Masyarakat Palembang dan sekitarnya perlu mewaspadai modus baru penipuan melalui ATM. Kewaspadaan ini dinilai penting setelah Polresta Palembang membekuk lima orang yang tergabung dalam jaringan penipu melalui ATM, Kamis malam.
Menurut Kepala Polresta Palembang Komisaris Besar Cahyo Budi Siswanto, Jumat (22/10), di Markas Poltabes, sindikat ini menggunakan modus pusat panggilan (call center) palsu dalam mengelabui korbannya di ATM. Caranya, pelaku menyumpal bagian lubang ATM dengan sebatang korek api. Akibatnya, ketika ada seorang pengguna ATM yang ingin bertransaksi, kartu ATM-nya langsung tertelan.
”Dalam keadaan panik, si pelaku lainnya akan mendatangi korban dan memintanya menghubungi pusat panggilan via telepon bank terkait. Si pelaku berpura-pura baik dengan menelepon pusat panggilan. Orang yang mengaku petugas akan meminta data nomor rekening dan nomor PIN. Korban pun langsung memberikan nomor. Saat itulah ATM tersebut bisa dibobol sindikat penipu ini,” kata Kapolresta.
Jaringan penipu ATM ini merupakan sindikat yang sudah beroperasi di sejumlah kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Sumatera. Terakhir, mereka beraksi di Kota Pangkal Pinang dan akhirnya berhasil melarikan diri ke Kota Palembang melalui jasa penyeberangan kapal feri dari Tanjungkalian (Bangka) ke Pelabuhan 35 Ilir (Kota Palembang).
Informasi polisi
Polresta Pangkal Pinang kemudian menginformasikan pelarian sindikat penipu ini ke Polresta Palembang. Menurut Kapolresta, pihak reserse Polresta Bangka mengidentifikasi sebuah mobil Avanza yang ditumpangi sindikat penipu ATM sedang menyeberang menggunakan kapal feri Srikandi dari Bangka ke Pelabuhan 35 Ilir.
”Kapal diperkirakan masuk pukul 02.00. Kemudian sebanyak 15 personel dari unit Reserse Kriminal Polsek Ilir Barat II langsung saya perintahkan mencegat pelaku di Pelabuhan 35 Ilir. Kapal yang ditunggu ternyata datang terlambat, baru sekitar pukul 04.30 merapat. Akhirnya mereka berhasil diringkus tanpa perlawanan,” katanya.
Setelah diinterogasi di Mapolresta Palembang, semua pelaku mengakui keterlibatan mereka dalam sejumlah aksi kejahatan penipuan di sejumlah kota. Setiap anggota komplotan ini mempunyai peran masing-masing dalam menjalankan aksinya. Denli Agus Saputra (28), warga Gunung Haji RT 1 RW 1 Pubian, Lampung Tengah, bertugas sebagai orang yang berpura-pura antre untuk menolong korbannya. Jamil Rahman (33), warga Jalan Jaya Katwang XV No 7 RT 009 RW 014, Desa Lumung Jaya Cibodas, yang bertugas memasukkan batang korek api ke dalam lubang ATM agar kartu ATM tersangkut atau tertelan mesin ATM saat digunakan.
Selain itu, Muhammad Haris (40), warga Desa Bunjungan Katbiang, Lampung Selatan, bertugas sebagai operator penerima telepon atas pengaduan korbannya. Edi Eliya (40), warga Curup Wetan, Tangerang, Banten, bertugas sebagai penguras ATM korban setelah korban pergi serta mengambil ATM korban. Ujang (45), warga Payakumbuh, Sumatera Barat, bertugas sebagai melihat keadaan di sekitar ATM saat Edi melakukan aksinya agar masyarakat tidak curiga. Komplotan ini dalam melancarkan aksinya selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain.
”Kami dari Tangerang bersama-sama melakukannya. Kebanyakan kami lakukan di Jakarta. Di Jakarta sudah lima kali melakukannya, terutama di mal-mal di Jakarta,” tutur Denli. Setelah melakukan aksinya di satu kota, mereka segera berpindah ke kota lain untuk menghilangkan jejak. (ONI)
http://cetak.kompas.com/read/2010/10/23/04525080/
Menurut Kepala Polresta Palembang Komisaris Besar Cahyo Budi Siswanto, Jumat (22/10), di Markas Poltabes, sindikat ini menggunakan modus pusat panggilan (call center) palsu dalam mengelabui korbannya di ATM. Caranya, pelaku menyumpal bagian lubang ATM dengan sebatang korek api. Akibatnya, ketika ada seorang pengguna ATM yang ingin bertransaksi, kartu ATM-nya langsung tertelan.
”Dalam keadaan panik, si pelaku lainnya akan mendatangi korban dan memintanya menghubungi pusat panggilan via telepon bank terkait. Si pelaku berpura-pura baik dengan menelepon pusat panggilan. Orang yang mengaku petugas akan meminta data nomor rekening dan nomor PIN. Korban pun langsung memberikan nomor. Saat itulah ATM tersebut bisa dibobol sindikat penipu ini,” kata Kapolresta.
Jaringan penipu ATM ini merupakan sindikat yang sudah beroperasi di sejumlah kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Sumatera. Terakhir, mereka beraksi di Kota Pangkal Pinang dan akhirnya berhasil melarikan diri ke Kota Palembang melalui jasa penyeberangan kapal feri dari Tanjungkalian (Bangka) ke Pelabuhan 35 Ilir (Kota Palembang).
Informasi polisi
Polresta Pangkal Pinang kemudian menginformasikan pelarian sindikat penipu ini ke Polresta Palembang. Menurut Kapolresta, pihak reserse Polresta Bangka mengidentifikasi sebuah mobil Avanza yang ditumpangi sindikat penipu ATM sedang menyeberang menggunakan kapal feri Srikandi dari Bangka ke Pelabuhan 35 Ilir.
”Kapal diperkirakan masuk pukul 02.00. Kemudian sebanyak 15 personel dari unit Reserse Kriminal Polsek Ilir Barat II langsung saya perintahkan mencegat pelaku di Pelabuhan 35 Ilir. Kapal yang ditunggu ternyata datang terlambat, baru sekitar pukul 04.30 merapat. Akhirnya mereka berhasil diringkus tanpa perlawanan,” katanya.
Setelah diinterogasi di Mapolresta Palembang, semua pelaku mengakui keterlibatan mereka dalam sejumlah aksi kejahatan penipuan di sejumlah kota. Setiap anggota komplotan ini mempunyai peran masing-masing dalam menjalankan aksinya. Denli Agus Saputra (28), warga Gunung Haji RT 1 RW 1 Pubian, Lampung Tengah, bertugas sebagai orang yang berpura-pura antre untuk menolong korbannya. Jamil Rahman (33), warga Jalan Jaya Katwang XV No 7 RT 009 RW 014, Desa Lumung Jaya Cibodas, yang bertugas memasukkan batang korek api ke dalam lubang ATM agar kartu ATM tersangkut atau tertelan mesin ATM saat digunakan.
Selain itu, Muhammad Haris (40), warga Desa Bunjungan Katbiang, Lampung Selatan, bertugas sebagai operator penerima telepon atas pengaduan korbannya. Edi Eliya (40), warga Curup Wetan, Tangerang, Banten, bertugas sebagai penguras ATM korban setelah korban pergi serta mengambil ATM korban. Ujang (45), warga Payakumbuh, Sumatera Barat, bertugas sebagai melihat keadaan di sekitar ATM saat Edi melakukan aksinya agar masyarakat tidak curiga. Komplotan ini dalam melancarkan aksinya selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain.
”Kami dari Tangerang bersama-sama melakukannya. Kebanyakan kami lakukan di Jakarta. Di Jakarta sudah lima kali melakukannya, terutama di mal-mal di Jakarta,” tutur Denli. Setelah melakukan aksinya di satu kota, mereka segera berpindah ke kota lain untuk menghilangkan jejak. (ONI)
http://cetak.kompas.com/read/2010/10/23/04525080/