JAMBI, ayojambi.com – Ratusan warga perkampungan China Town di kawasan Koni, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi mendapatkan bingkisan Imlek 2566 Kongzeli dari Hj. Daryati Uteng, SE, MM [Lihat Gambar: Daryati Uteng Silaturahmi Dengan Warga Koni].
Sabtu, 28 Februari 2015
Lim Tek Chong Taoshe Kembali Gelar Ritual Po Un Di Jambi
占碑明山廟廟落成及神明進宮典禮
JAMBI, ayojambi.com – Pembina Khonghucu Jambi, Lim Tek Chong taoshe dari Tiongkok harus bolak balik Jambi Palembang untuk melayani umat Khonghucu yang akan mengikuti ritual Po Un. Karena banyaknya permintaan untuk mengikuti prosesi Po Un, maka Lim Tek Chong harus kembali ke Jambi setelah sempat 2 hari melayani umat Khonghucu di kota pempek (sumsel) [Lihat Gambar: Prosesi Po Un].
Tugas seorang rohaniawan tidak seenak yang kita bayangi, karena seorang rohaniwan mempunyai tanggung jawab untuk melayani umat setiap saat dibutuhkan, seperti Lim Tek Chong taushe selama sebulan penuh memberikan pelayanan kepada umat Khonghucu di Jambi dan Palembang (Sumsel). Lim Tek Chong ke Indonesia bertepatan 3 hari setelah Imlek 2566, 22 Februari 2015. Bahkan saking membludaknya peserta Po Un, untuk makan saja tidak ada waktu buat Lim Tek Chong taushe.
Prosesi Po Un yang benar hanya diselenggarakan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN KELENTENG) Sai Che Tien, sejak Senin pagi (23/2-2015), tujuan Po Un untuk meminta keselamatan.
Hasil pantauan di lapangan, setiap umat Khonghucu yang ikut prosesi “Po Un” wajib membawa pakaian, sedangan sesajian lain telah dipersiapkan oleh pihak kelenteng, seperti Mie Swa, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah, Kim Cua (kertas sembahyang), bentuk gambar terbuat dari kertas diantaranya kepala keluarga, istri dan anak laki-laki maupun anak perempuan. Setiap peserta Po Un mengikuti Tao She mengeliling duplikat jembatan sebanyak 12 kali dengan membawa sesajian, sedangkan sesajian seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah sebagai simbol panjang umur. baju yang distempel ini nantinya akan dipakai selama 3 hari berturut.
Menurut Rohaniwan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kelenteng “Sai Che Tien”, The Lien Teng, berlokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat Khonghucu tersebut”.
Tambah The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di China. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng-kelenteng setiap tahun”. katanya.
Selanjutnya bahwa dari beberapa ritual yang telah dilakukan di kelenteng, ada perbedaan pelaksanaan dari masing-masing kelenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Kambing vs Kerbau yang jatuh tepat pada 2015 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut harus ikut dalam ritual Po Un ini,” katanya.
Menurut salah satu peserta dari kawasan Kasang yang kali pertama mengikuti prosesi Po Un menyatakan, prosesi di kelenteng ini jauh berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya, di kelenteng lain baju kita hanya dikipas-kipas saja, tanpa adanya ritual keliling altar, “Kita baru tahun ini ikut ritual, tahun-tahun sebelumnya dilakukan Po Un di kelenteng lain, yang mana pakaian kita hanya dikipas-kipas saja”, ujar warga tersebut yang enggan di sebut jati dirinya.
Boleh dibilang peserta Po Un merasa capek, karena mesti keliling altar Dewa Fu Xi sebanyak 12 kali, namun peserta juga merasa puas lantaran bisa langsung ikut dalam prosesi Po Un yang memakan waktu lebih dari 1 jam. (Romy)
Prosesi Po Un yang benar hanya diselenggarakan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN KELENTENG) Sai Che Tien, sejak Senin pagi (23/2-2015), tujuan Po Un untuk meminta keselamatan.
Hasil pantauan di lapangan, setiap umat Khonghucu yang ikut prosesi “Po Un” wajib membawa pakaian, sedangan sesajian lain telah dipersiapkan oleh pihak kelenteng, seperti Mie Swa, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah, Kim Cua (kertas sembahyang), bentuk gambar terbuat dari kertas diantaranya kepala keluarga, istri dan anak laki-laki maupun anak perempuan. Setiap peserta Po Un mengikuti Tao She mengeliling duplikat jembatan sebanyak 12 kali dengan membawa sesajian, sedangkan sesajian seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah sebagai simbol panjang umur. baju yang distempel ini nantinya akan dipakai selama 3 hari berturut.
Menurut Rohaniwan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kelenteng “Sai Che Tien”, The Lien Teng, berlokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat Khonghucu tersebut”.
Tambah The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di China. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng-kelenteng setiap tahun”. katanya.
Selanjutnya bahwa dari beberapa ritual yang telah dilakukan di kelenteng, ada perbedaan pelaksanaan dari masing-masing kelenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Kambing vs Kerbau yang jatuh tepat pada 2015 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut harus ikut dalam ritual Po Un ini,” katanya.
Menurut salah satu peserta dari kawasan Kasang yang kali pertama mengikuti prosesi Po Un menyatakan, prosesi di kelenteng ini jauh berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya, di kelenteng lain baju kita hanya dikipas-kipas saja, tanpa adanya ritual keliling altar, “Kita baru tahun ini ikut ritual, tahun-tahun sebelumnya dilakukan Po Un di kelenteng lain, yang mana pakaian kita hanya dikipas-kipas saja”, ujar warga tersebut yang enggan di sebut jati dirinya.
Boleh dibilang peserta Po Un merasa capek, karena mesti keliling altar Dewa Fu Xi sebanyak 12 kali, namun peserta juga merasa puas lantaran bisa langsung ikut dalam prosesi Po Un yang memakan waktu lebih dari 1 jam. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Jumat, 27 Februari 2015
Lion Air Hentikan Penerbangan di Bandara Juanda
Metrotvnews.com, Sidoarjo: Maskapai Lion Air tanpa alasan yang jelas menghentikan operasi 24 penerbangan pesawatnya ke berbagai rute tujuan melalui Bandara Juanda Sidoarjo, Jatim, Jumat (27/2).
Sejumlah calon penumpang merasa dirugikan dengan tidak beroperasinya maskapai ini. Ratusan calon penumpang pesawat Lion Air harus menelan kekecewaan karena maskapai ini menghentikan operasinya tanpa alasan jelas.
Sejumlah calon penumpang akhirnya harus mencari tiket maskapai lain dan sebagian lagi menunda rencana bepergiannya.
Berdasarkan data Airport Duty Officer Bandara Juanda, ada 24 penerbangan Lion Air di terminal satu Bandara Juanda. Namun semua penerbangan itu tidak beroperasi pada Jumat ini. Penerbangan Lion Air yang tidak beroperasi ini di antaranya rute penerbangan menuju Jakarta, Lombok, Kupang, Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, dan Manado.
Penerbangan Lion Air ini tidak beroperasi sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 00.14 WIB. Sejumlah calon penumpang terpaksa harus menunda perjalanannya setelah mengetahui Lion Air tidak beroperasi. Sebagian calon penumpang terpaksa membeli tiket maskapai pesawat lain.
Sementara itu juga tidak ada penjelasan resmi dari pihak Lion Air terkait berhentinya operasi pesawat
mereka.
"Soalnya maskapai ini paling banyak pesawat dan rutenya. Kalau begini saya terpaksa harus mencari tiket pesawat lain," kata Mutadi,55, salah satu calon penumpang.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/02/27/364012/8203-lion-air-hentikan-penerbangan-di-bandara-juanda
Sejumlah calon penumpang akhirnya harus mencari tiket maskapai lain dan sebagian lagi menunda rencana bepergiannya.
Berdasarkan data Airport Duty Officer Bandara Juanda, ada 24 penerbangan Lion Air di terminal satu Bandara Juanda. Namun semua penerbangan itu tidak beroperasi pada Jumat ini. Penerbangan Lion Air yang tidak beroperasi ini di antaranya rute penerbangan menuju Jakarta, Lombok, Kupang, Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, dan Manado.
Penerbangan Lion Air ini tidak beroperasi sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 00.14 WIB. Sejumlah calon penumpang terpaksa harus menunda perjalanannya setelah mengetahui Lion Air tidak beroperasi. Sebagian calon penumpang terpaksa membeli tiket maskapai pesawat lain.
Sementara itu juga tidak ada penjelasan resmi dari pihak Lion Air terkait berhentinya operasi pesawat
mereka.
"Soalnya maskapai ini paling banyak pesawat dan rutenya. Kalau begini saya terpaksa harus mencari tiket pesawat lain," kata Mutadi,55, salah satu calon penumpang.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/02/27/364012/8203-lion-air-hentikan-penerbangan-di-bandara-juanda
* www.ayojambi.com/
Kemenhub Tolak Pengoperasian Kembali 9 Rute Lion Air
Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menolak permohonan pengoperasian kembali 9 rute Lion Air ke berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Lion Air belum memenuhi syarat yang diberikan Menhub.
"Dengan hormat disampaikan bahwa Direktur Jenderal Perhubungan Udara belum dapat menyetujui permohonan PT Lion Mentari Airlines untuk menerbangi kembali rute-rute sebagaimana terlampir," demikian tertulis dalam surat edaran yang dikeluarkan Direktur Jenderal Pehubungan Udara, Suprasetyo yang diterima Metrotvnews.com, Kamis (26/2/2015) malam.
Hal ini dilakukan karena Lion Air selaku maskapai yang meminta penambahan kapasitas rute tak mampu memenuhi kuota penerbangan. Adapun, kuota yang ditetapkan Menhub ialah melayani selama 21 hari berturut-turut.
"PT Lion Mentari Airlines untuk menerbangi rute-rute sebagaimana terlampir dengan pertimbangan rute-rute tersebut tidak dilayani lebih dari 21 hari berturut-turut tanpa pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara," jelas surat itu.
Berikut sembilan rute Lion Air yang pengoperasiannya belum dapat dilakukan:
1. Surabaya - Ambon (JT-886) pemberangkatan pukul 05.45
2. Ambon - Surabaya (JT-887) pemberangkatan pukul 20.25
3. Surabaya - Cengkareng (JT-597) pemberangkatan pukul 06.15
4. Ujungpandang - Jayapura (JT-894) pemberangkatan pukul 08.45
5. Jayapura - Ujungpandang (JT-895) pemberangkatan pukul 14.45
6. Ujungpandang - Cengkareng (JT-895) pemberangkatan pukul 20.40
7. Lombok - Cengkareng (JT-659) pemberangkatan pukul 18.50
8. Cengkareng - Jambi (JT-660) pemberangkatan pukul 05.20
9. Jambi - Cengkareng (JT-661) pemberangkatan pukul 20.00
http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/27/363814/kemenhub-tolak-pengoperasian-kembali-9-rute-lion-air
Hal ini dilakukan karena Lion Air selaku maskapai yang meminta penambahan kapasitas rute tak mampu memenuhi kuota penerbangan. Adapun, kuota yang ditetapkan Menhub ialah melayani selama 21 hari berturut-turut.
"PT Lion Mentari Airlines untuk menerbangi rute-rute sebagaimana terlampir dengan pertimbangan rute-rute tersebut tidak dilayani lebih dari 21 hari berturut-turut tanpa pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara," jelas surat itu.
Berikut sembilan rute Lion Air yang pengoperasiannya belum dapat dilakukan:
1. Surabaya - Ambon (JT-886) pemberangkatan pukul 05.45
2. Ambon - Surabaya (JT-887) pemberangkatan pukul 20.25
3. Surabaya - Cengkareng (JT-597) pemberangkatan pukul 06.15
4. Ujungpandang - Jayapura (JT-894) pemberangkatan pukul 08.45
5. Jayapura - Ujungpandang (JT-895) pemberangkatan pukul 14.45
6. Ujungpandang - Cengkareng (JT-895) pemberangkatan pukul 20.40
7. Lombok - Cengkareng (JT-659) pemberangkatan pukul 18.50
8. Cengkareng - Jambi (JT-660) pemberangkatan pukul 05.20
9. Jambi - Cengkareng (JT-661) pemberangkatan pukul 20.00
http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/27/363814/kemenhub-tolak-pengoperasian-kembali-9-rute-lion-air
* www.ayojambi.com/
Kamis, 26 Februari 2015
Selasa, 24 Februari 2015
Melirik Prosesi Po Un Pasca Imlek Di MAKIN Sai Che Tien Jambi (Tahap Ke 4)
JAMBI, ayojambi.com - Setiap awal Tahun Baru Imlek, umat Khonghucu Jambi mengikuti ritual Po Un 补运 di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien 占碑狮仔殿孔教庙, Po Un 补运 untuk memohon Berkah dan Keselamatan dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari China, prosesi Po Un dilakukan selama 3 hari di Jalan Koni, Rt 2, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi [Lihat Gambar Po Un Tahap Ke 4].
Perayaan imlek bagi umat Khonghucu di Kota Jambi tidak hanya bermakna kebahagiaan. Tetapi yang terpenting adalah, bagaimana umat Khonghucu meningkatkan ketaatan kepada sang pencipta.
Melalui salah satunya ritual Po Un, ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun di MAKIN Sai Che Tien Jambi. Dimulai empat hari pasca Imlek hingga menjelang Cap Go Meh mendatang.
Po Un bagi umat Khonghucu merupakan sebuah upacara metolak balak. Bagi Umat Khonghucu, selain sebagai bentuk ke taatan kepada sang pencipta. Ritual ini juga diyakini mampu menghindarkan seseorang dari balak di tahun kambing (ciong).
Seperti terlihat pada Selasa (24/2) malam di Kelenteng MAKIN Sei Che Tien. Sejak pukul 18.00 WIB, puluhan umat terlihat khusuk mengikuti proses Po Un yang dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari Tingkok dengan doa-doa yang dipanjatkan di depan altar para suci Hok Hie Tee Shien (Nabi Khonghucu Fu Xi).
Ritual Po Un dilakukan 3 kali sehari, pagi, sore dan malam hari. Malam hari lebih ramai dari pagi maupun sore, lantaran malam hari banyak peserta telah pulang dari kerja.
Seperti terlihat Selasa malam, Lim Tek Chong Taoshe sambil membacakan doa, di ruangan kelenteng, lalu mengeliling altar Fu Xi, dibelakangya di ikuti 36 peserta Po Un (kepala Keluarga/ KK). Mereka berjalan berbaris, dengan langkah hati-hati sambil membawa nampan plastik warna merah yang berisi berisi pakaian, telur berwarna merah, Mie Swa, Wajik ketan dan sesajen lainnya.
Peserta mengikuti Lim Tek Chong berjalan melintasi jembatan kecil sebanyak 12 kali. Sesuai dengan 12 shio dengan 60 unsur. Jadi shio apapun di tahun ini kita berdoa agar terhindar dari balak.
Po Un yang dilakukan MAKIN Sai Che Tien berbeda dengan tempat lain, di Sai Che Tien peserta hanya dikenakan biaya perkepala keluarga (KK), 1 kepala keluarga boleh yang 4 orang (suami, istri dan 2 anak), bahkan ada keluarga peserta lebih dari 7 orang, biaya tetap 1, biaya tersebut sudah mencakup perlengkapan Po Un, sedangkan tempat lain peserta Po Un tidak usah hadir, cukup bawa pakaian, lalu membayar biaya Po Un, yang dikutip perorangan. Bukan perkepala keluarga, 3 hari kemudian jemput pakaiannya (pakaian hanya di cap/stempel saja). Bisa jadi penyelenggara tersebut mencari kekayaan atas penderitaan umat!. (Romy)
Melalui salah satunya ritual Po Un, ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun di MAKIN Sai Che Tien Jambi. Dimulai empat hari pasca Imlek hingga menjelang Cap Go Meh mendatang.
Po Un bagi umat Khonghucu merupakan sebuah upacara metolak balak. Bagi Umat Khonghucu, selain sebagai bentuk ke taatan kepada sang pencipta. Ritual ini juga diyakini mampu menghindarkan seseorang dari balak di tahun kambing (ciong).
Seperti terlihat pada Selasa (24/2) malam di Kelenteng MAKIN Sei Che Tien. Sejak pukul 18.00 WIB, puluhan umat terlihat khusuk mengikuti proses Po Un yang dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari Tingkok dengan doa-doa yang dipanjatkan di depan altar para suci Hok Hie Tee Shien (Nabi Khonghucu Fu Xi).
Ritual Po Un dilakukan 3 kali sehari, pagi, sore dan malam hari. Malam hari lebih ramai dari pagi maupun sore, lantaran malam hari banyak peserta telah pulang dari kerja.
Seperti terlihat Selasa malam, Lim Tek Chong Taoshe sambil membacakan doa, di ruangan kelenteng, lalu mengeliling altar Fu Xi, dibelakangya di ikuti 36 peserta Po Un (kepala Keluarga/ KK). Mereka berjalan berbaris, dengan langkah hati-hati sambil membawa nampan plastik warna merah yang berisi berisi pakaian, telur berwarna merah, Mie Swa, Wajik ketan dan sesajen lainnya.
Peserta mengikuti Lim Tek Chong berjalan melintasi jembatan kecil sebanyak 12 kali. Sesuai dengan 12 shio dengan 60 unsur. Jadi shio apapun di tahun ini kita berdoa agar terhindar dari balak.
Po Un yang dilakukan MAKIN Sai Che Tien berbeda dengan tempat lain, di Sai Che Tien peserta hanya dikenakan biaya perkepala keluarga (KK), 1 kepala keluarga boleh yang 4 orang (suami, istri dan 2 anak), bahkan ada keluarga peserta lebih dari 7 orang, biaya tetap 1, biaya tersebut sudah mencakup perlengkapan Po Un, sedangkan tempat lain peserta Po Un tidak usah hadir, cukup bawa pakaian, lalu membayar biaya Po Un, yang dikutip perorangan. Bukan perkepala keluarga, 3 hari kemudian jemput pakaiannya (pakaian hanya di cap/stempel saja). Bisa jadi penyelenggara tersebut mencari kekayaan atas penderitaan umat!. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Senin, 23 Februari 2015
Menag Harap Imlek Hadirkan Atmosfir Kesejukan Bermasyarakat
Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengharapkan perayaan Imlek dapat menghadirkan atmosfir kesejukan dalam bermasyarakat. Hal itu dikatakan Menag saat memberi sambutan pada acara Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional 2566 Kongzili yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN).
Perayaan Imlek kali ini mengusung tema “Kewajiban Utama Pemimpin Negara sampai Rakyat Jelata Adalah Membina Diri”, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senin (23/02). Tampak hadir Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang mewakili Presiden RI, Dubes Negara-negara sahabat, beberapa pimpinan lembaga negara, pimpinan Matakin seluruh Indonesia, para pimpinan majelis agama, serta unsur Muspida dan umat Konghucu di Indonesia.
“Selamat Imlek 2566 kepada umat Konghucu di Tanah Air,” kata Menag.
Menurutnya, tema Imlek tahun ini sangat sejalan dengan tujuan pemerintah dan kewajiban masyarakat. “Sebab, membina diri tidak hanya berlaku pada pemimpin, akan tetapi berlaku juga kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia,” jelas Menag.
Pembangunan bangsa Indonesia dari masa ke masa tidak lepas dari agama. Hal ini, lanjut Menag, sebagaimana tertuliskan dalam UUD 1945 dan secara eksplisit tercantum dalam sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha Esa. “Negara tampil sebagai pelopor kerukunan umat beragama. Negara tidak diwakili oleh agama tertentu. Indonesia yang bukan diwakili agama tertentu, bukan pula negara sekuler,” papar Menag.
Menag berharap hubungan sesama umat beragama di Indonesia terus dapat terjalin dengan baik, ditandai dengan sikap saling menghormati dalam pengamalan ajaran beragamanya. Hal itu menurut Menag akan dapat mewujudkan Indonesia yang rukun dan harmonis. “Perayaan Imlek ini (semoga) dapat menyegarkan kesadaran beragama pada kita semua,” harapnya.
“Indonesaia merupakan laboratorium kerukunan umat beragama dunia. Agama seharusnya menjadi rahmat yang mampu melahirkan kerukunan pada setiap umat,” tambahnya.
Sebelumnya Ketua Umum Matakin U’ung Sendana dalam laporannya, menyampaikan bahwa tema imlek tahun ini memberi pesasn agar setiap makhluk dalam berbagai bidang, dari rakyat jelata sampai pejabat negara dapat saling membina diri. “Kita harus saling asih, saling asah dan saling asuh menuju bangsa Indonesia yang jaya,” ujarnya sembari berharap datangnya tahun baru ini akan mendatangkan semangat baru pula. (Arief/mkd/mkd)
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=241148
“Selamat Imlek 2566 kepada umat Konghucu di Tanah Air,” kata Menag.
Menurutnya, tema Imlek tahun ini sangat sejalan dengan tujuan pemerintah dan kewajiban masyarakat. “Sebab, membina diri tidak hanya berlaku pada pemimpin, akan tetapi berlaku juga kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia,” jelas Menag.
Pembangunan bangsa Indonesia dari masa ke masa tidak lepas dari agama. Hal ini, lanjut Menag, sebagaimana tertuliskan dalam UUD 1945 dan secara eksplisit tercantum dalam sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha Esa. “Negara tampil sebagai pelopor kerukunan umat beragama. Negara tidak diwakili oleh agama tertentu. Indonesia yang bukan diwakili agama tertentu, bukan pula negara sekuler,” papar Menag.
Menag berharap hubungan sesama umat beragama di Indonesia terus dapat terjalin dengan baik, ditandai dengan sikap saling menghormati dalam pengamalan ajaran beragamanya. Hal itu menurut Menag akan dapat mewujudkan Indonesia yang rukun dan harmonis. “Perayaan Imlek ini (semoga) dapat menyegarkan kesadaran beragama pada kita semua,” harapnya.
“Indonesaia merupakan laboratorium kerukunan umat beragama dunia. Agama seharusnya menjadi rahmat yang mampu melahirkan kerukunan pada setiap umat,” tambahnya.
Sebelumnya Ketua Umum Matakin U’ung Sendana dalam laporannya, menyampaikan bahwa tema imlek tahun ini memberi pesasn agar setiap makhluk dalam berbagai bidang, dari rakyat jelata sampai pejabat negara dapat saling membina diri. “Kita harus saling asih, saling asah dan saling asuh menuju bangsa Indonesia yang jaya,” ujarnya sembari berharap datangnya tahun baru ini akan mendatangkan semangat baru pula. (Arief/mkd/mkd)
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=241148
* www.ayojambi.com/
Tradisi Po Un Sudah Jadi Darah Daging Dikalangan Umat Khonghucu
JAMBI, ayojambi.com – Tradisi Po Un (bahasa Hokkian) sudah menjadi darah daging dikalangan umat beragama Khonghucu sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) sejak jaman nenek moyang di China. PO UN yang dimaksud adalah PO artinya melindungi dan UN artinya nasib (melindungi nasib). Setiap orang tentunya mengharapkan agar dapat hidup dengan rasa aman, mempunyai keluarga yang sejahtera, usaha lancar dan murah rejeki serta terhindar dari segala malapetaka [Lihat Gambar: Prosesi Po Un].
Itulah sebabnya sampai saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara ritual Po Un tersebut setiap tahunnya yang sudah menjadi salah satu tradisi bagi kalangan umat Khonghucu. Biasanya Ritual ini dilakukan setelah para suci Shen Ming (Dewa-Dewi) turun dari langit, Cia Gwek Tjiu Shi (tanggal 4 bulan 1 penanggalan imlek kongzeli).
Hampir disetiap kelenteng menggelar prosesi Ritual Po Un. Meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksanaan di masing-masing kelenteng, namun tujuannya sama yakni untuk meminta keselamatan. Sebenarnya prosesi Po Un mesti dilakukan orang yang tepat yakni Taoshe (Saikong) dari Tiongkok (China).
Menurut kepercayaan budaya Tionghoa (Khonghucu), bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong / kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, seperti tahun 2015 ini adalah Tahun Shio Kambing Kayu yang chiong dengan Shio Kerbao.
Jadi Ritual Po Un ini sebenarnya dilakukan untuk menjaga keselarasan manusia dengan alam semesta, sebab adakalanya manusia yang merupakan bagian dari alam semesta ini berada dalam posisi yang tidak harmonis dengan pergerakan alam semesta yang besar ini. Hal ini bisa dilihat bahwa pada saat melakukan Po Un ada formasi yang dihitung berdasarkan perbintangan atau shio yang ciong dimana setiap tahunnya berubah-rubah.
Jadi tujuan Ritual Po Un biasanya adalah ritual untuk memperbaiki nasib dan memohon keselamatan dan berkah untuk satu tahun mendatang dari para suci Shen atau Dewa di kelenteng tersebut dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat yang ikut dalam ritual po un”.
Sesajian untuk ritual Po Un, biasanya yang harus disiapkan adalah ;
1. Dupa / hio dan lilin merah (disediakan pihak panitia).
2. Satu mangkok wajek (disediakan pihak panitia).
3. Telor ayam dikasih warna merah (disediakan pihak panitia).
4. Sejumlah kertas hu (disediakan pihak panitia).
5. Satu bungkus bunga Mie Swa (disediakan pihak panitia).
6. Baju tiap-tiap anggota keluarga yang mau di Po Un (dibawa oleh warga yang mau Po Un).
7. Gambar bentuk orang dewasa (kepala keluarga) wanita (ibu) dan anak laki-laki maupun perempuan.
8. Kertas warna pink bertulisan nama-nama yang mau Po Un, mulai dari kepala keluarga, istri, anak laki-laki/ perempuan serta keluarga yang ikut dalam rumah seperti kakek/Nenek/Kakak dan lain sebagainya berikut tanggal kelahiran (shio). Seusai mengelilingi altar lalu taushe (saikong) membaca satu persatu nama Po Un, tidak boleh serentak seperti penyelenggara lainnya.
Tahapannya berikutnya adalah:
1, Semua persembahan dimasukan ke dalam keranjang plastik dan disusun diatas meja merah.
2. Lalu taushe (saikong) membaca mantera (mengudang para shen ming (dewa-dewi), untuk awal Po Un, upacara ini bisa memakan waktu lebih kurang dua jam, selanjutanya hanya memakan waktu 1 jam.
3. Setiap peserta Po Un berkewajiban untuk mengikuti tahapan demi tahapan dengan mengitari altar utama, yakni Hoo Hie Tee Shien (Nabi Fu Xi) dan melintasi jembatan yang terbuat dari kayu sambil menyebut Kuwei (bahasa Hokkien) liwatlah. Seusai prosesi panitia menstempel lambang para suci pada bagian pundak baju/ pakaian, baju yang distempel ini dipakai oleh para peserta Po Un selama 3 hari berturut.
4. Setelah itu, maka tinggal membakar semua kertas sembahyang yang udah di berkati.
5. Terakhir peserta membawa pulang semuanya, baju untuk dipakai, Mie Swa dimasak dan dimakan bersama telor merah (melambangkan panjang umur).
6. Kertas Hu untuk dipakai oleh peserta. (Romy)
Hampir disetiap kelenteng menggelar prosesi Ritual Po Un. Meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksanaan di masing-masing kelenteng, namun tujuannya sama yakni untuk meminta keselamatan. Sebenarnya prosesi Po Un mesti dilakukan orang yang tepat yakni Taoshe (Saikong) dari Tiongkok (China).
Menurut kepercayaan budaya Tionghoa (Khonghucu), bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong / kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, seperti tahun 2015 ini adalah Tahun Shio Kambing Kayu yang chiong dengan Shio Kerbao.
Jadi Ritual Po Un ini sebenarnya dilakukan untuk menjaga keselarasan manusia dengan alam semesta, sebab adakalanya manusia yang merupakan bagian dari alam semesta ini berada dalam posisi yang tidak harmonis dengan pergerakan alam semesta yang besar ini. Hal ini bisa dilihat bahwa pada saat melakukan Po Un ada formasi yang dihitung berdasarkan perbintangan atau shio yang ciong dimana setiap tahunnya berubah-rubah.
Jadi tujuan Ritual Po Un biasanya adalah ritual untuk memperbaiki nasib dan memohon keselamatan dan berkah untuk satu tahun mendatang dari para suci Shen atau Dewa di kelenteng tersebut dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat yang ikut dalam ritual po un”.
Sesajian untuk ritual Po Un, biasanya yang harus disiapkan adalah ;
1. Dupa / hio dan lilin merah (disediakan pihak panitia).
2. Satu mangkok wajek (disediakan pihak panitia).
3. Telor ayam dikasih warna merah (disediakan pihak panitia).
4. Sejumlah kertas hu (disediakan pihak panitia).
5. Satu bungkus bunga Mie Swa (disediakan pihak panitia).
6. Baju tiap-tiap anggota keluarga yang mau di Po Un (dibawa oleh warga yang mau Po Un).
7. Gambar bentuk orang dewasa (kepala keluarga) wanita (ibu) dan anak laki-laki maupun perempuan.
8. Kertas warna pink bertulisan nama-nama yang mau Po Un, mulai dari kepala keluarga, istri, anak laki-laki/ perempuan serta keluarga yang ikut dalam rumah seperti kakek/Nenek/Kakak dan lain sebagainya berikut tanggal kelahiran (shio). Seusai mengelilingi altar lalu taushe (saikong) membaca satu persatu nama Po Un, tidak boleh serentak seperti penyelenggara lainnya.
Tahapannya berikutnya adalah:
1, Semua persembahan dimasukan ke dalam keranjang plastik dan disusun diatas meja merah.
2. Lalu taushe (saikong) membaca mantera (mengudang para shen ming (dewa-dewi), untuk awal Po Un, upacara ini bisa memakan waktu lebih kurang dua jam, selanjutanya hanya memakan waktu 1 jam.
3. Setiap peserta Po Un berkewajiban untuk mengikuti tahapan demi tahapan dengan mengitari altar utama, yakni Hoo Hie Tee Shien (Nabi Fu Xi) dan melintasi jembatan yang terbuat dari kayu sambil menyebut Kuwei (bahasa Hokkien) liwatlah. Seusai prosesi panitia menstempel lambang para suci pada bagian pundak baju/ pakaian, baju yang distempel ini dipakai oleh para peserta Po Un selama 3 hari berturut.
4. Setelah itu, maka tinggal membakar semua kertas sembahyang yang udah di berkati.
5. Terakhir peserta membawa pulang semuanya, baju untuk dipakai, Mie Swa dimasak dan dimakan bersama telor merah (melambangkan panjang umur).
6. Kertas Hu untuk dipakai oleh peserta. (Romy)
Po Un (Kias) Untuk Memohon Berkah dan Keselamatan
JAMBI, ayojambi.com - Puluhan umat Khonghucu mengikuti ritual Po Un di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien, akan menyelenggra upacara Po Un dipimpin oleh, Lim Tek Chong Taoshe dari China, prosesi Po Un akan dilakukan mulai dari 23 Februari 2015 (Cia Gwee Ciu Go) mulai pukul 09.00 WIB di Jalan Koni, Rt 2, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Po Un dipimpin oleh Lim Tek Chong taoshe dari Anxi China, Lim Tek Chong setiap tahun sengaja datang untuk melakukan Po Un terhadap umat Khonghucu di Jambi dan Palembang [Lihat Gambar: Po Un].
Disetiap kelenteng ada menggelar prosesi Po Un, termasuk vihara-vihara yang tidak ada kaitan dengan tradisi Tionghoa (vihara identik dengan Buddha “Sidharta Buddha Gautama” yang berasal dari negara India).
Pada hari pertama prosesi Po Un diikuti sebanyak 22 kepala keluarga, ada umat yang sengaja datang dari Selat Panjang (kepri) karena ritual tersebut berbeda dengan yang diselenggara oleh pihak lain, Po Un sudah menjadi “Darah daging dikalangan umat Khonghucu”. Tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat Tionghoa, meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksana di masing-masing kelenteng, namun tujuanya sama yakni untuk meminta keselamatan. (Romy)
Pada hari pertama prosesi Po Un diikuti sebanyak 22 kepala keluarga, ada umat yang sengaja datang dari Selat Panjang (kepri) karena ritual tersebut berbeda dengan yang diselenggara oleh pihak lain, Po Un sudah menjadi “Darah daging dikalangan umat Khonghucu”. Tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat Tionghoa, meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksana di masing-masing kelenteng, namun tujuanya sama yakni untuk meminta keselamatan. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Minggu, 22 Februari 2015
占碑孔教青年分发爱心礼包予多个贫民区
占碑孔教青年组在分发慰问礼包后合影.
孔教青年组林组长 Pengurus分发慰问礼包予拾荒者
孔教青年组林组长 Pengurus分发慰问礼包予拾荒者
【本报讯】春节将至,2月15日上午印尼占碑孔教青年组一行前往占碑多个贫困华裔居住区分发爱心慰问礼包。孔教青年组组长法兰吉·林表示,经过调查,我们发现该地区有些家庭三餐都难温饱,为此春节前夕我们向占碑多个华裔贫困区分发慰问礼包及红包。
占碑孔教理事会主席对青年组的义举深表褒扬,并希望此善举能继续做下去,再接再厉。
这次分发区有占碑的慕阿啦占碑县的卡桑布达特(Kasang pudak),新邦卡瓦特(Simpang Kawat),汉迪尔园(Kebun Handil),卡上(Kasang), 普罗尼(Broni), 玛丽尼(Marine),新城(Kota Baru)等地。
本报记者明光、Romy报道
http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20150223/189438.shtml
* www.ayojambi.com/
Kamis, 19 Februari 2015
Kopi AAA Open House Bersama Karyawan
JAMBI, ayojambi.com – Salah satu tradisi di Hari Raya Imlek adalah menyampaikan ucapan kepada keluarga maupun pimpinan perusahaan tempat bekerja, seperti tahun baru imlek 2566 dimana ratusan karyawan dan karyawati perusahaan Kopi AAA Jambi bersilaturrahmi ke rumah Hidayat yang berlokasi di kawasan Payo Selincah Jambi [Lihat Gambar: Open House].
Open House untuk kalangan pejabat itu sudah biasa kita temui, namun Open House untuk kalangan karyawan-karyawati boleh dibilang jarang kita temukan.
Ratusan karyawan karyawati Kopi AAA Jambi disuguhi berbagai makanan dan minuman yang sengaja disediakan oleh Hidayat, seusai santap makanan maupun minuman mereka ramai bernyanyi (karaoke) di ruangan yang telah disediakan perusahaan Kopi terbesar di Jambi.
Selain Karyawan tampak Danrem 042/ Garuda Putih Jambi, Kolonel Inf Harianto, Komandan Denpom II/Jambi Letnan Kolonel CPM Sihol MP Tambunan, Komandan Kodim 0415/Batanghari Letkol Inf Fredy Sianturi dan Kapolsek Jambi Timur beserta jajaran, sambil menyampaikan Gong Xi Fa Chai kepada Hidayat beserta sang istri.
Selain rombongan Korem 042/ Garuda Putih Jambi, tampak hadir juga beberapa instansi maupun tokoh-tokoh ulama dalam open house yang dilakukan di pabrik Kopi AAA Jambi. (Romy)
Ratusan karyawan karyawati Kopi AAA Jambi disuguhi berbagai makanan dan minuman yang sengaja disediakan oleh Hidayat, seusai santap makanan maupun minuman mereka ramai bernyanyi (karaoke) di ruangan yang telah disediakan perusahaan Kopi terbesar di Jambi.
Selain Karyawan tampak Danrem 042/ Garuda Putih Jambi, Kolonel Inf Harianto, Komandan Denpom II/Jambi Letnan Kolonel CPM Sihol MP Tambunan, Komandan Kodim 0415/Batanghari Letkol Inf Fredy Sianturi dan Kapolsek Jambi Timur beserta jajaran, sambil menyampaikan Gong Xi Fa Chai kepada Hidayat beserta sang istri.
Selain rombongan Korem 042/ Garuda Putih Jambi, tampak hadir juga beberapa instansi maupun tokoh-tokoh ulama dalam open house yang dilakukan di pabrik Kopi AAA Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Imlek 2566 Kongzeli, Barongsai Kunjungi Rumah Warga
JAMBI, ayojambi.com – Perayaan Tahun Baru Imlek 2566 Kongzeli rasanya kurang bila tanpa adanya atraksi Barongsai [Lihat Gambar: Barongsai].
Untuk menyemarakkan tahun baru Imlek ke 2566 tahun ini, atraksi Barongsai dari perkumpulan Hok Liong Sai dan Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS) di kota Jambi tidak hanya dapat dinikmati di kelenteng-kelenteng atau pusat perbelanjaan saja, tetapi juga dirumah-rumah. Selain menjemput angpau, atraksi barongsai juga menyimpan makna religius, yakni dipercayai dapat mengusir segala roh jahat dan mendatangkan keberuntungan (rejeki).
Selain dapat menjumpai berbagai pernak pernik imlek dirumah warga, atraksi Barongsai dijalanan juga menjadi hiburan tersendiri bagi warga masyarakat.
Perkumpulan Barongsai yang diberi nama Hok Liong Sai di kota Jambi, sejak pagi tadi mendatangi rumah-rumah warga untuk menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2566 Kongzeli.
Atraksi tersebut sangat ditunggu oleh warga Tionghoa yang merayakan imlek, juga merupakan hiburan tersendiri bagi masyarakat menyaksikannya. Liuk-liuk dan tarian yang digerakan pemain barongsai membuat siapa saja yang menyaksikan akan tersa kagum.
Seperti kata Rudi Lidra dan Berlianta Eliamsya (Lie Tjin Hai), setiap tahun rumahnya selalu dikunjungi rombongan Barongsai, karena Rudi dan Berlianta Eliamsya mempercayai bahwa Barongsai sarat dengan pesan-pesan religius dan yakni dapat mengusir segala roh jahat dan mendatangkan keberuntungan, “setiap tahun baru imlek, rombongan barongsai selalu datang kerumah-rumah warga untk menyampaikan ucapan selamat tahun baru imlek dan sekaligus untuk mengusir segala roh jahat dan mendatangkan keberuntungan.” (Romy)
Selain dapat menjumpai berbagai pernak pernik imlek dirumah warga, atraksi Barongsai dijalanan juga menjadi hiburan tersendiri bagi warga masyarakat.
Perkumpulan Barongsai yang diberi nama Hok Liong Sai di kota Jambi, sejak pagi tadi mendatangi rumah-rumah warga untuk menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2566 Kongzeli.
Atraksi tersebut sangat ditunggu oleh warga Tionghoa yang merayakan imlek, juga merupakan hiburan tersendiri bagi masyarakat menyaksikannya. Liuk-liuk dan tarian yang digerakan pemain barongsai membuat siapa saja yang menyaksikan akan tersa kagum.
Seperti kata Rudi Lidra dan Berlianta Eliamsya (Lie Tjin Hai), setiap tahun rumahnya selalu dikunjungi rombongan Barongsai, karena Rudi dan Berlianta Eliamsya mempercayai bahwa Barongsai sarat dengan pesan-pesan religius dan yakni dapat mengusir segala roh jahat dan mendatangkan keberuntungan, “setiap tahun baru imlek, rombongan barongsai selalu datang kerumah-rumah warga untk menyampaikan ucapan selamat tahun baru imlek dan sekaligus untuk mengusir segala roh jahat dan mendatangkan keberuntungan.” (Romy)
* www.ayojambi.com/
Umat Khonghucu Sembahyang Imlek Di Kelenteng Siu San Teng Jambi
JAMBI, ayojambi.com - Ratusan warga keturunan Tionghoa yang beragama Khonghucu di Jambi [Lihat Gambar: Sembahyang Imlek 2566] melakukan sembahyang bersama menyambut tahun Imlek 2566 Kongzeli yang jatuh pada 19 Februari 2015 (Cia Gwe Ciu It) yang digelar di Kelenteng-Kelenteng Kota Jambi (19/2-2015).
ngikuti sembahyang Imlek 2566 baik di kelenteng-kelenteng, Littang maupun di rumah masing-masing.
Cahaya lilin yang mereka nyalakan sejak Minggu (19/2) dini hari pun menambah kekhusyukan dalam melaksanakan sembahyang guna mengucap syukur atas karunia yang diberikan Thian Kong (Tuhan) dan para Kongco (para roh suci) selama setahun lalu dan berharap agar di tahun baru nanti senantiasa diberi karunia yang baik.
Ratusan warga keturunan Tionghoa yang berasal dari berbagai wilayah di kota Kota Jambi ini mengikuti sembahyang di Kelenteng Siu San Teng, kawasan kampung manggis Jambi.
Tina mengatakan, sembahyang bersama keluarga ini ditujukan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat yang telah diberikan selama ini, kata Tina pelajar yang menuntut ilmu di negara jiran (Malaysia).
"Selain itu, sembahyang ini juga ditujukan untuk memohon keselamatan dan rezeki kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, warga yang pekerja tentunya berharap supaya sukses dalam pekerjaannya, yang berdagang memohon agar dagangannya laris," katanya.
Mengenai di tahun Imlek 2566 yang merupakan tahun Kambing Kayu, manusia harus bersabar, karena setiap kali kita menanam, belum tentu bisa panen langsung, kita mestu menunggu 6 bulan kemudian.
Namun demikian, Robin mengatakan, saat ini yang diharapkan agar bangsa Indonesia bisa terhindar dari berbagai bencana, sehingga masyarakat dapat mencari nafka sesuai dengan bidang masing-masing dan diharapkan juga masyarakat bisa lebih mawas diri. (Romy)
Cahaya lilin yang mereka nyalakan sejak Minggu (19/2) dini hari pun menambah kekhusyukan dalam melaksanakan sembahyang guna mengucap syukur atas karunia yang diberikan Thian Kong (Tuhan) dan para Kongco (para roh suci) selama setahun lalu dan berharap agar di tahun baru nanti senantiasa diberi karunia yang baik.
Ratusan warga keturunan Tionghoa yang berasal dari berbagai wilayah di kota Kota Jambi ini mengikuti sembahyang di Kelenteng Siu San Teng, kawasan kampung manggis Jambi.
Tina mengatakan, sembahyang bersama keluarga ini ditujukan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat yang telah diberikan selama ini, kata Tina pelajar yang menuntut ilmu di negara jiran (Malaysia).
"Selain itu, sembahyang ini juga ditujukan untuk memohon keselamatan dan rezeki kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, warga yang pekerja tentunya berharap supaya sukses dalam pekerjaannya, yang berdagang memohon agar dagangannya laris," katanya.
Mengenai di tahun Imlek 2566 yang merupakan tahun Kambing Kayu, manusia harus bersabar, karena setiap kali kita menanam, belum tentu bisa panen langsung, kita mestu menunggu 6 bulan kemudian.
Namun demikian, Robin mengatakan, saat ini yang diharapkan agar bangsa Indonesia bisa terhindar dari berbagai bencana, sehingga masyarakat dapat mencari nafka sesuai dengan bidang masing-masing dan diharapkan juga masyarakat bisa lebih mawas diri. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Rabu, 18 Februari 2015
Sembahyang Leluhur menjelang Tahun Baru Imlek
JAMBI, ayojambi.com – Salah satu tradisi warga Tionghoa yang telah berlangsung sejak lama, dimana dalam tradisi itu, umat yang beragama Khonghucu mewajibkan setiap keluarga, sebelum Tahun Baru Imlek, terlebih dahulu melakukan sembahyang kepada para orangtua/ leluhur yang telah tiada, tradisi ini sebenarnya memiliki makna luas dari sekedar memberi makan arwah leluhur. Sembahyang orangtua maupun leluhur ada yang gelar di ruma-rumah, tidak sedikit yang sembahyang di rumah abu (vihara).
Menurut beberapa tokoh masyarakat Tionghoa, sembahyang kepada leluhur adalah wujud bakti seorang anak terhadap orangtuanya maupun leluhur-leluhur yang telah mendahului mereka. "Bakti kepada orangtua tidak hanya memberi makan, merawat dan menjaga hingga meninggal, tetapi juga saat setelah meninggal dunia. Ini mengingatkan kita bahwa kita berada di atas dunia ini tidak semata-mata karena Tuhan, tetapi juga orangtua."
Sementara itu, pada tahun baru Imlek 2566 kongzeli, ada atraksi barongsai dari Perkumpulan Hok Liong Sai mendatangi rumah-rumah warga Tionghoa mulai pukul 07.00 hingga tengah hari, rombongan barongsai akan mendatangi rumah rumah warga untuk menyampaikan ucapan tahun baru Imlek.
Barongsai akan star dari simpang empat Jelutung, melintasi jalan Madura terus ke simpang royal dan masuk ke jalan Kamboja, selanjutnya rombongan akan kedaerah Talangbanjar, Tanjungpinang. (Romy)
Sementara itu, pada tahun baru Imlek 2566 kongzeli, ada atraksi barongsai dari Perkumpulan Hok Liong Sai mendatangi rumah-rumah warga Tionghoa mulai pukul 07.00 hingga tengah hari, rombongan barongsai akan mendatangi rumah rumah warga untuk menyampaikan ucapan tahun baru Imlek.
Barongsai akan star dari simpang empat Jelutung, melintasi jalan Madura terus ke simpang royal dan masuk ke jalan Kamboja, selanjutnya rombongan akan kedaerah Talangbanjar, Tanjungpinang. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Jelang Imlek, Buah-buahan Sepi Pembeli
JAMBI, ayojambi.com – Dua hari menjelang perayaan tahun baru Imlek 2566 Kongzi Li, tebu batangan laris manis di sejumlah pasar tradisional Jambi, akibatnya harga tebu pun melejit hingga menembus sepasang tebu batangan Rp. 40.000 sampai 50.000.
"Kalau di hari-hari biasa, apalagi tebu dalam bentuk batangan yang masih lengkap dengan daunnya, jarang dicari orang, namun menjelang tahun baru Imlek, harga sebatang tebu bisa sampai Rp. 50 ribu rupiah perpasang (dua batang)," kata seorang pedagang tebu di pasar hongkong, Jambi, Rabu (18/2).
Menurut pedagang tebu musiman, Hasan, hari-hari biasa, harga tebu perpasang hanya Rp. 20 ribu. Umumnya yang beli adalah pedagang air tebu yang biasa mangkal di sekolah. Namun menjelang Imlek, para pembelinya adalah warga keturunan Tionghoa.
Hal senada diakui Ketua Makin Sai Che Tien Jambi, Darmadi Tekun, menuturnya, tradisi yang dianut secara turun-temurun, buah-buahan yang manis-manis seperti tebu, nanas, pisang mas, Jeruk Bali dan lain sebagainya menjadi salah satu sesajen pada waktu bersembahyang.
"Buah-buahan itu mengandung nilai filosofis sekaligus sebagai harapan, agar kehidupan ke depan akan 'manis' atau lebih baik," katanya.
Selain itu, tambah Darmadi Tekun puncak Imlek atau hari ke-15 setelah Imlek, yang dikenal dengan sebutan malam Cap Go Me, digelar sembahyang dan karvanal di seputar kawasan Koni dan Budiman dengan menampilkan atraksi barongsai dan mengusung patung dewa yang diyakini memiliki sakral.
Sementara itu, salah satu toko Pulo Mas di kawasan Cempaka Putih yang khusus berdagang buah-buahan mengungkapkan, berbagai acara ritual digelar menjelang Imlek hingga hari H yang jatuh pada 19 Februari 2015. warga masyarakat Jambi selalu menyiapkan buah-buahan segar untuk sembahyang dan aneka penganan sebelumnya dirumah. Untuk tahun ini pasaran buah-buahan sepi, karena adanya pembatas jalan yang membuat warga malas melintasi kawasan macet di pasar hongkong. (Romy)
Menurut pedagang tebu musiman, Hasan, hari-hari biasa, harga tebu perpasang hanya Rp. 20 ribu. Umumnya yang beli adalah pedagang air tebu yang biasa mangkal di sekolah. Namun menjelang Imlek, para pembelinya adalah warga keturunan Tionghoa.
Hal senada diakui Ketua Makin Sai Che Tien Jambi, Darmadi Tekun, menuturnya, tradisi yang dianut secara turun-temurun, buah-buahan yang manis-manis seperti tebu, nanas, pisang mas, Jeruk Bali dan lain sebagainya menjadi salah satu sesajen pada waktu bersembahyang.
"Buah-buahan itu mengandung nilai filosofis sekaligus sebagai harapan, agar kehidupan ke depan akan 'manis' atau lebih baik," katanya.
Selain itu, tambah Darmadi Tekun puncak Imlek atau hari ke-15 setelah Imlek, yang dikenal dengan sebutan malam Cap Go Me, digelar sembahyang dan karvanal di seputar kawasan Koni dan Budiman dengan menampilkan atraksi barongsai dan mengusung patung dewa yang diyakini memiliki sakral.
Sementara itu, salah satu toko Pulo Mas di kawasan Cempaka Putih yang khusus berdagang buah-buahan mengungkapkan, berbagai acara ritual digelar menjelang Imlek hingga hari H yang jatuh pada 19 Februari 2015. warga masyarakat Jambi selalu menyiapkan buah-buahan segar untuk sembahyang dan aneka penganan sebelumnya dirumah. Untuk tahun ini pasaran buah-buahan sepi, karena adanya pembatas jalan yang membuat warga malas melintasi kawasan macet di pasar hongkong. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Selasa, 17 Februari 2015
Potret Kemiskinan Warga Tionghoa Di Jambi
JAMBI, ayojambi.com - Mereka tinggal di gubuk sederhana yang tidak ada pembatas ruangan. Yang ada hanya ruangan tempat tidur, sekaligus sebagai gudang untuk penyimpanan barang rongsokan dari hasil kerja sehari-hari mereka sebagai pemulung barang bekas dan sebuah "dapur" di luar gubuk [Lihat Foto: Potret Kemiskinan Warga Tionghoa].
Banyak warga keturunan Tionghoa yang hidup miskin di sekitar kota Jambi, mereka berbaur dengan masyarakat kampung yang mayoritas dari eknis melayu, tidak sedikit warga perkampungan memberikan bantuan maupun lindungan kepada warga tionghoa yang tidak mampu (miskin).
Dalam kemiskinan dan kesederhanaan itulah mereka akan "menikmati" malam pergantian tahun dalam sistem penanggalan Cina (imlek).
Perayaan Tahun Baru Imlek 2566 bagi mereka sungguh sederhana, untuk membeli alat sembahyang saja bagi mereka sangat sulit, ada sebagian rumah yang altar leluhur/ para suci dewa-dewi (kim sin) penuh dengan sarang laba-laba meupun debu-debu.
Kemiskinan, derita, dan kepapaan, itulah potret dari sebagian warga Tionghoa miskin di kawasan kota Jambi yang tidak terekspos oleh media. Yang sangat disayangi adalah perkumpulan sosial yang sering sembunyi-sembunyi memberi bantuan kepada warga miskin tanpa diketahui oleh media, pada hal dalam hal kemiskinan tidak perlu ditutup-tutupi, “Bagai mana pemerintah bisa tahu, bila ada warga Tinghoa yang miskin di kota Jambi?” bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa orang-orang Tionghoa tidak ada yang miskin, pada hal mereka menyadari, bahwa ada warga Tionghoa lebih miskin dari kaum termiskin yang ada di kota Jambi, selama ini kesan yang ada dibenak kebanyakan orang.
Sebagai contoh, di kawasan Kecamatan Pasar Jambi (gang siku), terdapat seorang laki-laki yang tidak bisa berjalan, kemana - mana mesti mengesot, Kecamatan Jambi Timur, Jalan Pendawa, terdapat seorang laki-laki yang hidup sebatangkara tinggal bersama dengan tumpukan barang rongsokan. terus kawasan Broni, Kecamatan Telanaipura seorang istri dari etnis melayu mengurusi suaminya (etnis tionghoa) 7 tahun menderita stroke, wanita ini mesti urus suaminya sambil berjualan nasi di sekolahan, tak kalah derita adalah Tan Awi/Sarina (41), sejak usia 3 tahun Rina kena polio, sehingga 38 tahun hanya duduk di kursi rotan, bila hendak makan maupun membuang air besar/ kecil mesti menunggu ibunya pulang dari kerja mencuci pakaian.
Inilah makna Tahun Baru sejati, yakni ritual dan reuni keluarga. Menurut Franki dari Muda Mudi Khonghucu Jambi, jika ingin perayaan Imlek yang sejati, datanglah ke permukiman masyarakat Tionghoa miskin di perkampungan. Ini sudah terjadi pergeseran makna perayaan Imlek, yakni menjadi ajang foya-foya dan pameran kemewahan. Bahkan, ada paket pesta yang menelan biaya ratusan juta rupiah!
Kehidupan etnis Tionghoa di Jambi masih banyak yang memprihatinkan dan bahkan ada yang hidup lebih miskin dibanding etnis lainnya (Melayu).
Semoga kedepan tidak ada lagi yang mengira bahwa etnis Tionghoa secara ekonomi mapan semua, karena kenyataannya dilapangan banyak etnis Tionghoa hanya menjadi pemulung, tukang cuci pakaian, penjaga rumah walet, penjual kue keliling. (Romy)
Dalam kemiskinan dan kesederhanaan itulah mereka akan "menikmati" malam pergantian tahun dalam sistem penanggalan Cina (imlek).
Perayaan Tahun Baru Imlek 2566 bagi mereka sungguh sederhana, untuk membeli alat sembahyang saja bagi mereka sangat sulit, ada sebagian rumah yang altar leluhur/ para suci dewa-dewi (kim sin) penuh dengan sarang laba-laba meupun debu-debu.
Kemiskinan, derita, dan kepapaan, itulah potret dari sebagian warga Tionghoa miskin di kawasan kota Jambi yang tidak terekspos oleh media. Yang sangat disayangi adalah perkumpulan sosial yang sering sembunyi-sembunyi memberi bantuan kepada warga miskin tanpa diketahui oleh media, pada hal dalam hal kemiskinan tidak perlu ditutup-tutupi, “Bagai mana pemerintah bisa tahu, bila ada warga Tinghoa yang miskin di kota Jambi?” bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa orang-orang Tionghoa tidak ada yang miskin, pada hal mereka menyadari, bahwa ada warga Tionghoa lebih miskin dari kaum termiskin yang ada di kota Jambi, selama ini kesan yang ada dibenak kebanyakan orang.
Sebagai contoh, di kawasan Kecamatan Pasar Jambi (gang siku), terdapat seorang laki-laki yang tidak bisa berjalan, kemana - mana mesti mengesot, Kecamatan Jambi Timur, Jalan Pendawa, terdapat seorang laki-laki yang hidup sebatangkara tinggal bersama dengan tumpukan barang rongsokan. terus kawasan Broni, Kecamatan Telanaipura seorang istri dari etnis melayu mengurusi suaminya (etnis tionghoa) 7 tahun menderita stroke, wanita ini mesti urus suaminya sambil berjualan nasi di sekolahan, tak kalah derita adalah Tan Awi/Sarina (41), sejak usia 3 tahun Rina kena polio, sehingga 38 tahun hanya duduk di kursi rotan, bila hendak makan maupun membuang air besar/ kecil mesti menunggu ibunya pulang dari kerja mencuci pakaian.
Inilah makna Tahun Baru sejati, yakni ritual dan reuni keluarga. Menurut Franki dari Muda Mudi Khonghucu Jambi, jika ingin perayaan Imlek yang sejati, datanglah ke permukiman masyarakat Tionghoa miskin di perkampungan. Ini sudah terjadi pergeseran makna perayaan Imlek, yakni menjadi ajang foya-foya dan pameran kemewahan. Bahkan, ada paket pesta yang menelan biaya ratusan juta rupiah!
Kehidupan etnis Tionghoa di Jambi masih banyak yang memprihatinkan dan bahkan ada yang hidup lebih miskin dibanding etnis lainnya (Melayu).
Semoga kedepan tidak ada lagi yang mengira bahwa etnis Tionghoa secara ekonomi mapan semua, karena kenyataannya dilapangan banyak etnis Tionghoa hanya menjadi pemulung, tukang cuci pakaian, penjaga rumah walet, penjual kue keliling. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Pengusaha Kopi Memberi Bantuan Kursi Roda Buat 2 Warga Yang Lumpuh
JAMBI, ayojambi.com – Melalui staf kantor Kopi AAA Jambi, Hidayat yang dikenal sebagai tokoh Pencinta Candi Muarojambi memberikan bantuan kursi roda kepada putri Tan Awi, Rina (40), di kediamannya Jalan Kebun Kopi, Rt 26, Kelurahan Paal Lima, Kecamatan Kota Baru dan Tho Bu Ka (64) warga Jalan S. Parman, Kelurahan OKH, Kecamatan Pasar Jambi, Selasa (17/2) [Lihat Foto Bantuan Kursi Roda].
Tho Bu Ka sudah 4 tahun mengalami lumpuh akibat jatuh dari tangga, sedangkan Rina terserang polio sejak usianya 3 tahun dan sulit untuk diajak berbicara secara normal. Selama ini, ia hanya duduk di kursi rotan dan bertumpuh hidup pada hasil nafkah ibunya Tan Awi (68) yang bekerja sebagai tukang cuci pakaian, siangnya jualan kue keliling.
"Sekarang ini semua kebutuhan pokok sangat mahal dan sudah tidak terjangkau lagi oleh masyarakat dari kalangan bawah, karena itu bantuan dari masyarakat melalui perkumpulan sosial pun hanya setahun sekali di hari besar keagamaan.
Berkat adanya informasi gerakan peduli Muda Mudi Khonghucu Jambi memberikan bantuan paket Imlek 2566, maka Hidayat selaku tokoh masyarakat Pencinta Candi Muarojambi memberikan bantuan kursi roda kepada warga Tionghoa yang menderita lumpuh, dengan bantuan kursi roda kepada 2 warga tersebut, agar bisa dipergunakan sebagaimana mestinya, “Mereka bisa bergerak tanpa mesti menunggu bantuan .” (Romy-Yuliawati)
* www.ayojambi.com/
"Sekarang ini semua kebutuhan pokok sangat mahal dan sudah tidak terjangkau lagi oleh masyarakat dari kalangan bawah, karena itu bantuan dari masyarakat melalui perkumpulan sosial pun hanya setahun sekali di hari besar keagamaan.
Berkat adanya informasi gerakan peduli Muda Mudi Khonghucu Jambi memberikan bantuan paket Imlek 2566, maka Hidayat selaku tokoh masyarakat Pencinta Candi Muarojambi memberikan bantuan kursi roda kepada warga Tionghoa yang menderita lumpuh, dengan bantuan kursi roda kepada 2 warga tersebut, agar bisa dipergunakan sebagaimana mestinya, “Mereka bisa bergerak tanpa mesti menunggu bantuan .” (Romy-Yuliawati)
* www.ayojambi.com/
Minggu, 15 Februari 2015
Muda Mudi Khonghucu Jambi Bagi Bingkisan Imlek Kepada Warga Miskin
JAMBI, ayojambi.com – Banyak orang yang berangkapan bahwa orang-orang Tionghoa tidak ada yang hidupnya susah (miskin), namun mereka tidak tahu, bahwa tidak semua warga Tionghoa itu adalah kaum berada, sebagaimana kesan selama ini yang ada dalam benak kebanyakan orang. Untuk hidup sehari-hari saja mereka sudah pontang panting, apa lagi untuk merayakan hari besar seperti Imlek [Lihat Gambar: Baksos Muda Mudi Khonghucu Jambi].
Untuk itu, menjelang perayaan Imlek 2015/ 2566 Kongzili, Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Jambi yang baru terbentuk telah menunjukan aktifitasnya menggelar bakti sosial dengan memberikan bantuan paket Imlek kepada warga tionghoa yang tidak mampu untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2566 Kongzili yang jatuh pada 19 Februari mendatang. Paket bansos dari muda-mudi Khonghucu Jambi dalam sembako, diantaranya beras, mie instan, teh, gula pasir, minyak sayur, sirup, biscuit kareng dan angpao.
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh kelompok muda-mudi Khonghucu Jambi dalam bentuk pembagian keperluan Imlek 2015 kepada warga kurang beruntung (miskin) di kota Jambi dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah mereka di pelosok perkampungan
“Kami muda-mudi Khonghucu Jambi membagikan keperluan Imlek kepada warga kurang mampu di Kota Jambi dan sekitarnya menjelang Imlek,” ujar Franki Lim. Bendahara Muda Mudi Khonghucu Jambi.
Kegiatan bakti sosial ini, akan diagendakan secara rutin baik jelang Imlek atau pun jelang lebaran Idul Fitri.
Dalam menyalurkan bingkisan Imlek nantinya, muda-mudi Khonghucu mengantar langsung kepada penerima yang berhak menerima di daerah Kasang Pudak (Kabupaten Muarojambi), Simpang Kawat, Kebun Handil, Kasang, Broni, Marine, Kota Baru dan kawasan pasa Jambi.
Bingkisan Imlek diberikan kepada warga yang kurang beruntung di respon positif oleh Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi Jambi dan Kota Jambi. Selain itu baksos muda-mudi Khonghucu juga mendapatkan dukungan dari Perempuan Khonghucu Indonesia.
Ujar Ketua MATAKIN Jambi dan Kota Jambi, “Kita sangat mendukung kegiatan muda-mudi Khonghucu untuk melakukan bakti sosial terhadap warga kurang mampu di Jambi.” Himbauan MATAKIN kepada muda-mudi Khonghucu dapat melakukan secara berkala, baik di hari raya Imlek maupun di hari raya Idul Fitri, tambah Darmadi Tekun, ketua MATAKIN Kota Jambi, bahwa tidak semua warga Tionghoa adalah orang mampu, maka mereka (muda-mudi Khonghucu) perlu turun kelapangan untuk melihat secara langsung “betapa deritanya mereka.” (Romy)
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh kelompok muda-mudi Khonghucu Jambi dalam bentuk pembagian keperluan Imlek 2015 kepada warga kurang beruntung (miskin) di kota Jambi dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah mereka di pelosok perkampungan
“Kami muda-mudi Khonghucu Jambi membagikan keperluan Imlek kepada warga kurang mampu di Kota Jambi dan sekitarnya menjelang Imlek,” ujar Franki Lim. Bendahara Muda Mudi Khonghucu Jambi.
Kegiatan bakti sosial ini, akan diagendakan secara rutin baik jelang Imlek atau pun jelang lebaran Idul Fitri.
Dalam menyalurkan bingkisan Imlek nantinya, muda-mudi Khonghucu mengantar langsung kepada penerima yang berhak menerima di daerah Kasang Pudak (Kabupaten Muarojambi), Simpang Kawat, Kebun Handil, Kasang, Broni, Marine, Kota Baru dan kawasan pasa Jambi.
Bingkisan Imlek diberikan kepada warga yang kurang beruntung di respon positif oleh Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi Jambi dan Kota Jambi. Selain itu baksos muda-mudi Khonghucu juga mendapatkan dukungan dari Perempuan Khonghucu Indonesia.
Ujar Ketua MATAKIN Jambi dan Kota Jambi, “Kita sangat mendukung kegiatan muda-mudi Khonghucu untuk melakukan bakti sosial terhadap warga kurang mampu di Jambi.” Himbauan MATAKIN kepada muda-mudi Khonghucu dapat melakukan secara berkala, baik di hari raya Imlek maupun di hari raya Idul Fitri, tambah Darmadi Tekun, ketua MATAKIN Kota Jambi, bahwa tidak semua warga Tionghoa adalah orang mampu, maka mereka (muda-mudi Khonghucu) perlu turun kelapangan untuk melihat secara langsung “betapa deritanya mereka.” (Romy)
Kamis, 12 Februari 2015
Pernak-pernik Imlek Laris Manis
JAMBI, ayojambi.com – Sejak ditetapkannya Tahun Baru Imlek sebagai salah satu hari libur nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Kepres No.19/2002 tertanggal 9 April 2002, maka setiap tiba datangnya Tahun Baru Imlek kita mulai merasakan suasana yang berbeda dan melihat berbagai macam pernak-pernik atau hiasan khas Imlek yang dijual khususnya di daerah perkotaan, orang juga mulai sibuk melakukan berbagai macam persiapan baik dalam lingkungan keluarga, di pusat-pusat perbelanjaan maupun di berbagai tempat ibadah Khonghucu.
Namun hal tersebut tidak terlepas dari latar belakang sejarah asal muasal Tahun Baru Imlek itu sendiri yang berkaitan erat dengan sistim penanggalan Imlek/ Yinli/ Khongculek/ Kongzili. Misalnya penetapan tahun pertama dari Tahun Baru Imlek adalah dihitung sejak tahun pertama kelahiran Nabi Kongzi (baca Kungtze) yakni tahun 551 Sebelum masehi. Bagi mereka yang beragama Khonghucu (Rujiao), merayakan Tahun Baru Imlek bukan hanya sekedar untuk merayakan tradisi untuk menyambut datangnya musim semi saja, melainkan mengandung suatu makna religius yang sangat mendalam.
Momentum perayaan tahun baru Imlek 2015, Toko ABT [Lihat Gambar: Pernak-pernik Imlek Laris Manis] yang beralamat di Jalan HMO Bafadha, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, kota Jambi, pernak-pernik Imlek mulai diserbu oleh pembeli yang mayoritas warga Tionghoa. Pedagang segala asesoris imlek, seperti kertas sembahyang, lilin, gaharu, lampion, kue keranjang dan patung-patung dewa-dewi, amplop angpau dan hiasan gantungan khas Imlek seperti kaligafi.
Penjualsn pernik imlek tahun ini. Lebih meriah dari tahun sebelumnya, lantaran warga Tionghoa mempercayai bila rumah mereka dihiasi aneka pernak pernik akan memberikan kesejukan dalam rumah tangga dan mendatangan rejeki.
Untuk aksesori Imlek, dijual dengan harga bervariasi, mulai dari yang harga kisaran Rp. 35.000 hingga yang ratusan ribu, itu tergantung dari ukuran, yang paling banyak pembeli adalah ukuran sedang, buat lampu lampion ukuran kecil, dijual sepasang Rp 77.000, ujar Aguan, pedagang asesoris terlengkap di kota Jambi. Selain menjual asesoris Imlek, Aguan juga menjual beragam kelengkapan dan kebutuhan sembahyang dan aneka patung dewa-dewi. (Romy)
Momentum perayaan tahun baru Imlek 2015, Toko ABT [Lihat Gambar: Pernak-pernik Imlek Laris Manis] yang beralamat di Jalan HMO Bafadha, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, kota Jambi, pernak-pernik Imlek mulai diserbu oleh pembeli yang mayoritas warga Tionghoa. Pedagang segala asesoris imlek, seperti kertas sembahyang, lilin, gaharu, lampion, kue keranjang dan patung-patung dewa-dewi, amplop angpau dan hiasan gantungan khas Imlek seperti kaligafi.
Penjualsn pernik imlek tahun ini. Lebih meriah dari tahun sebelumnya, lantaran warga Tionghoa mempercayai bila rumah mereka dihiasi aneka pernak pernik akan memberikan kesejukan dalam rumah tangga dan mendatangan rejeki.
Untuk aksesori Imlek, dijual dengan harga bervariasi, mulai dari yang harga kisaran Rp. 35.000 hingga yang ratusan ribu, itu tergantung dari ukuran, yang paling banyak pembeli adalah ukuran sedang, buat lampu lampion ukuran kecil, dijual sepasang Rp 77.000, ujar Aguan, pedagang asesoris terlengkap di kota Jambi. Selain menjual asesoris Imlek, Aguan juga menjual beragam kelengkapan dan kebutuhan sembahyang dan aneka patung dewa-dewi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Sejarah Imlek-Khonghucu
Ditulis oleh Kristan; Penulis adalah Ketua Umum Generasi Muda Khonghucu Indonesia(GEMAKU)
Tahun Baru Imlek bagi penganut Khonghucu merupakan hari raya keagamaan yang sangat penting, sakral dan bermakna. Karena jika ditinjau dari aspek sejarah, Imlek distandarisasi pertama kali pada zaman Dinasti Han (202 SM-220).
Berdasarkan perhitungan kelahiran Khonghucu 551 SM, hal ini bisa dilihat dari tahun Imlek yang jatuh pada saat ini adalah yang ke 2566 hitungan itu diambil dari 2015+551 = 2566. Sedangkan jika ditinjau dari aspek sosial kemasyarakatan makna Imlek adalah semangat bersyukur kepada Tuhan, semangat memperbaharui diri, kekeluargaan serta kebersamaan.
Klaim Imlek sebagai Tahun Baru orang Tionghoa adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah, sebab begitulah kenyataannya. Hal ini juga berlaku bagi hari raya Cheng Beng, Pek Chun, Cap Go Meh dsb (yang jelas-jelas hari raya tersebut merupakan hari raya agama Khonghucu).
Namun menurut para ahli, kenyataan itu terinspirasi dari yang dikatakan William McNaughton, “Hal-hal yang diajarkan Khonghucu adalah peradaban yang berabad lamanya dipegang dengan sangat teguh oleh bangsa Tionghoa. Karena itu tak berlebihan jika dikatakan Tiongkok adalah Khonghucu. Begitu juga halnya, Khonghucu adalah Tiongkok (Paul Strathen, Confucius In 90 Minutes)”.
Tokoh Melayu
Seorang tokoh Melayu Tionghoa (Kwee Tek Hoay) menyatakan semua orang Tionghoa adalah Khonghucu, sebab sebelum Tiongkok menjadi Republik, agama Khonghucu/Konfusianisme merupakan sistem moralitas, kehidupan sosial-politik, dan religi seluruh masyarakat Tiongkok. Sehingga pengaruh Konfusianisme sangat mengakar dalam kehidupan orang Tionghoa sampai abad 21 ini.
Beberapa ahli Barat menyimpulkan Konfusianisme merupakan “state religion” bagi kerajaan Tiongkok kuno. Diakui atau tidak, Konfusianisme sangat mempengaruhi prilaku dan berpikir orang Jepang, Korea, Vietnam dsb. Korea di bawah Dinasti Chosun memproklamirkan sebagai “Negara Khonghucu”
Di Indonesia ada catatan tidak resmi yang menyatakan bahwa dahulu hampir semua orang Tionghoa di Indonesia adalah Khonghucu, hal ini diperkuat dengan adanya PerPres No 1/1965, Khonghucu diakui sebagai salah satu agama besar yang berperan pada sejarah perkembangan Indonesia sehingga mendapatkan perlakuan yang sama dengan agama yang lainnya.
Sebelum keluarnya Inpres No 14 Tahun 1967 yang diskriminatif itu, diterima atau tidak karena dikriminasi sosial dan birokrasi oleh Inpres itu menyebabkan banyak penganut Khonghucu yang eksodus. Mengutip Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa “bahwa sejarah harus diungkap secara jujur, fairness dan terbuka meskipun terkadang pahit untuk dirasakan”.
Di Indonesia, Imlek secara nasional pertama kali diprakarsai oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) dan diklaim sebagai hari raya agama Khonghucu. Karena memang Indonesia tidak pernah mengenal hari raya suatu golongan etnis tertentu.
Penetapan Imlek sebagai hari raya karena ada pengakuan Khonghucu sebagai satu agama yang diakui di Indonesia (sesuai sikap PBB terhadap agama Khonghucu/Confucianism) dan sejarah membuktikan diantara organisasi Tionghoa yang lain perlu diakui, MATAKIN-lah pionir (dengan bantuan Gus Dur dan beberapa tokoh agama lain) sejak dahulu konsisten memperjuangkan persamaan hak-hak etnis Tionghoa dan agama Khonghucu pada khususnya walau dalam kukungan dan intimidasi rezim Orde Baru yang sangat diskriminatif itu.
Sekadar flash back ketika zaman Orde Baru Imlek dianggap sebagai suatu hal tabu dan menyesatkan yang harus dieliminasi keberadaanya. Sebagai contoh ketika Surjadi Sudirdja menjadi Gubernur Jakarta dikatakan bahwa Imlek dilarang dirayakan, Imlek hanya boleh dirayakan di rumah-rumah saja secara tertutup, hal ini diperkuat Direktur Urusan Agama Budha Depag Drs Budi Setyawan yang didasari oleh surat dari Dirjen Bimas Hindhu dan Budha Depag No H/BA.00/29/1/1993, di pelbagai surat kabar menyatakan larangan merayakan Imlek di Vihara dan Cetya.
Walubi melalui Dewan Pimpinan Pusatnya ikut mengeluarkan edaran No 07/DPP-WALUBI/KU/93, 11/01/93 menyatakan Imlek bukan hari raya Budha, sehingga Vihara Mahayana tidak boleh merayakan tahun baru Imlek dengan menggotong Toapekong, Barongsai dll. Pada masa itu bisa dikatakan semua fenomena yang mengidap culture shock itu berbondong-bondong menyerang Imlek.
Bahkan semua orang Tionghoa yang bukan beragama Khonghucu seolah memusuhi dan mejauhi Imlek. Namun dalam era reformasi kenyataan menyakitkan itu menjadi berbalik arah. Sekarang semua orang Tionghoa Indonesia mengklaim bahwa Imlek adalah sebagai hari raya tahun barunya.
Sumbangsih Nyata
Imlek kini adalah suatu perayaan besar milik dunia. Berdasar fakta ilmiah, Imlek lahir dan distandarisasi dinasti Han untuk menghargai jasa yang diberikan Khong Hu Cu pada masyarakat. Maka dari itu para sinolog barat menyebut Imlek dengan Anno Confuciani/AC (dihitung berdasarkan tahun kelahiran Khong Hu Cu) seperti halnya Anno Domini/AD (in the year of our lord)
Apapun itu, hendaknya tidak perlu dimasalahkan, atas nama kejujuran dan sportivitas perlu dicatat oleh sejarah secara benar dan konsekuen. Sebaiknya etnis Tionghoa Indonesia yang kini mendapat hak-haknya dengan lebih baik perlu memberikan sumbangsih yang nyata bagi Indonesia tercinta.
Sebab sebagai orang Indonesia (menurut UU Kewarganegaraan yang baru), kini waktunya seluruh komponen bangsa bangkit bersama bersatu mengikis segala krisis yang kita alami di negeri ini, tanpa melihat asal-usul, golongan akan tetapi dengan melihat fenomena sebagai anak bangsa yang sedang mengalami kesusahan bersama sebagai saudara sebangsa dan se Tanah Air.
Karena demografi dan landscape politik sekarang ini sangatlah berbeda. Konsep kebangsaan lama yang terlalu menekankan homogenitas diatas keragaman tidak mengikuti irama zaman. Kebudayaan yang kita hadapi bukan cuma nasional tetapi juga multinasional. Konfigurasi kebudayaan Indonesia semakin mendekati konfigurasi kebudayaan dunia.
Indonesia menghadapi kenyataan makin berkembangnya kebudayaan Amerika, Eropa, Arab, Tiongkok, Jepang, Korea, India dsb. Keanekaan tak hanya antar suku bangsa, tetapi dengan kebudayaan bangsa lain. Jadi konsep kebangsaan zaman kini mungkin haruslah menjadi suatu konsep yang terbuka dan semakin menuju pada semangat internasionalisme yang merujuk pada perdamaian dunia
sebab seperti apa yang dikatakan Khong Hu Cu bahwa “Semua Manusia Adalah Bersaudara”. Karena Tuhan tidak pernah membedakan manusia, tidak ada seorangpun yang diistimewakan dan tidak ada suatu kaum yang ditinggikan diatas yang lainnya.
Dan bukankah Bung Karno pernah menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika janganlah dilihat secara statis, melainkan harus diartikan secara dinamis. Kata beliau : Bhineka = das Sein yakni keadaan/ realitas yang ada, tetapi Tunggal Ika = das Sollen yakni tujuan yang kita cita-citakan bersama. Dan kita sedang berada di “das Sein” menuju “das Sollen” atau dalam rangka menuju nation building dari “persukuan” kita menuju “ke-Indonesia-an (wawasan kebangsaan) dan mungkin nanti menuju pada perdamaian dunia.
Harkat dan martabat seseorang berpulang pada diri masing-masing, tiap orang berpotensi selamat, karena setiap individu dianugerahi fitrah oleh Tuhan. Maka dari itu siapapun dapat menjadi orang yang bijak/ soleh/ al-ihsan/ tzun tze.
Bukan karena keanggotaan seseorang terhadap suatu institusi tetapi yang penting adalah pengalaman kualitas kemanusiaanya. Bukan pula banyak sedikitnya pengetahuan agama seseorang yang penting, melainkan ketulusan hati dan kesetiaanya kepada hal yang benar.
Semoga semangat Imlek dapat membawa kita menjadi individu yang baru dan senantiasa berbudi luhur sehingga dapat berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Shin Chun Khiong Hi. Shi Nian Khuai Le. Happy Anno Confuciani 2558
(Oleh Kristan; Penulis adalah Ketua Umum Generasi Muda Khonghucu Indonesia(GEMAKU) dan Kordinator Jaringan Tionghoa Muda Indonesia (JTM); http://15meh.blogspot.com/2008/03/sejarah-imlek-dan-khonghucu-di.html)-FatchurR
http://alumnimaterdei.com/iptek-yang-perlu/10919.html
Klaim Imlek sebagai Tahun Baru orang Tionghoa adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah, sebab begitulah kenyataannya. Hal ini juga berlaku bagi hari raya Cheng Beng, Pek Chun, Cap Go Meh dsb (yang jelas-jelas hari raya tersebut merupakan hari raya agama Khonghucu).
Namun menurut para ahli, kenyataan itu terinspirasi dari yang dikatakan William McNaughton, “Hal-hal yang diajarkan Khonghucu adalah peradaban yang berabad lamanya dipegang dengan sangat teguh oleh bangsa Tionghoa. Karena itu tak berlebihan jika dikatakan Tiongkok adalah Khonghucu. Begitu juga halnya, Khonghucu adalah Tiongkok (Paul Strathen, Confucius In 90 Minutes)”.
Tokoh Melayu
Seorang tokoh Melayu Tionghoa (Kwee Tek Hoay) menyatakan semua orang Tionghoa adalah Khonghucu, sebab sebelum Tiongkok menjadi Republik, agama Khonghucu/Konfusianisme merupakan sistem moralitas, kehidupan sosial-politik, dan religi seluruh masyarakat Tiongkok. Sehingga pengaruh Konfusianisme sangat mengakar dalam kehidupan orang Tionghoa sampai abad 21 ini.
Beberapa ahli Barat menyimpulkan Konfusianisme merupakan “state religion” bagi kerajaan Tiongkok kuno. Diakui atau tidak, Konfusianisme sangat mempengaruhi prilaku dan berpikir orang Jepang, Korea, Vietnam dsb. Korea di bawah Dinasti Chosun memproklamirkan sebagai “Negara Khonghucu”
Di Indonesia ada catatan tidak resmi yang menyatakan bahwa dahulu hampir semua orang Tionghoa di Indonesia adalah Khonghucu, hal ini diperkuat dengan adanya PerPres No 1/1965, Khonghucu diakui sebagai salah satu agama besar yang berperan pada sejarah perkembangan Indonesia sehingga mendapatkan perlakuan yang sama dengan agama yang lainnya.
Sebelum keluarnya Inpres No 14 Tahun 1967 yang diskriminatif itu, diterima atau tidak karena dikriminasi sosial dan birokrasi oleh Inpres itu menyebabkan banyak penganut Khonghucu yang eksodus. Mengutip Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa “bahwa sejarah harus diungkap secara jujur, fairness dan terbuka meskipun terkadang pahit untuk dirasakan”.
Di Indonesia, Imlek secara nasional pertama kali diprakarsai oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) dan diklaim sebagai hari raya agama Khonghucu. Karena memang Indonesia tidak pernah mengenal hari raya suatu golongan etnis tertentu.
Penetapan Imlek sebagai hari raya karena ada pengakuan Khonghucu sebagai satu agama yang diakui di Indonesia (sesuai sikap PBB terhadap agama Khonghucu/Confucianism) dan sejarah membuktikan diantara organisasi Tionghoa yang lain perlu diakui, MATAKIN-lah pionir (dengan bantuan Gus Dur dan beberapa tokoh agama lain) sejak dahulu konsisten memperjuangkan persamaan hak-hak etnis Tionghoa dan agama Khonghucu pada khususnya walau dalam kukungan dan intimidasi rezim Orde Baru yang sangat diskriminatif itu.
Sekadar flash back ketika zaman Orde Baru Imlek dianggap sebagai suatu hal tabu dan menyesatkan yang harus dieliminasi keberadaanya. Sebagai contoh ketika Surjadi Sudirdja menjadi Gubernur Jakarta dikatakan bahwa Imlek dilarang dirayakan, Imlek hanya boleh dirayakan di rumah-rumah saja secara tertutup, hal ini diperkuat Direktur Urusan Agama Budha Depag Drs Budi Setyawan yang didasari oleh surat dari Dirjen Bimas Hindhu dan Budha Depag No H/BA.00/29/1/1993, di pelbagai surat kabar menyatakan larangan merayakan Imlek di Vihara dan Cetya.
Walubi melalui Dewan Pimpinan Pusatnya ikut mengeluarkan edaran No 07/DPP-WALUBI/KU/93, 11/01/93 menyatakan Imlek bukan hari raya Budha, sehingga Vihara Mahayana tidak boleh merayakan tahun baru Imlek dengan menggotong Toapekong, Barongsai dll. Pada masa itu bisa dikatakan semua fenomena yang mengidap culture shock itu berbondong-bondong menyerang Imlek.
Bahkan semua orang Tionghoa yang bukan beragama Khonghucu seolah memusuhi dan mejauhi Imlek. Namun dalam era reformasi kenyataan menyakitkan itu menjadi berbalik arah. Sekarang semua orang Tionghoa Indonesia mengklaim bahwa Imlek adalah sebagai hari raya tahun barunya.
Sumbangsih Nyata
Imlek kini adalah suatu perayaan besar milik dunia. Berdasar fakta ilmiah, Imlek lahir dan distandarisasi dinasti Han untuk menghargai jasa yang diberikan Khong Hu Cu pada masyarakat. Maka dari itu para sinolog barat menyebut Imlek dengan Anno Confuciani/AC (dihitung berdasarkan tahun kelahiran Khong Hu Cu) seperti halnya Anno Domini/AD (in the year of our lord)
Apapun itu, hendaknya tidak perlu dimasalahkan, atas nama kejujuran dan sportivitas perlu dicatat oleh sejarah secara benar dan konsekuen. Sebaiknya etnis Tionghoa Indonesia yang kini mendapat hak-haknya dengan lebih baik perlu memberikan sumbangsih yang nyata bagi Indonesia tercinta.
Sebab sebagai orang Indonesia (menurut UU Kewarganegaraan yang baru), kini waktunya seluruh komponen bangsa bangkit bersama bersatu mengikis segala krisis yang kita alami di negeri ini, tanpa melihat asal-usul, golongan akan tetapi dengan melihat fenomena sebagai anak bangsa yang sedang mengalami kesusahan bersama sebagai saudara sebangsa dan se Tanah Air.
Karena demografi dan landscape politik sekarang ini sangatlah berbeda. Konsep kebangsaan lama yang terlalu menekankan homogenitas diatas keragaman tidak mengikuti irama zaman. Kebudayaan yang kita hadapi bukan cuma nasional tetapi juga multinasional. Konfigurasi kebudayaan Indonesia semakin mendekati konfigurasi kebudayaan dunia.
Indonesia menghadapi kenyataan makin berkembangnya kebudayaan Amerika, Eropa, Arab, Tiongkok, Jepang, Korea, India dsb. Keanekaan tak hanya antar suku bangsa, tetapi dengan kebudayaan bangsa lain. Jadi konsep kebangsaan zaman kini mungkin haruslah menjadi suatu konsep yang terbuka dan semakin menuju pada semangat internasionalisme yang merujuk pada perdamaian dunia
sebab seperti apa yang dikatakan Khong Hu Cu bahwa “Semua Manusia Adalah Bersaudara”. Karena Tuhan tidak pernah membedakan manusia, tidak ada seorangpun yang diistimewakan dan tidak ada suatu kaum yang ditinggikan diatas yang lainnya.
Dan bukankah Bung Karno pernah menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika janganlah dilihat secara statis, melainkan harus diartikan secara dinamis. Kata beliau : Bhineka = das Sein yakni keadaan/ realitas yang ada, tetapi Tunggal Ika = das Sollen yakni tujuan yang kita cita-citakan bersama. Dan kita sedang berada di “das Sein” menuju “das Sollen” atau dalam rangka menuju nation building dari “persukuan” kita menuju “ke-Indonesia-an (wawasan kebangsaan) dan mungkin nanti menuju pada perdamaian dunia.
Harkat dan martabat seseorang berpulang pada diri masing-masing, tiap orang berpotensi selamat, karena setiap individu dianugerahi fitrah oleh Tuhan. Maka dari itu siapapun dapat menjadi orang yang bijak/ soleh/ al-ihsan/ tzun tze.
Bukan karena keanggotaan seseorang terhadap suatu institusi tetapi yang penting adalah pengalaman kualitas kemanusiaanya. Bukan pula banyak sedikitnya pengetahuan agama seseorang yang penting, melainkan ketulusan hati dan kesetiaanya kepada hal yang benar.
Semoga semangat Imlek dapat membawa kita menjadi individu yang baru dan senantiasa berbudi luhur sehingga dapat berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Shin Chun Khiong Hi. Shi Nian Khuai Le. Happy Anno Confuciani 2558
(Oleh Kristan; Penulis adalah Ketua Umum Generasi Muda Khonghucu Indonesia(GEMAKU) dan Kordinator Jaringan Tionghoa Muda Indonesia (JTM); http://15meh.blogspot.com/2008/03/sejarah-imlek-dan-khonghucu-di.html)-FatchurR
http://alumnimaterdei.com/iptek-yang-perlu/10919.html
Langganan:
Postingan (Atom)