Minggu, 19 Mei 2013

Banjir Manusia Di Candi Muarojambi

JAMBI – Ribuan umat Buddis Jambi dan sekitarnya manjadikan hari Minggu ini (19/5) spesial, pasalnya ribuan umat Buddha melakukan prosesi keliling situs percandian terbesar di pulau sumatera, untuk menyambut perayaan Trisuci Waisak 2557/BE yang dilakukan setiap tahun sekali.
Mereka datang ke Candi Muarojambi bersama keluarga untuk menggikuti prosesi perayaan Tri Suci Waisak 255/ BE di kompleks candi Muaro Jambi. Kegiatan Ini merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi beserta umat Buddha di kota Jambi.

Umat Buddhis dan simpatisan yang akan ikut ke Candi Muarojambi, telah hadir di halaman Vihara Sakyakirti Jambi sejak pukul 06.00 WIB. Rombongan yang angkut puluhan mini bus, keberangkat rombongan ke candi tahun ini sangat terlambat, lantaran panitia tahun ini terlihat plin plan, sehingga pukul 8 liwat baru meluncur ke candi, biasanya pukul 07.30 WIB rombongan telah berangkat ke candi, selanjutnya diikuti oleh para Bhikku Sangha yang akan memimpin ritual, ternyata kali ini Bhikku duluan datang setengah jam sebelum prosesi Waisak di mulai di kompleks candi Muarojambi. ini merupakan upacara yang sangat istimewa karena langsung digelar didepan Candi Tinggi yang merupakan salah satu benda yang dianggap suci oleh umat Buddha.

“Setiap tahun Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi selalu menggelar ritual puncak Wsak di candi Muaro Jambi ini.” Tahun ini perayaan Waisak di Candi Muarojambi disaksikan ratusan masyarakat yang datang berwisata.

Setiba Candi Muaro Jambi, ritual dimulai. Doa mulai dipanjatkan dan dipimpin oleh Bhikku, umat mengikuti ritual pertama yang disebut dengan pradaksina. Pradaksina merupakan ritual mengelilingi benda yang dianggap suci. Tujuannya sebagai tanda penghormatan. “Candi Muaro Jambi merupakan salah satu benda yang suci dan harus kita hormati. Apalagi kita akan menggelar upacara disini, jadi kita harus benar benar menghormati semua yang ada disini termasuk candi yang merupakan bangunan bernilai sejarah ini.

Sambil terus memanjatkan doa, umah Buddha mengelilingi Candi Gumpung, terus menuju Candi Tinggi, seusai mengeliling dua candi, umat Bhuddha mengikuti Y.M Bhante Sasanabodhi Thera, Y.M Biksu Nyanasukha Satvira, Y.M Bhante Bhardra Palo, Y.M Biksuni Girikshanti, Y.L Samanera Viriya Nanda, Y.L Samanera Viriya Panna, Y.L Samanera Rahayu dari belakang.

Tidak jauh dari Candi Tinggi, panitia sudah tersedia tenda besar yang telah dilengkapi dengan tempat untuk bersembahyang. Altar beserta rupang Buddha yang menjadi tempat ritual digelar. Disana, mereka duduk dibawah tenda sambil bersila. Lalu, mengikuti doa doa serta membaca paritta. Setiap umat terlihat khusuk mengikuti ritual. Mulai dari anak anak, remaja, dewasa hingga orang tua. “Mereka yang sudah berumur kita beri fasilitas yang khusus seperti rombongan dari Wanita Buddish Indonesia (WBI) yang memang sebagian besar sudah berumur agar mereka tidak terlalu letih.” (Romy)
*www.ayojambi.com