Namun hal tersebut tidak terlepas dari latar belakang sejarah asal muasal Tahun Baru Imlek itu sendiri yang berkaitan erat dengan sistim penanggalan Imlek/ Yinli/ Khongculek/ Kongzili. Misalnya penetapan tahun pertama dari Tahun Baru Imlek adalah dihitung sejak tahun pertama kelahiran Nabi Kongzi (baca Kungtze) yakni tahun 551 Sebelum masehi. Bagi mereka yang beragama Khonghucu (Rujiao), merayakan Tahun Baru Imlek bukan hanya sekedar untuk merayakan tradisi untuk menyambut datangnya musim semi saja, melainkan mengandung suatu makna religius yang sangat mendalam.
Momentum perayaan tahun baru Imlek 2015, Toko ABT
[Lihat Gambar: Pernak-pernik Imlek Laris Manis] yang beralamat di Jalan HMO Bafadha, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, kota Jambi, pernak-pernik Imlek mulai diserbu oleh pembeli yang mayoritas warga Tionghoa. Pedagang segala asesoris imlek, seperti kertas sembahyang, lilin, gaharu, lampion, kue keranjang dan patung-patung dewa-dewi, amplop angpau dan hiasan gantungan khas Imlek seperti kaligafi.
Penjualsn pernik imlek tahun ini. Lebih meriah dari tahun sebelumnya, lantaran warga Tionghoa mempercayai bila rumah mereka dihiasi aneka pernak pernik akan memberikan kesejukan dalam rumah tangga dan mendatangan rejeki.
Untuk aksesori Imlek, dijual dengan harga bervariasi, mulai dari yang harga kisaran Rp. 35.000 hingga yang ratusan ribu, itu tergantung dari ukuran, yang paling banyak pembeli adalah ukuran sedang, buat lampu lampion ukuran kecil, dijual sepasang Rp 77.000, ujar Aguan, pedagang asesoris terlengkap di kota Jambi. Selain menjual asesoris Imlek, Aguan juga menjual beragam kelengkapan dan kebutuhan sembahyang dan aneka patung dewa-dewi. (Romy)