setiap tahun baru?
Kalau dihubungkan dengan konsep imani ‘天 - Tian (Tuhan/Sang Khalik)’, ‘地 - Di (Bumi/Sarana)’ dan ‘人 - Ren (Manusia)’ dalam 儒 教 - Ru Jiao (agama Khonghucu), maka ada makna yang tersirat dalam hubungan ini;
Bukankah Dia sang khalik menjadi ‘終 始 - Zhong Shi’ (PrimaCausa-CausaFinalis) semesta dan turunannya berarti ada awal dan akhir? Dimana orang mau mengawali dan kapan akan mengakhiri? Ini semua berada pada ‘titik’ relatif imagi manusia.
Maka tahun baru, senantiasa berarti ‘KESEMPATAN BARU’ (新 的 機 會 - Xin De Ji Hui).
Bukankah bumi menjadi ‘sarana’ yang menyediakan semua? Hanya mungkin ada yang ‘salah’ dalam mengelolanya. Orang mau ‘mencari’ atau men ‘sia-sia’ kannya, Bumi tetap menyediakan Harapan bagi insan beriman.
Maka tahun baru, selalu merupakan ‘HARAPAN BARU’ (新 的 希 望 - Xin De Xi Wang).
Bukankah manusia adalah ciptaanNya, yang ter ‘mulia’, mengapa manusia tak berdaya- usaha dan ulet bekerja? manusia seharusnya dengan Iman dan Taqwa berupaya selaras (bahagia) didalam Jalan SuciNya (樂 天 - Le Tian).
Maka tahun baru, adalah sebuah ‘PERJUANGAN BARU’ (新 的 挑 戰 - Xin De Tiao Zhan).
天 - Tian; Tuhan/Sang Khalik memberi Kesempatan,
地 - Di; Bumi/Sarana menyediakan Harapan,
人 - Ren; Manusia harus Berusaha!
Dari uraian di atas, jelas dan tegaslah bahwa apa yang dimaksud dengan penyebutan ‘kaprah’ penanggalan Yinli/Imlek (陰 曆), yang benar dan seharusnya adalah disebut penanggalan Khonghucu, 孔 子 曆 - Kongzi li. Dan itu bukan sekedar teradisi yang tanpa bersumber kepada Kitab Suci (Khonghucu) yang diwahyukan Tian, Tuhan Sang Khalik. Lebih-lebih dari anggapan sekedar sebagai ‘tahun baru nya kaum Tionghoa’ belaka, ataupun hanya suatu ‘perayaan’ yang diwujudkan dengan segala bentuk ‘eurofianya’. Melainkan memuat ‘Makna Suci’ sebagai ‘Panggilan Ibadah’ yang luhur dan mulia bagi umat yang mengimaninya, dan ini semua bukannya tanpa ‘apa’ dan ‘mengapa’ . . . Shanzai (善 哉) !
恭 賀 新 禧
Selamat Melaksanakan Ibadah Tahun Baru
(Kongzi li 2566)
宅天命, 作新民
Berada Dalam Firman Tian , Menjadi Rakyat Baharu
永言配命,自求多福
Perilaku Selalu Manunggal Firman , Menjadikan Diri Penuh Berkah
1. Apa makna tahun baru imlek 2015 bagi Khonghucu?
Makna Tahun Baru ‘Imlek’ bagi umat Khonghucu, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua aspek.
- Pertama aspek iman;
Terkait dengan ritual/persembahyangan sesuai yang dituntunkan didalam Kitab Suci, berikut ejawantah (kewajiban) dalam kehidupan sosialnya sebagai panggilan dari ibadahnya.
- Kedua aspek cultural-filosofis ;
Terkait dengan musim awal tanam (musim semi) dan spirit San Cai :
Tian, Tuhan sang Khalik memberi Kesempatan (baru)
Di, Bumi/sarana menyediakan Harapan (baru)
Ren, manusia memperjuangkan/usaha (baru)
2. Posisinya dengan makna tahun baru bagi warga Tionghoa?
Sejarah mencatat, Ru Jiao (agama Khonghucu) adalah agama yang paling tua (awal) di Tiongkok. Agama ini sangat mempengaruhi kehidupan rakyat Tiongkok dan diajarkan turun temurun (dalam keluarga) hingga sekarang. Ketika agama lain masuk Tiongkok, ajaran ini tetap membudaya dalam kehidupan sosial masyarakat Tionghoa sebagai etika moral (Khonghucu). Demikian pula halnya terkait ‘Tahun Baru’ Khonghucu, orang Tionghoa (apapun agamanya) masih ada ikatan batin, sehingga mereka tetap merayakannya sebagai budaya.
3. Biasanya apa yang dilakukan Matakin untuk merayakan imlek?
Matakin sebagai (satu-satunya) lembaga keagamaan Khonghucu yang menaungi umat Khonghucu di seluruh Indonesia, sejak zaman Presiden Abdulrahman Wahid (yang telah mengembalikan hak sipil umat Khonghucu, yakni mencabut Inpres no. 14 tahun 1967 dengan mengeluarkan Kepres no. 6 tahun 2000) hingga sekarang, setiap Tahun Baru ‘Imlek’ Matakin melaksanakan ritual peribadahan sekaligus perayaannya secara nasional.
4. Bagaimana sejarah imlek menurut Matakin?
Sejarah Tahun Baru ‘Imlek’, seperti yang diuraikan dalam ‘prolog’ adalah sesuatu yang merupakan Firman Tian melalui Nabi Khongcu. Bukan menurut Matakin atau menurut siapa (pun). Matakin hanya melakukan peng’lurus’an dari apa yang dipahami orang secara kaprah.
5. Bagaimana pendapat anda toleransi kerukunan beragama?
Dalam hal toleransi seperti yang dimaksud dalam pertanyaan diatas, seharusnya dipahami paling tidak dalam tiga aspek, yakni toleransi, solidaritas dan harmonis dalam satu pengertian yang utuh. Toleransi; menghargai/ menghormati eksistensi keberadaan pihak lain. Solidaritas, ada rasa tepasalira sehingga tidak melecehkan pihak lain, karena itu tentunya hal yang tidak diinginkan mengena pada dirinya, sebaliknya secara sadar membangun kebersamaan. Harmonis sebagai upaya mewujudkan ‘menerima’ perbedaan, tidak memaksa kehendak bahwa diri sendirilah yang paling ‘benar’.
6. Sejauh ini berapa jumlah penganut agama Khonghucu di Indonesia?
Pada masa Orde Baru, warga negara Indonesia yang beragama Khonghucu mengalami perlakuan yang sangat diskriminatif dan termarginalkan (dengan adanya Inpres no.14 tahun 1967). Baru pada era Gus Dur, umat Khonghucu sebagai warga negara mendapat perlakuan yang setara dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai sesama anak bangsa. (dengan terbitnya Kepres no. 6 tahun 2000). Setelah lebih dari tiga dasawarsa mengalami masa sulit, oleh situasi dan kondisi yang ada, umat Khonghucu ‘harus’ mengisi kolom agama pada KTP nya dengan agama lain, menikah secara Khonghucu tidak bisa dicatatkan pada catatan sipil, peserta didik tidak bisa mengikuti pelajaran agama sesuai imannya. Maka ketika sekarang ditanya berapa jumlah umat khonghucu di Indonesia? tidak ada data yang valid untuk bisa menjawabnya. Data KTP yang beragama Khonghucu, tidak menunjukkan jumlah riil yang ada (masih banyak masalah di lapangan yang belum bisa diselesaikan secara tuntas).
7. Apakah Matakin sudah ada di setiap Kabupaten? Kota di Indonesia?
Dengan kondisi yang ada (sebagai akibat kebijakan politis pemerintahan), perkembangan Matakin masih memperlukan perjuangan keras. Jangankan ada di setiap kota/kabupaten, bahkan tidak di semua provinsi ada.
8. Jika belum ada di Sumsel?
Di Sumsel belum ada.
9. Apakah ada rencana membentuk Matakin di Sumsel?
Ini menyangkut pelayanan dan pembinaan umat. Jadi bukan masalah rencana, sudah menjadi kewajiban Matakin untuk melayani dan membina umat Khonghucu di Indonesia, hanya dalam realisasinya tentu banyak faktor yang menjadi kendala dan ini yang harus dicari solusinya.
10. Apa anjuran dan bagaimana pembinaannya?
Anjuran dari Matakin, yang paling mendasar adalah bagaimana umat Khonghucu sebagai anak bangsa bisa menunjukkan identitas dirinya sebagai warga Negara Indonesia yang berimankan Khonghucu. Pembinaannya, secara internal membangun karakter umat Khonghucu yang Junzi. Tidak hanya taat dalam ritualnya saja, melainkan nyata-nyata bisa memberi kontribusi positif pada lingkungannya baik selaku pribadi, keluarga maupun sebagai bagian dari masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai ejawantah ke’manusia’annya.
11. Bagaimana sumbangsih dari pemerintah pusat dan Pemerintah daerah?
Sejak keluarnya Kepres no.6 tahun 2000, pemerintah sudah menunjukkan ‘good will’ dengan segala dinamikanya.
12. Apa yang kurang dan apa yang lebih?
Kurang dan lebih adalah sesuatu yang sangat relative, karena kepentingan dan kebutuhan yang berbeda. Yang pasti ada beberapa hal yang persepsinya belum sama.
13. Bagaimana kerja sama dengan agama lain gimana? Bentuknya?
Kerjasama dengan agama lain, lebih pada kegiatan kemanusiaan secara umum, dan beberapa kegiatan sebagai kepedulian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuknya bisa secara fisik di lapangan, maupun dukungan moril baik dalam ‘testemoni bersama’ maupun kajian-kajian melalui seminar dan sebagainya.
14. Bagaimana tanggapan dengan pihak yang masih belum percaya Khonghucu itu agama?
Tidak ada satu pihakpun (bahkan pemerintah) yang berhak menilai sesuatu itu agama atau bukan. Agama diimani oleh umatnya, bukan orang lain. Maka anggapan Khonghucu itu bukan agama berpulang pada kedewasaan berpikir dari yang bersangkutan.
15. Banyakkah penganut Khonghucu dari luar warga Keturunan ?
Agama diturunkan Tian untuk insan ciptaanNya, bukan untuk kelompok/ bangsa tertentu. Untuk mengimani suatu agama, tidak ada larangan juga tidak bisa dipaksakan. Siapapun mempunyai hak mengimani agama Khonghucu. Agama Khonghucu dianut oleh berbagai bangsa, keturunan (Tionghoa) atau bukan. Di Indonesia, agama Khonghucu bukan hanya milik warga keturunan (Tionghoa) saja, melainkan juga dianut oleh warga yang lain, bahkan rohaniwannyapun bukan hanya dari warga keturunan (Tionghoa) saja.
Sumber: Wakil Ketua Umum MATAKIN Pusat Bratayana Ongkowijaya
(Romy)