Minggu, 31 Oktober 2010

Siripada Puja, Simbol Penghormatan Tapak Kaki Sang Buddha

JAMBI – Perayaan upacara Siripada Puja yang digelar oleh Yayasan Jaya Manggala berlangsung khusuk dan meriah. Acara yang berlangsung pada Minggu malam (31/10/2010) tersebut diikuti sekitar 2.000 umat Buddha Provinsi Jambi dan ada juga datang dari luar daerah.

Puncak perayaan berlangsung di Taman Alam Citra Indah (ACI), Kabupaten Muaro Jambi, pukul 19.00 hingga pukul 21.30 WIB. Acara dimulai dengan pembacaan Siriada Gatha yang diikuti seluruh umat.

Karena jauhnya lokasi perayaan Siripada Puja, yaitu diluar kota yang memakan waktu 45 menit, maka panitia menyedia puluhan angkutan mini bus buat umat, namun banyak juga umat yang membawa kendaraan sendiri.
Seluruh umat terlihat ceria dan khusuk mengikuti prosesi Siripada Puja. Selanjutnya tiga belas bhikkhu terdiri dari Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera, Bhikkhu Atimadho Mahathera, Bhikkhu Pannananando Thera, Bhikkhu Cittagutto Thera, Bhikkhu Suvijano Thera, Bhikkhu Santamano Thera, Bhikkhu Dhammiko, Bhikkhu Vimaladhiro, Bhikkhu Indaguno, Bhikkhu Khemaviro, Bhikkhu Upasamo, Samanera Didik, Samanera Joti berjalan bersama umat sambil memegang bunga teratai yang dibuat dari kertas dan satu lilin yang telah dihidupkan serta membawa dupa (hio). Bhikkhu bersama umat mengitari danau menuju dermaga yang telah dipersiapkan jauh hari sebelum acara dilakukan.
Keceriaan terpancar diwajah ribuan umat, mereka dengan sabar antri mengikuti para bhikkhu. Selanjutnya mereka meletakkan satu per satu Bunga Teratai ke dalam kolam. Sekejap, dermaga pun dihiasi lilin-lilin kecil yang terlihat indah.

Setelah selesai prosesi pelepasan Bunga Telatai, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan hiburan. Hiburan dimeriahkan penyanyi asal Jakarta, atraksi Barongsai dari Perkumpulan Hok Liong Sai, atraksi Kongfu, Tarian anak-anak dan Tarian Seribu Tangan.
Seperti diketahui, upacara Siripada Puja itu dilakukan sebagai penghormatan kepada telapak kaki sang Buddha. Siripada berarti telapak kaki. Jadi upacara Siripada untuk menghormati telapak kaki sang Buddha.

Menurut Sekretaris Yayasan Jaya Manggala, dr Erdianto, mengatakan bahwa kegiatan itu telah terencana dengan baik. “Kita telah mempersiapan jauh-jauh hari sebelumnya acara hari Kathina, berbagai kekurangan, kita perbaiki. Peserta yang ikut dalam perayaan kali inipun sangat meningkat, yakni sekitar 2.000 orang, bahkan tahun ini ada beberapa daerah sengaja datang ke Jambi, seperti dari seperti umat dari Jakarta, Bogor dan Palembang. Tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai,“ ungkapnya.

Sejarah Siripada Puja berawal saat Dewa Naga mengunjungi sang Buddha dan bertanya, “Apabila YM sang Buddha telah Parinibbana (tingkat pencerahan tertinggi yang tidak akan mengalami terlahir kembali), kepada siapa saya menghormati dan bagaimana bentuk penghormatan kami kepada sang Buddha? Kemudian sang Buddha meninggalkan jejak kaki-Nya di tepi Sungai Namatha, sebagai bentuk atau objek untuk menghormati sang Buddha bila beliau Parinibanna dalam bentuk materi, yaitu berupa lilin, dupa, dan bunga yang dihanyutkan ke sungai atau air sebagai penghormatan kepada sang Buddha. Upacara itu dinamakan upacara Siripada. Sampai sekarang tradisi tersebut masih tetap dilestarikan umat Buddha.

Selain untuk menghormati dan mengikuti jejak kaki sang Buddha, upacara dimaksudkan untuk mendoakan keselamatan negara dan bangsa dari segala bencana alam serta roda pemerintahan dapat tetap berjalan lancar tanpa halangan maupun rintangan.

Pada kesempatan tersebut dan umat Buddha yang hadir turut mendoakan korban Gunung Merapi di Yogyakarta Gempa Bumi, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat agar tabah menerima cobaan.

“Satu per satu teratai dihanyutkan, Cahaya lilin gemerlap menyinari sekitar danau diiringi Wangi cendana mengharumkan suasana...
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Sadhu Sadhu Sadhu.”

http://ayojambi.com/
http://www.banyurawa.com/
http://makinjambi.com/
http://informasi-mediakita.blogspot.com/
http://multmedia.multiply.com/
http://multi-nusantara.blogspot.com/
http://www.griyakuliner.com/
http://media-fotografers.blogspot.com/

Puja Bhakti Kathina di Jaya Manggala

JAMBI - Bulan yang penuh dengan berkah telah tiba, momentum yang ditunggu-tunggu oleh umat Buddha untuk merayakan Hari Kathina. Momen yang sangat istimewa, karena inilah saatnya bagi umat Buddha untuk bertanam di ladang yang subur. Berdana kepada Sangha, dengan berdana melalui para Bhikkhu adalah perbuatan karma baik serta sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan berdana pada hari-hari biasa.

Minggu pagi, 31 Oktober 2010, Yayasan Jaya Manggala, Jalan Gajah Mada, No. 23, Kelurahan Lebakbandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mengdakan perayaan Kathina dengan memberikan kesempatan kepada umat Buddha berdana langsung kepada para bhikkhu.

Ratusan umat Buddha telah hadir sejak pukul 14.00, untuk mengukiti prosesi berdana kepada Bhikkhu Sangha, dengan wajah ceria dan kelihatan tak sabar untuk menyerahkan dana Kathina bhikkhu yang telah mereka siap khusus untuk berdana.

Akhirnya saat yang dinanti-natikanpun tiba, satu per satu umat bersujud di depan altar dan menyerahkan dana mereka kepada Sangha. Ini adalah hasil kerja keras untuk menanamkan nilai-nilai kemoralan dan jiwa dari umat.

Sore hari,
Ribuan umat Buddha telah berkumpul dihalaman Yayasan Jaya Manggala untuk mengikuti perayaan Siripada Puja, yaitu sebuah momen Penghormatan kepada jasa sang Buddha Gotama yang telah mengajarkan kebenaran, dengan cara menyalahkan lilin-lilin berbentuk bunga teratai di kolam yang terdapat di Taman ACI, Kabupaten Muaro Jambi.

Asal Usul Hari Kathina
Dalam menyambut masa Kathina yang berlangsung selama satu bulan, ada baiknya kita mengingat dan menelusuri kembali sejarah Kathina. Bagi umat Buddha, masa Kathina erat kaitannya dengan berdana kepada Sangha. Masa Kathina selalu disambut umat Buddha dengan begitu meriah, ini dapat dilihat dari semangat umat Buddha memperingati Kathina dengna berbondong-bondong datang ke Vihara. Mereka dengan perasaan bahagia, dan penuh ketulusan hati melakukan persembahan kepada Sangha.

Peristiwa ini sudah berlangsung beribu-ribu tahun lamanya dan menarik sekali apabila kita telusuri bagaimana sesungguhnya Kathina sampai ditetapkan oleh Sang Buddha Gotama?

Sejarah mencatat bahwa setelah meraih Pencerahan Agung, Sang Buddha melakukan perjalanan ke Taman Rusa Isipatana, di dekat Benares. Beliau membabarkan Dhamma yang dikenal dengan Dhammacakkapavatana Sutta kepada lima orang pertapa yang pernah menjadi sahabatNya? Kondana, Vappa, Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji. Setelah menguraikan khotbah pertama, Sang Buddha tetap tinggal disana. Beliau bertemu dengan Yasa -- anak seorang pedagang kaya raya di Benares -- dan memberikan wejangan Dhamma kepadanya. Disamping itu, Sang Buddha juga membabarkan Dhamma kepada ayah Yasa dan empat sahabat Yasa. Mereka beserta para pengikutnya -- semuanya berjumlah lima puluh lima orang -- meninggalkan kehidupan berumah tangga, memasuki kehidupan tanpa rumah (menjadi Bhikkhu), dan mencapai tingkat kesucian Arahat. (tim)

http://ayojambi.com/
http://www.banyurawa.com/
http://makinjambi.com/
http://informasi-mediakita.blogspot.com/
http://multmedia.multiply.com/
http://multi-nusantara.blogspot.com/
http://www.griyakuliner.com/
http://media-fotografers.blogspot.com/

Tsunami Sudah Ada Sejak 8.000 Tahun Lalu

VIVAnews - Gempa berkekuatan 7,2SR yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin 25 Oktober 2010, menimbulkan serangan gelombang maut, tsunami. Seluruh pemukiman yang berada di pantai barat gugusan kepulauan itu diterjang tsunami sehingga menewaskan lebih dari 400 orang.

Indonesia tidak lagi asing dengan bencana itu. Pada Desember 2004, tsunami besar terjadi di Aceh. Lalu tiga bulan berikutnya terjadi di Nias. Setahun lagi, tepatnya 17 Juli 2006, tsunami juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat.

Rekam jejak tunami ternyata sudah terjadi sejak tahun 6.000 Sebelum Masehi. Laman media ilmiah Livescience.com mencatat daftar tsunami maha dahsyat yang pernah terjadi di bumi.

6.000 SM
Gugusan salju besar di Sisilia longsor dan jatuh ke laut. Longsor yang terjadi pada 8 ribu tahun lalu ini memicu bencana tsunami tersebar di Laut Mediterrania. Tidak ada catatan sejarah bencana ini. Hanya para ilmuwan geologi memperkirakan tsunami dengan kecepatan 320 kilometer per jam ini mencapai ketinggian gedung 10 lantai.

1 November 1755
Setelah gempa yang menghancurkan Lisbon, Portugal, dan mengguncang sebagian besar Eropa. Orang-orang banyak yang berlindung di perahu. Namun, tsunami justru terjadi. Tak pelak bencana ini menewaskan lebih dari 60 ribu orang.

27 Agustus 1883
Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda, memicu tsunami yang menenggelamkan pesisir Sumatera, Jawa bagian utara, dan Kepulauan Seribu. Kekuatan gelombang bisa menyeret karang seberat 600 ton ke pantai. 36 ribu orang meninggal sia-sia.

15 Juni 1896
Gelombang setinggi 30 meter muncul sesaat setelah terjadi gempa di Jepang. Seluruh pantai timur disapu tsunami itu. 27 ribu orang meninggal.

1 April 1946
Gempa besar di Alaska menimbulkan gelombang besar di Hawaii. Bencana yang sering disebut sebagai misteri "April Fools Tsunami" itu menewaskan 159 orang.

9 Juli 1958
Gempa berkekuatan 8,3 SR di Alaska menyebabkan gelombang besar hingga 576 meter di Teluk Lituya, Alaska. Ini merupakan tsunami terbesar yang tercatat di zaman modern.

Untung saja, tsunami terjadi di tempat terisolir, sehingga tidak menimbulkan banyak korban. Tsunami ini hanya menyebabkan dua nelayan meninggal dunia, karena kapalnya karam diterjang ombak.

22 Mei 1960
Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat sebesar 8,6 SR di Chile. Gempa ini menciptakan tsunami yang menghantam Pantai Chile dalam waktu 15 menit. Gelombang tinggi terjadi hingga 25 meter. Tsunami ini menewaskan 1.500 orang di Chile dan Hawaii.

27 Maret 1964
Gempa Alaska "Good Friday" berkekuatan 8,4 SR, menimbulkan gelombang 67 meter di kawasan Valdez Inlet, Alaska. Gelombang dengan kecepatan 640 kilometer per jam ini menewaskan lebih dari 120 orang. Sepuluh orang di antaranya dari Crescent City, California, yang juga mendapat kiriman ombak setinggi 6,3 meter.

23 Agustus 1976
Tsunami di Filipina barat daya menewaskan 8 ribu orang. Gelombang besar ini juga dipicu gempa bumi di sekitar pantai.

17 Juli 1998
Gempa dengan kekuatan 7,1 SR menghasilkan tsunami di Papua Nugini. Gelombang besa dengan cepat membunuh 2.200 orang.

26 Desember 2004
Gempa maha dahsyat dengan kekuatan 9,3 SR mengguncang di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa paling besar sepanjang 40 tahun terakhir ini menimbulkan gelombang tinggi di Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.

Setidaknya 320 ribu orang dari delapan negara meninggal dunia. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah.

28 Maret 2005
Tiga bulan kemudian tsunami juga terjadi di Sumatera. Gempa di lepas pantai Nias yang berkekuatan 8,7 SR itu memicu tsunami besar yang menewaskan 1.300 orang di Pulau Nias, Sumatera Barat.

Panik, Ratusan Pengungsi Turun ke Bawah

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pengungsi dari sejumlah dusun di barak pengungsian Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, berlarian mengungsikan diri dengan menumpangi truk karena Gunung Merapi meletus lagi pada Senin (1/11/2010), pukul 10.10 WIB. Hampir seluruh pengungsi dilanda panik karena letusan gunung cukup besar dan tampak jelas karena cuaca saat ini cukup cerah.

Beberapa anak dan ibu pun menangis karena ketakutan. Anak-anak pengungsi yang baru pulang sekolah juga tak luput dari panik karena tak menemukan bapak dan ibunya di tempat pengungsian. Sebab, para pengungsi yang berada di barak di Desa Glagaharjo itu langsung diungsikan ke Desa Jetis yang berada di bawah.

Seorang siswi SMP yang baru saja pulang menangis karena tak menemukan keluarganya di pengungsian. "Ibuku mana? Aku takut," kata siswi itu sambil menangis. Jamilah (17), salah seorang pengungsi, juga tak menemukan orang tuanya karena dia sedang tidur di barak saat Merapi meletus. Sementara kedua orang tuanya, menurut sejumlah pengungsi, sudah dievakuasi ke Desa Jetis.

"Bapak dan ibuku enggak ada. Mereka selamat atau tidak," katanya sambil menangis. Beberapa anak-anak pengungsi yang sedang bermain pun harus meninggalkan mainannya dan ikut dengan orangtuanya dievakuasi. "Tuh, gunungnya meletus lagi," kata Dwi Sulistiani (10).

http://regional.kompas.com/read/2010/11/01/11152473/

Kisah Ma Li dan Zhai Xiao Wei (Must Read)

Ma Li adalah seorang balerina profesional, yang sudah membangun karirnya sejak masa kanak-kanak. Ia berasal dari Provinsi Henan, China. Sayangnya, ketika berusia 19 tahun (tahun 1996), ia mengalami kecelakaan mobil. Akibatnya, lengan kanannya harus diamputasi. Kemudian, kekasihnya pergi meninggalkannya.

Betapa bingung dan kecewanya Ma Li! Ia sempat mengurung diri di rumahnya selama berbulan-bulan. Namun, dukungan orangtua menguatkannya. Perlahan tapi pasti, ia melanjutkan hidupnya. Ia segera belajar melakukan mengurus diri dan rumahnya dengan satu lengan. Beberapa bulan kemudian, dia sudah membuka usaha, dengan mendirikan satu buah toko buku kecil.

Pada tahun 2001, Ma Li kembali ke dunia tari yang dicintainya. Ini hal yang sulit, karena dengan hanya satu lengan, ia kurang bisa menjaga keseimbangan tubuhnya - khususnya ketika melakukan gerakan berputar. Namun Ma Li tidak putus asa. Ia terus berusaha, hingga akhirnya ia bisa menyabet medali emas pada kompetisi tari khusus untuk orang-orang yang memiliki kekurangan pada fisiknya. Menurut Ma Li, di kompetisi itu, selain mendapatkan prestasi, ia juga mendapatkan dukungan dari orang-orang yang senasib dengannya. Dari situlah, ia mendapatkan dorongan motivasi dan rasa percaya diri yang lebih besar.

Pada 2002, seorang laki-laki bernama Tao Li jatuh cinta pada Ma Li. Tapi Ma Li meninggalkannya karena khawatir kejadian masa lalu yang menyakitkan terulang kembali.

Tao Li bukan pemuda yang mudah putus asa. Ia mencari Ma Li hingga ke Beijing, tempatnya meniti karir sebagai penari. Ketika bertemu kembali, pasangan ini tidak terpisahkan lagi.

Ma Li dan Tao Li sempat jatuh bangkrut saat virus SARS menyerang China (November 2002 hingga Juli 2003). Sebab, pada masa itu, semua gedung teater/seni ditutup! Namun mereka tetap berjuang dan bangkit kembali.

Setelah serangan virus SARS mereda, Tao Li mendapat izin resmi untuk menjadi agen Ma Li. Sambil berusaha mengembangkan diri dan usaha, kedua insan ini kerja sambilan sebagai pemeran figuran di berbagai lokasi syuting drama. Nah, pada suatu malam bersalju, keduanya pulang larut malam dan harus menghabiskan banyak waktu, untuk menunggu bus yang datang pada pagi hari. Agar tidak terlalu kedinginan, keduanya menari. Pada saat inilah, Tao Li mendapatkan ide untuk menciptakan tarian yang indah dan unik, tarian yang khas Ma Li. Ma Li setuju, dan mulai saat itu mereka mencari seorang penari pria (untuk menjadi pasangan menari Ma li) dan koreografer…

Pada umur 4 tahun, Zhai Xiao Wei sedang asyik bermain. Ia lalu mencoba memanjat sebuah traktor, lalu… terjatuh. Karena cedera berat, kaki kirinya harus diamputasi.

Beberapa saat sebelum diamputasi , ayah Xiao Wei kecil bertanya pada putranya: “Apakah kamu takut?”

“Tidak,” jawab Xiao Wei. Ia kurang memahami arti amputasi.

“Kamu akan banyak mengalami tantangan dan kesulitan,” kata sang ayah.

“Apakah itu tantangan dan kesulitan? Apakah rasanya enak?” tanya Xiao Wei.

Ayahnya mulai menangis. “Ya, rasanya seperti permen kesukaanmu,” katanya. “Kamu hanya perlu memakannya satu persatu.” Setelah itu, sang ayah berlari keluar ruangan.

Berkat dukungan orangtua dan lingkungannya, Xiao Wei tumbuh menjadi anak yang sangat optimis, periang, dan bersemangat. Kemudian, ia menjadi seorang atlet. Xiao Wei aktif di cabang olahraga lompat tinggi, lompat jauh, renang, menyelam, dan balap sepeda.

-Pertemuan Ma Li dan Zhai Xiao Wei-

Pertemuan itu terjadi pada bulan September 2005. Saat itu, Xiao Wei (21 tahun) sedang berlatih agar bisa tampil di kejuaraan balap sepeda nasional. Ma Li melihatnya dan merasa dialah partner menari yang cocok untuknya.

Ma Li berlari ke arah Xia Wei dan mengajukan berbagai pertanyaan.

“Apakah kamu suka menari?” Itulah pertanyaan pertama Ma Li.

Xiao Wei terkejut sekali. Bagaimana mungkin dia, yang hanya punya satu kaki, melakukan kegiatan seperti menari? Selain itu, Xiao Wei mengira bahwa Ma Li adalah perempuan bertubuh normal. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat saat itu Ma Li mengenakan lengan palsu dan pakaian khusus untuk menutupi cacat tubuhnya.

“Siapa namu kamu? Berapa nomor telepon kamu? Tinggal di mana?” begitulah selanjutnya pertanyaan-pertanyaan Ma Li. Xiao Wei diam saja - tidak menjawab sepatah kata pun. Maka, Ma Li memberikan selembar tiket pertunjukan tari kepada pria itu. Tawaran itu diterima.

Dua hari kemudian, Xiao Wei berdiri terpesona di gedung pertunjukan tari. Ia terkesan sekali dengan tarian yang dipersembahkan Ma Li. Akhirnya, ia setuju untuk menari balet bersama. Untuk itu, ia rela pindah ke Beijing untuk berlatih bersama Ma Li.

Selanjutnya, mereka latihan tiap hari, dari jam 8 pagi hingga 11 malam. Mulai dari melatih mimik wajah di depan cermin hingga gerakan-gerakan tari. Keduanya harus melalui masa-masa sulit, karena sebelumnya Xiao Wei tidak pernah menari. Sementara Ma Li sendiri, adalah seorang penari yang perfeksionis. Tahukah Anda, untuk mendapatkan gerakan “jatuh” yang tepat, Ma Li sampai rela dijatuhkan lebih dari 1.000 kali!
Pada hari pertama berlatih “jatuh”, gerakan benar yang pertama baru bisa dilakukan pada pukul 8 malam…

Apa yang terjadi berikutnya, Anda tentu sudah mengetahuinya! Pada April 2007, mereka menyabet medali perak pada lomba tari “4th CCTV National Dance Competition” (saksikan videonya di sini). Pasangan Ma Li/ Zhai Xiao Wei menjadi terkenal. Tarian “Hand in Hand” menjadi inspirasi bagi banyak orang. Apabila mau belajar dan berusaha mengatasi kekurangan yang ada pada diri kita, dan dengan tekun mengembangkan potensi diri, kita semua pasti mampu menjadi pemenang yang sesungguhnya!

http://www.meandconfucius.com/2010/10/kisah-ma-li-dan-zhai-xiao-wei-must-read.html

Sabtu, 30 Oktober 2010

Mahasiswa Bentrok Dengan Polisi di Depan Rumah Dinas Walikota

JAMBI - Sekitar pukul 10.30 WIB, massa HMI yang berjumlah sekitar 20 orang mengendarai puluhan sepeda motor berdatangan ke rumah dinas Walikota Jambi. Mereka juga menyandera sebuah truk sebagai barang bukti adanya truk yang masuk jalan kota. Setelah berkumpul, kemudian mereka melakukan orasi di depan gerbang masuk rumah dinas Walikota Jambi.

Namun karena aparat kepolisian berjaga di depan gerbang, massa HMI hanya dapat berorasi di halaman luar. Tuntutan massa HMI yakni meminta pertanggung jawaban Walikota Jambi mengenai banyaknya truk yang hilir mudik melewati jalan kota. Sehingga lambat laun dapat merusak aspal jalan dan mengganggu kenyamanan pengendara bermotor.

Aksi demo massa HMI Kota Jambi di halaman rumah dinas Walikota Jambi, berakhir ricuh. Para pendemo terlibat baku hantam dengan aparat kepolisian yang berjaga-jaga di depan gerbang.

Peristiwa bentrokan ini dipicu kekesalan mahasiswa yang tak ingin truck yang mereka sandera sebagai barang bukti kepada Walikota Jambi dibawa oleh petugas ke Polresta Jambi, dan mahasiswa yang ingin bertemu langsung dengan Walikota Jambi.

Massa HMI yang sedang berorasi ditemui secara langsung oleh Asisten III bidang administrasi Setda Kota Jambi, Husin Kasim.

Saat memberikan penjelasan pada massa HMI, beberapa petugas kepolisian ingin membawa sopir dan truknya ke Polreta Jambi. Bahkan untuk menyakinkan Walikota, mahasiswa sempat membawa sebuah truck berisi pupuk ke depan rumah dinas Walikota Jambi sebagai barang bukti.

Massa HMI serta merta berlari dan mencegat agar truk tidak dibawa karena sebagai barang bukti, Bahkan beberapa mahasiswa nekat tidur di bawah truk dan berdiri di depan bemper truk.

Aksi baku pukul antara mahasiswa dengan aparat tak terelakkan lagi. Petugas kepolisian yang terpancing emosinya karena dipukul dengan tangan kosong mengejar beberapa mahasiswa. Mereka kembali terlibat aksi baku hantam di sepanjang Jalan Jaksa sekitar lima menit. Situasi kembali normal setelah petugas kepolisian lainnya melerai (nug)

Kisah Perjuangan Freedom III Lolos dari Tsunami Mentawai

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Kapal Pesiar Freedom III, mendapat julukan baru, Si Number One. Kapal ini selamat setelah sempat bertabrakan dengan Kapal Pesiar Southern Cross, saat terjadi tsunami pascagempa 7,2 SR di laut lepas Samudera Hindia, Senin malam sekitar pukul 21.40 WIB.

Guncangan gempa merobohkan banyak rumah dan hanya hitungan belasan menit muncul gelombang tinggi, khususnya di 13 desa di pinggir pantai Pagai Selatan, satu dari empat pulau besar di Kabupaten Kepulauan Mentawai, wilayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia (Samudera Indonesia).

"Kami ketika itu, baru saja menurunkan jangkar di tengah laut untuk beristirahat, setelah pada sore hari para wisatawan itu menyelesaikan kegiatan berselancar di kawasan laut Pagai Selatan," kata Dedek, satu dari anak buah kapal (ABK) Freedom III, yang selamat.

Saat gulungan ombak hingga ketiggian delapan meter itu, para awak kapal baru merebahkan badannya ke tempat tidur. Itu sebabnya, banyak di antara ABK dan wisatawan asal Australia tak tahu datangnya bencana dahsyat itu.

Gulungan ombak besar tersebut menghantam kapal, hingga tertarik beberapa meter ke bibir pantai. Air laut, katanya, sempat surut beberapa meter, namun datang lagi gulungan ombak, membuat kapal maju mundu. "Angin ketika itu juga sangat kencang," katanya.

Para awak kapal yang baru merebahkan badanya ke tempat tidur mengira sang kapten menjalankan lagi kapal pesiar itu. Mereka keluar. Rumapanya, dugaan itu salah.

"Ketika gulungan ombak besar menghantam kapal, para ABK cepat keluar untuk menarik jangkar, takut sesuatu terjadi jika tidak menarik jangkar ke kapal, saat menarik jangkar gulungan ombak juga menghantam, kami kewalahan, terpaksa memutus rantai jangkar," katanya.

Kapal kemudian berjalan bak orang bermain selancar saja, mengikuti gulungan ombak tersebut. Posisi Kapal Pesiar Southern Cross berada sekitar 20 meter dari kapal itu.

"Di tengah hantaman gulungan ombak besar ketinggian air mencapai delapan meter, terjadilah tabrakan dengan Kapal Pesiar Southern Cross yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari depan kapal kami," katanya.

Tabrakan tak dapat dihindari, posisi kapal Freedom III tidak terlalu jauh dengan Kapal Pesiar Southern Cross berisi penumpang beberap orang warga Australia yang juga selasai berselancar.

Kapal Pesiar Freedom III menabrak dinding Kapal Pesiar Southern Cross persis dekat tabung gas yang ukuran sangat besar, juga ada beberapa liter bahan bakar jenis bensin dalam jerigen.
"Ledakan besar terjadi," kata Dedek beruraikan air mata.

Para awak Kapal Pesiar Southern Cross berhamburan serta meloncat ke laut untuk menyelamatkan diri tidak sempat memakai baju pelampung.

"Untunglah sang kapten Kapal Pesiar Freedom III tidak kehilangan akal, langsung membawa kapal hingga lautan Samudra Hindia untuk menghindari percikan api akibat ledakan dari Kapal Pesiar Southern Cross, di saat gulungan ombak besar," katanya.

Kapal dapat bersandar kembali setelah tiga jam digulung ombak besar. "Kami kembali Resor Macaroni yang berada di Kepulauan Pagai Selatan," ujarnya.

Saat kapal merapat, mereka kaget melihat sebagian bangunan Resor Macaroni bertingkat dua sudah rusak akibat dihantam ombak saat terjadi gempa dan Tsunami. Banyak rumah di perkampung juga hancur. "Kami tidak ada melihat warga yang berada di sekitar perkampungan Pulau Pagai Selatan," katanya.

Ka Pospol Air Wilayah Padang, AKP Firdaus, mengatakan Kapal Pesiar Freedom III, yang tabrakan dengan Kapal Pesiar Southern Cross, telah kembali ke Kota Padang. "Kapal tersebut telah bersandar di Pelabuhan Bungus, Kota Padang pada Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00 WIB, dengan membawa anak buah kapal (ABK), serta penumpang Southern Cross yang selamat," katanya.

Para ABK Southern Cross mengalami luka bakar pada bagian tangan serta bahu, menjalani perawatan di salah satu rumah sakit. "Sedangkan, wisatawan dari Australia telah dibawa oleh agen perjalanan," kata Firdaus.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/10/27/142930-kisah-perjuangan-freedom-iii-lolos-dari-tsunami

CCTV di Lokalisasi Dolly, untuk Apa?

SURABAYA, KOMPAS.com--Rencana Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, memasang kamera pemantau (closed circuit television/CCTV) di lokalisasi Dolly, dinilai hanya akan mempermalukan orang.

"Untuk apa dipasang CCTV? Jangan, dan itu mempermalukan orang. Persoalannya, ini kan bisnis tubuh, ada yang jual dan ada yang beli. Mereka tahu itu dosa, tapi bagaimana lagi karena yang jual butuh makan," ujar Gus Solah.

Ini ditegaskan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah. Ia malah menanyakan fungsi pemasangan CCTV di kawasan lokalisasi.

"Untuk apa dipasang CCTV? Jangan, dan itu mempermalukan orang. Persoalannya, ini kan bisnis tubuh, ada yang jual dan ada yang beli. Mereka tahu itu dosa, tapi bagaimana lagi karena yang jual butuh makan," ujarnya ketika ditemui di Surabaya, Sabtu.

Kendati demikian, ia mengaku setuju dengan wacana Gubernur Jatim Soekarwo, yang bakal menutup lokalisasi Dolly di kawasan Putat Jaya dan sekitarnya.

"Kalau ditanya setuju atau tidak, saya setuju dengan penutupan itu. Dari dulu sebenarnya sudah dilarang, dan yang saya dengar, gubernur tidak ingin ikut berdosa dengan membiarkan prostitusi dilegalkan," ucap adik kandung mantan Presiden KH Abdurrachman Wahid atau Gus Dur tersebut.

Hanya saja permasalahannya, adalah perkara apa yang akan dilakukan para pekerja seks komersial (PSK) jika nanti usahanya ditutup? Kata Gus Sholah, faktor inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat.

"Sah-sah saja dan saya setuju dengan penutupan lokalisasi, tapi mereka (PSK, red) butuh makan dan ingin hidup. Kalau tempat pekerjaannya ditutup, bagaimana mereka bertahan?" ucap mantan Wakil Ketua Komnas Hak Asasi Manusia tersebut.

Karena itu, pihaknya meminta kepada Pemprov Jatim untuk memberikan lapangan pekerjaan yang baru kepada para PSK, jika nantinya penutupan benar-benar direalisasikan. Ia juga yakin, semua PSK awalnya tidak ada niat dan tidak ingin terjun ke bisnis haram itu.

"Namun, mereka melakukannya demi makan dan bertahan hidup. Jadi, saat pekerjaan mereka ditinggalkan maka harus ada pekerjaan baru dan sudah mendapat jaminan dari pemerintah," tukas pria kelahiran Jombang, 68 tahun lalu tersebut.

Sebelumnya, Gubernur Jatim mewacanakan menutup lokalisasi Dolly dan menyerahkan sepenuhnya ke Pemerintah Kota Surabaya. Namun, Wali Kota Tri Rismaharini mengaku masih akan melakukan pendekatan secara fisik maupun nonfisik terhadap para PSK.

Bahkan, pemerintah juga berencana memasang CCTV di area lokalisasi terbesar di kawasan Asia Tenggara itu.

http://oase.kompas.com/read/2010/10/31/06491234/

Sapi Mati di Sleman Sudah 275 Ekor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sleman, sebagai satu di antara beberapa sentra penghasil susu sapi perah, juga turut terancam karena banyak sapi yang mati akibat letusan gunung Merapi tanggal 26 dan 30 Oktober 2010. Kabid Peternakan Sleman, Ir Suwandi Aziz menjelaskan, ada sekitar 2.000 ekor sapi perah yang ditangani oleh tim dokter hewan, tersebar di tiga desa, yakni Umbulharjo, Kepuhharjo dan Glagaharjo, sebagai daerah yang diprioritaskan untuk mendapatkan penanganan kesehatan hewan.

Hingga saat ini terdata 275 sapi yang mati. Masih ada 12 sapi lagi yang belum sempat dievakuasi karena lokasinya masih cukup bahaya. Dari 275 hewan yang ditemukan mati tersebut berasal dari Pelemsari dan Kaliadem yang terkena dampak awan panas dan debu vulkanik.

Fakultas Kedokteran Hewan UGM membantu penanganan pengungsi dan hewan ternak dengan mendirikan Posko Medik Veteriner Gabungan, untuk membantu penanganan kesehatan hewan korban Merapi. Posko tersebut merupakan gabungan dari FKH UGM, RSH Prof Soperawi, PDHI Yogyakarta dan ADHPHKI dalam kegiatannya melibatkan ratusan dokter hewan yang bekerjasama dengan dinas peternakan Sleman.

Selain mati karena awan panas, sapi-sapi ini terkena radang saluran pernafasan dan pencernaan akibat tercemar pasir serta debu abu vulkanik. Ancaman kematian sapi juga datang karena pasokan pakan ternak dan air terganggu. Pasalnya, pakan hijauan yang ada di sana sudah tercemar debu vulkanik dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan ternak.

Rencananya, tim dokter hewan yang diterjunkan dari FKH UGM ini akan bekerja selama 3 bulan ke depan untuk membantu dinas peternakan Sleman dalam membantu penanganan kesehatan ternak sampai para pemilik ternak bisa kembali ke lokasi rumah masing-masing. Sapi milik peternak yang sudah mati tersebut akan mendapat ganti rugi dari pemerintah dalam bentuk bantuan sapi yang sama.

Drh Kristianti yang bertugas tiap hari di pos penampungan hewan Umbulharjo mengaku, kebanyakan sapi yang ditanganinya sekitar 30-50 persen mengalami luka bakar. Dari hasil pemantauan, jumlah sapi yang ada di penampungan semakin berkurang.
Sebelumnya berjumlah 37 ekor, kini menjadi menjadi 23 ekor. (Humas UGM)

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/22144852/

Inilah Kronologi Letusan Sabtu Dini Hari

JAKARTA, Kompas.com - Berdasarkan laporan Aktivitas Gunung Merapi 30 Oktober 2010 pukul 06:00 – 12:00 WIB dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, DR Surono, dijelaskan hasil pemantauaan setelah Gunung Merapi meletus pada Sabtu (30/10/2010) dini hari.

Dalam surat yang ditujukan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Sleman, Bupati Magelang, Bupati Klaten, dan Bupati Boyolali dijelaskan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 06.00-12.00 WIB, pasca letusan dini hari itu.

Aktivitas kegempaan menurun, yang didominasi oleh gempa guguran. Sampai laporan tersebut disusun, gempa guguran terjadi 131 kali, gempa MP tercatat 32 kali, sedangkan gempa vulkanik sebanyak 4 kali, dan belum nampak adanya awan panas.

Adapun kronologi letusan 30 Oktober 2010 adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 29 Oktober 2010 pukul 19:23, 20:20, 21:40 WIB terjadi awan panas kecil-sedang arah ke Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Krasak.
2. Tanggal 30 Oktober 2010 pukul 00:16 WIB terjadi awan panas besar dengan durasi 7 menit ke arah Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Krasak.
3. Pukul 00:35 WIB terjadi awan panas besar dengan durasi 22 menit ke arah Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Krasak, Kali Boyong.
4. Pada pukul 00:50 WIB terjadi ledakan di puncak. Bola api/letusan vertikal mencapai radius 2 km tampak dari Pos Selo, Jrakah, Ngepos, dan Kaliurang. Ketinggian asap mencapai 3,5 km. Getaran letusan dapat dirasakan oleh penduduk yang beradius 12 km (Desa Srumbung/Barat Daya G. Merapi).
5. Hujan pasir mencapai radius 10 km (Desa Hargobinangun), sedangkan hujan abu dilaporkan terjadi di Desa Krasak Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan bahwa telah terjadi letusan berupa awan panas besar berdurasi maksimum 22 menit. Berdasarkan hasil pemantauan instrumental dan visual, sampai dengan pukul 12:00 WIB tadi menunjukkan aktivitas vulkanik masih tinggi. Status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan pada tingkat Awas (level 4).

Rekomendasi yang diberikan dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi adalah sebagai berikut :

Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi dan status masih ditetapkan pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:
1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunung api yang dapat berpotensi mengganggu jalur penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta.
2. Tidak ada aktivitas penduduk di daerah rawan bencana III, khususnya yang bermukim di sekitar alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi sektor Selatan, Tenggara, dan Barat Daya dalam jarak 10 km dari puncak Gunung Merapi meliputi, Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Gendol dan Kali Woro, Kali Bebeng, Kali Krasak, dan Kali Bedog.
3. Wilayah Kabupaten Sleman, agar tetap berada di pengungsian/daerah yang aman bagi penduduk yang bermukim di desa Purwobinangun (Dusun Turgo, Kemiri, dan Ngepring), desa Wonokerto (Dusun Tunggularum), desa Girikerto (Dusun Ngandong, Tritis, dan Nganggring). Desa Hargobinangon (Dusun Kaliurang Barat, Dusun Boyong, Kaliurang Timur, dan Ngipiksari), Desa Umbulharjo (Dusun Kinahrejo, Pangukreho, dan Gondang), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem. Petung, Jambu, dan Kopeng), Desa Glagaharjo (Dusun Kali Tengah Lor, Kali Tengah Kidul, Srunen, Singlar).
4. Wilayah Kabupaten Klaten, agar tetap berada di pengungsian / daerah yang aman bagi penduduk yang bermukim di Desa Balerante (semua dusun), Desa Sidorejo (semua dusun), dan Tegalmulyo (semua dusun).
5. Wilayah Kab. Magelang, agar tetap berada di pengungsian / daerah yang aman bagi penduduk yang bermukim di Desa Kemiren (Dusun Jambu Rejo dan Dusun Kemiren), Desa Kaliurang (Dusun Sumberejo, Kaliurang Utara, Kaliurang Selatan dan Cepagan).
6. Tidak ada aktivitas masyarakat di sekitar alur sungai meliputi, Kali Bebeng, Kali Krasak, dan Kali Bedog, Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Gendol, dan Kali Woro.
7. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.
8. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awan panas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.
9. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (*)

http://regional.kompas.com/read/2010/10/31/01563353/

Kondom Ini Bisa Dimakan Lho!

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Anda yang penasaran akan rasa kondom ketika dikunyah, saat ini sudah ada kondom yang bisa dimakan. Kondom ini aman untuk dikunyah, bahkan dimakan.

Seperti dikutip dari situs The body, kondom yang dikenal dengan nama edible condom ini terbuat dari bahan yang sama seperti permen kunyah. Dengan berbagai rasa seperti stroberi dan pisang, kondom ini diciptakan memang untuk dimakan. Tak heran jika sebutan lain bagi kondom ini adalah candy condom.

Cara makannya pun tergantung dari kreativitas Anda. Bisa langsung dimakan begitu saja, digigit perlahan sewaktu seks oral, ataupun ditelan bersama sperma setelah sesi bercinta usai.

Tujuan kondom ini diciptakan memang unttuk memberikan sensasi berbeda bagi pasangan yang suka bereksplorasi dalam hal seks.

Sesuai dengan namanya, kelebihan utama yang ditonjolkan oleh kondom-kondom dalam kategori ini adalah novelty atau pengalaman baru yang menyenangkan. Bagi yang gemar bereksperimen saat bercinta, setiap hal baru adalah hal yang menyenangkan dan bisa menghadirkan sensasi tersendiri.

Karena bertujuan untuk menghadirkan sensasi ketika bercinta, fungsi kontrasepsi kondom ini tidaklah maksimal. Jadi Anda jangan berharap banyak soal fungsi kontrasepsi dan pencegahan penyakit seksual dari kondom ini. Dalam kemasannya pun tercantum peringatan yang berbunyi "For Novelty Use Only".

Kondom ini termasuk dalam kategori kondom modifikasi seperti kondom getar, kondom musik, dan kondom glow in the dark. (mic)

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.10.26.17511415

Surono: Kita Tidak Tahu Maunya Merapi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyatakan, sampai saat ini di puncak Gunung Merapi baru nampak titik api, namun lava tersebut belum sampai mengalir atau meleleh keluar, sehingga dikhawatirkan dapat memicu letusan lagi.

"Sampai saat ini kami tidak bisa melihat apakah kubah sudah terbentuk pascaletusan Sabtu pagi ini," katanya di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).

Menurut dia, magma Gunung Merapi di puncak hingga saat ini belum keluar atau mengalir ke lereng Merapi. "Kondisi inilah yang memungkinkan masih akan terjadinya letusan Merapi yang sifatnya eksplosif," paparnya menjelaskan.

Ia menuturkan, kondisi ini menjadi pembelajaran bagi semua, karena segala kemungkinan bisa saja terjadi dengan Gunung Merapi yang berada di perbatasan DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.

"Semua ini pembelajaran bagi semua, semua tidak tahu apa maunya Gunung Merapi itu, semuanya masih sangat mungkin sekali. Karenanya, status 'Awas' masih terus kami tetapkan," katanya menegaskan.

Sultan: jangan menantang
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan telah menerima informasi dari BPPTK terkait kemungkinan tersebut. "Saya memang sudah mendapat informasi dari BPPTK Yogyakarta terkait kemungkinan itu. Untuk itu saya harapkan masyarakat khususnya di kawasan rawan bencana agar dapat lebih waspada," ujarnya.

Menurut dia, pemerintah hanya bisa mengingatkan kepada masyarakat, dan untuk masalah keselamaatan ini semua tergantung masyarakat sendiri.

"Kami hanya bisa mengimbau dan memberitahu kalau ini sangat bahaya, tetapi kalau masyarakat tetap nekat tidak mau mengungsi, ya harus juga siap menanggung akibatnya. Semua tergantung dari diri sendiri," katanya menegaskan.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/19474987/

Lahar Merapi

SLEMAN, KOMPAS.com- Status merapi belum juga diturunkan dari "awas". Gunung Api termuda di Pulau Jawa itu nampaknya belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan aktivitasnya.

Sabtu (30/10/2010) dini hari tadi Merapi bahkan kembali mengeluarkan awan panas dan memuntahkan lahar. Berikut foto-foto yang diperoleh dari kontributor Tribunnews.com, Bramasto Adhy di Kaligendol. Kali gendol adalah tempat saluran lahar yang dimuntahkan merapi.

Kaligendol biasa digunakan warga untuk menambang pasir. Kini aliran sungai ini sudah ditutupi bekas jalan lahar. Lahar sudah mulai mendingin namun masih mengeluarkan asap. Foto diambil sekitar pukul 10.00 WIB.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/17461151/

Ada 75 Juta M3 Lahar di Perut Merapi

JAKARTA, KOMPAS.com- Gunung Merapi masih berpotensi meletus lagi. Di dalam perut Merapi saat ini masih tersimpan 7,5 juta meter kubik lahar.

Berdasarkan keterangan para ahli yang didapatkan Staf Khusus Presiden Bidang Kebencanaan, Andi Arif, letusan Gunung Merapi dalam empat hari ini belum sampai pada puncaknya.

"Ada 7,5 juta kubik lahar di dalam Gunung Merapi, itu menurut ahli," kata Andi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (30/10/2010).

Ia pun belum bisa mengetahui pasti apakah 7,5 juta kubik lahar yang ada di perut Gunung Merapi tersebut akan keluar semuanya atau tidak. "Apakah akan keluar semua saya tidak tahu lah," imbuhnya.

Menurutnya statement bencana itu ada di tangan Kepala BPPTK, Surono. "Tergantung call dari Pak Surono. Kalau dia bilang lebih dari 10 km radiusnya harus ikut. Sekarang callnya 10 km," ujarnya.

Aktivitas Gunung Merapi masih terus dalam status awas level 4 dan belum bisa diturunkan. Tadi pagi Gunung Merapi sudah kembali memuntahkan materialnya dan menyemburkan awan panas atau wedus gembel. (Tribunnews.com/Adi Suhendi)

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/17560375/

Kepulauan Mentawai Akan Tenggelam

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah hingga kini masih menggodok aturan yang melarang warga untuk tinggal di kawasan pesisir Mentawai yang rawan tsunami. Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, mengatakan, relokasi penduduk Mentawai merupakan solusi tepat. Karena, selain rawan bencana tsunami, menurut penelitian, Pulau Mentawai juga akan tenggelam.

"Kalau Mentawai, tidak ada obatnya selain relokasi karena bukan hanya kena tsunami, tetapi pulaunya akan jatuh ke bawah," ujar Andi dalam diskusi polemik "Bencana dan Duka Indonesia" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/10/2010).

Opsi untuk relokasi penduduk Mentawai tersebut, kata Andi, disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat berkunjung ke Mentawai. Namun, opsi relokasi tersebut, menurut Andi, bukan hal yang mudah mengingat sulitnya membuat masyarakat percaya untuk pindah ke tempat yang disediakan nantinya.

"Membutuhkan waktu agar masyarakat percaya karena gempa itu kan masalah iman. Apakah betul akan ada gempa, tsunami, itu masalah iman," katanya.

Sementara itu, relawan bencana Hermawan Sulistyo dalam kesempatan yang sama mengatakan agar pemerintah memperbaiki manajemen penanggulangan bencana terlebih dahulu sebelum memikirkan opsi relokasi penduduk. Menurut dia, manajemen penanggulangan bencana yang ada saat ini masih berantakan karena koordinasi yang kurang jelas.

"Ini masalah manajemennya, di mana-mana demikian, ga usah di Mentawai," ujarnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyampaikan akan merelokasi penduduk pesisir Kepulauan Mentawai ke perbukitan. Pemerintah rencananya membangun 4.000 rumah sementara di perbukitan untuk penduduk pesisir tersebut.

Irwan Prayitno juga menyampaikan bahwa relokasi penduduk tersebut tidak mudah dilaksanakan mengingat sebagian besar penduduk Mentawai bermata pencarian sebagai nelayan.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/13212861/

Korban Tewas Mentawai Sudah 413 Jiwa

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah korban meninggal akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai hingga hari ini Sabtu (30/10/2010) sudah mencapai 413 jiwa.

Data resmi yang dirilis situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 10.00 WIB, jumlah total korban tersebut berasal dari 7 desa di 4 kecamatan dengan rincian 41 orang di Kecamatan Sipora Selatan, 154 orang di Kecamatan Pagai Selatan, 209 di Kecamatan Pagai Utara dan 9 orang di Kecamatan Sikakap.

Korban meninggal yang paling banyak berada di Dusun Sabeugunggung dan Munte, Desa Belumonga, Kecamatan Pagai Utara, masing-masing sebanyak 98 orang.

Sementara itu korban hilang dilaporkan sebanyak 303, dengan korban terbanyak berada di Dusun Sabeugunggung 160 orang. Korban luka berat sama dengan data sebelumnya yaitu 270 orang dan luka ringan bertambah 20 orang menjadi 162 orang.

Berdasarkan laporan BPBD Sumatera Barat, pengungsi yang sudah terdata bertambah menjadi 12.935 jiwa, dengan sebaran 7.784 jiwa di Kec. Pagai Selatan, 3.656 jiwa di Kec. Pagai Utara dan 1.495 jiwa di Kec. Sikakap.

Dua dusun yang paling parah mengalami bencana adalah dusun Munte dan dusun Sabeugunggung, yang terletak di Desa Batumonga, Kecamatan Pagai Utara, dengan jumlah rumah rusak berat masing-masing sebanyak 74 dan 64 unit. Total rumah rusak berat di 4 kecamatan adalah 497 unit, sedangkan rumah rusak ringan sebanyak 204 unit.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/1330402/

Jumat, 29 Oktober 2010

Ribuan Warga Selo Tetap di Pengungsian

BOYOLALI, KOMPAS.com - Ribuan pengungsi dari lereng Gunung Merapi memadati tempat pengungsian akhir di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga Sabtu (30/10/2010) pagi ini.

Ribuan pengungsi itu berasal dari Desa Jrakah, Klakah, dan Lencoh. Mereka menempati barak-barak di Lapangan Samiran, aula kecamatan, masjid, dan gedung dinas pendidikan cabang setempat setelah Merapi meletus dengan suara dahsyat, Sabtu sekitar pukul 01.00.

Menurut Koordinator Tim SAR Barameru Selo, Samsuri, letusan Merapi terdengar sangat dasyat dari pos penjagaan pendakian, Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Api membumbung tinggi ke segala arah.

"Letusan Merapi terjadi sekitar pukul 00.45 WIB terlihat jelas dari Desa Lencoh, sehingga tanda bahaya sirine langsung terdengar dan warga berlarian menyelamatkan diri ke tempat yang aman," kata Samsuri. "Titik api Merapi ke arah atas sehingga ada yang menuju ke sisi utara atau Selo, Boyolali."

Menurut dia, desa-desa sekitar lereng Merapi di wilayah Selo saat ini dalam kondisi lengang karena ditinggalkan warganya mengungsi ke pusat Kecamatan Selo.

Akibat semburan awan panas Merapi tersebut belum dilaporkan adanya korban jiwa, tetapi Tim SAR akan menyisir lokasi jika kondisinya sudah aman.

Sementara, pengungsian juga terjadi di kantor Kabupaten Boyolali yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari puncak Merapi.

Para mengungsi yang memadati kantor Pemkab tersebut sebagian besar warga dari Wonodoyo, Kecamatan Cepogo.

Yuli, warga Boyolali menjelaskan, pengungsi warga Cepogo sudah memenuhi kantor pemkab, sehingga sejumlah jajaran Muspida setempat sibuk mempersiapkan kebutuhan pengungsi akibat bencana Merapi. "Pengungsi kini menempati di pendapa pemkab," katanya.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/05292632/

Merapi Normal Lagi, Kota Yogya Aman

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi Gunung Merapi yang meletus pada Sabtu (30/120/2010) sekitar pukul 01.00, kini mulai berangsur-angsur normal.

Namum, warga yang tinggal di sekitar lereng gunung teraktif di Indonesia itu diminta tetap waspada. Menurut Kepala Pusat Mitigasi Bencana Geologi, Surono, luncuran awan panas Gunung Merapi tidak akan mencapai lebih dari 7 Km dari gunung.

Dengan demikian, katanya, luncuran awan panas tidak akan mencapai Kota Yogyakarta. "Jika warga tidak berada dalam jarak radius kurang dari itu, maka akan aman," kata dia.
Sementara itu, hujan abu dan pasir Gunung Merapi yang menyelimuti hingga Kota Yogyakarta kini mulai normal. Namun, warga diminta tetap waspada dan menggunakan masker sebagai pelindung agar tidak menghirup abu Gunung Merapi dan belerang yang menyengat.

Warga yang sebelumnya panik mendengar dentuman keras Gunung Merapi kini mulai tenang setelah tidak terdengar lagi letusan yang disertai awan pekat. Hany, mereka belum berani pulang ke rumah masing-masing di sekitar Gunung Merapi.

Kemacetan arus lalu lintas di sepanjang Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman, menuju Kota Yogyatkarta sudah tidak ada. Padahal sebelumnya, terjadi kepanikan warga yang ingin menyelamatkan diri ke tempat aman di Kota Yogyakarta.

Gunung Merapi, Sabtu dini hari, selama 21 menit mengeluarkan suara letusan keras dengan mengeluarkan awan panas yang pekat.

Dentuman keras dengan mengeluarkan awan panas berlangsung mulai pukul 00.16 WIB hingga 00.37 WIB. Letusan awan panas terjadi karena suplai magma dari bawah ke atas berlangsung cepat.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/05023261/

Letusan Krakatau Jadi Tontonan Wisatawan

CILEGON, KOMPAS.com — Letusan Gunung Anak Krakatau menjadi tontonan wisatawan mancanegara dan warga sekitar dari bibir Pantai Pasauran, Cinangka, Serang, Banten.

"Saya sengaja datang ke Cinangka untuk melihat letusan Gunung Anak Krakatau, dan melihat sunset di pantai," kata Michael, wisatawan dari Australia, Jumat (29/10/2010).
Menurut dia, letusan GAK jika dilihat dari pantai seperti kembang api dan akrobat pesawat.

"Saya asli Australia, tapi sudah lama tinggal di Jakarta, begitu mendengar informasi Gunung Anak Krakatau meletus dari internet, saya dan istri langsung memesan hotel dan bergegas pergi kemari," katanya.

Sementara itu, Richard (27), secara tidak sengaja datang ke Cinangka pada saat aktivitas gunung itu meningkat.

"Kalau tujuan ke sini hanya ingin menikmati Pantai Anyer, tapi sesampainya di sini, saya mendapatkan informasi dari pihak hotel ada letusan gunung," katanya.
Sementara itu, Rusli, warga Kota Serang, Provinsi Banten, mengaku penasaran dengan letusan gunung itu.

"Saya datang ke sini sejak sore tadi, dan memang betul letusannya terlihat indah," katanya.

Namun sayangnya, pemandangan letusan dan kabut yang keluar dari gunung itu sedikit tertutup awan hitam.

"Tadi siang katanya pemandangannya indah, walau terdengar berisik karena suara dentuman gunung," katanya.

Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Cinangka, Kabupaten Serang, Anton S Pambudi menjelaskan, aktivitas gunung itu berada pada level II atau waspada.

"Kalau dilihat dari bibir Pantai Pasauruan sangat indah, kami tidak melarang mereka sepanjang pada radius antara 3 sampai 4 kilometer dari sumber letusan," katanya.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/29/22191378/

Duh...Aktivitas Anak Krakatau Ikut Meningkat

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Selain Gunung Merapi di Yogyakarta, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Gunung berstatus waspada ini sering mengeluarkan asap yang membumpung hingga ketinggian 600–1500 meter.

Suara dentuman anak Gunung Krakatau ini bahkan terdengar hingga pesisir Pantai Anyer dan Pantai Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Petugas Pemantau Gunung Anak Krakatau, Anton Pambudi, menatakan peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini memang meningkat sejak sepekan terahir. "Statusnya waspada,” kata Anton, Jum’at (29/10).

Dalam sehari, gunung ini tercatat sempat mengeluarkan 117 kali letusan. Saat ini, kata Anton, terdapat kawah baru di sebelah Barat Daya gunung anak Krakatau. “Kawah tersebut muncul di sebelah kawah lama yang meletus pada Oktober 2008 lalu” ungkapnya.

Sikin, salah seorang petugas di Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Cinangka, Kabupaten Serang, mengatakan, suara letusan juga disertai hembusan 56 kali, tremor atau gerakan 102 kali, dan sinar api terlihat dua kali dengan warna putih kelabu menggumpal, vulkanik dangkal 61 kali, serta vulkanik dalam 12 kali. “Ketinggian luapan gumpalan asap mencapai 400 hingga 700 meter” ujar Sikin.

Pos Pemantau Gunung mencatat sejak Juli 2010 lalu telah terjadi aktifitas dari Gunung Anak Krakatau sebanyak 4.228 kali.

Aktivitas gunung itu yakni 717 kali gempa vulkanik dangkal (VA), 2.269 gempa vulkanik dalam (VB), 1 kali gempa tremor, 43 kali, dan 1.181 hembusan. Bahkan Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau ini juga mencatat adanya gempa tektonik di sekitar Perairan Selat Sunda yang mencapai 17 kali.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/10/29/

3 Pelaku Perampokan Berhasil Kabur Dari Kepungan Polisi

JAMBI - Aksi usaha perampokan di siang bolong kembali terjadi di Jambi, tiga pelaku perampokan bersenjata api, berhasil kabur dari kepungan Polisi, meski Polisi sudah menyisir seluruh rumah korban selama dua jam.

Usaha perampokan terjadi menjelang Sholat Jumat dan diduga dilakukan oleh tiga orang pelaku dengan menggendarai dua buah sepeda motor.

Ketiga pelaku diduga sudah kabur terlebih dahulu, setelah aksi percobaan perampokan yang mereka lancarkan keburu diketahui warga, setelah seorang pembantu yang sempat diancam pelaku berhasil meloloskan diri.

Aksi perampokan kali ini terjadi di rumah Yanto Sobirin, pemilik dealer Isuzu Jambi, yang terletak di Jalan Slamet Riyadi, Rt. 10, No. 29, Kelurahan Sungai Putri, Kecamatan Telanaipura, kota Jambi.

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, tiga pelaku langsung mengancam dua pembantu rumah tangga yang ada di dalam rumah dengan pistol dan senjata tajam dan langsung menuju ke lantai atas. (nug)

Asyik Minum, Belalai Gajah Digigit Buaya

KOMPAS.com - Selama ini sering terdengar betapa ganasnya macan atau singa Afrika memburu mangsa seperti kuda, sapi, banteng, kerbau, rusa dan sejenisnya. Atau buaya yang mengintai hewan-hewan sedang minum dekat rawa persembunyiannya.

Tetapi ada kejadian langka yang tertangkap kamera fotografer amatir bernama Johan Opperman (38) ketika mengunjungi Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan. Foto ini dipublikaskan Harian The Sun, 28 Oktober.

Dalam foto itu tampak anak gajah sedang asyik menghisa air rawa dengan belalainya. Tiba-tiba, muncul buaya besar dari dalam rawa langsung menjepit belalai itu dengan gerahamnya yang kuat dan bergigi tajam.

Tarik-menarik antara anak gajah dengan buaya berlangsung beberapa saat. Anak gajah pun memiliki tenaga kuat sehingga mampu menarik buaya itu hingga ke daratan batas rawa.

Anak gajah meraung memanggil keluarganya dan tak berapa lama rombongan gajah datang membantu.

Para gajah itu berusaha menyelamatkan anak dengan meraung dan kakinya menginjak badan buaya. Adegan ini mirip seperti pertarungan antara gajah melawan buaya.

Karena buaya dikeroyok kawanan gajah dan nyawanya terancam, akhirnya mangsa yang sudah di depan mata itu pun dilepaskannya.

Johan mengatakan, kejadian itu di siang hari dan tidak biasanya buaya berani main-main dengan hewan raksasa ini. Sudah bisa ditebak, buaya gagal makan siang. "Saya anggap ini hal sangat langka dan setahu saya, buaya tidak biasanya mencoba untuk menangkap gajah," ujar Johan. (Widodo)

Kamis, 28 Oktober 2010

Korban Tewas Mentawai Hampir 400 Orang

PADANG, KOMPAS.com - Jumlah korban tewas bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat hampir menembus 400 orang. Data terakhir Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdal Ops PB) Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan, korban tewas kini 394 orang, korban luka berat sebanyak 267 orang, dan luka ringan 142 orang.

Tim evakuasi korban gempa dan tsunami tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan evakuasi korban. Kebutuhan yang paling urjen adalah kurangnya sarana transportasi berupa speedboat. Sarana ini akan dipergunakan untuk mendistribusikan bantuan ke empat kecamatan di Mentawai. Tim juga terkendala BBM yang sangat terbatas.

"Selain itu, belum ada dapur umum untuk para pengungsi dan relawan. Padahal jumlah pengungsi mencapai 12.865 yang tersebar di Kecamatan Sipora Selatan, Pagai Utara dan Selatan, serta Sikakap," kata Ade Edward, Manajer Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdal Ops PB) Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (29/10/2010) pagi.

Disebutkan, selain jumlah korban tewas yang terus bertambah, saat ini terdata ada 312 orang yang hilang. Rumah warga yang rusak berat sebanyak 442 unit dan rusak ringan 200 unit. Rumah ibadah 6 unit, sekolah 5 unit, rumah dinas 6 unit, jembatan 5 unit, resort 2 unit, serta kapal 1 unit terbakar.

"Wedhus Gembel" Mengarah ke Magelang

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muntahan awan panas dari letusan Gunung Merapi yang kembali terjadi Jumat (29/10/2010) pagi mengarah ke Magelang. Awan panas atau wedhus gembel kali ini mengarah ke barat, yakni ke Kali Boyong, Kali Krasak, Kali Putih. Petugas pemantauan kegunungapian terus berjaga-jaga dan terus melakukan pencatatan setiap aktivitas Gunung Merapi.

Aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan kembali sejak Kamis sore dengan menyemburkan awan panas ke arah selatan atau Kali Gendol. Letusan itu terjadi selama dua menit, dan awan panas yang muncul menyembur sepanjang dua hingga tiga kilometer mengarah ke Sleman.

Pada malam hari terlihat titik api sebagai tanda terbentuknya kubah lava baru. Terkait masih tingginya aktivitas Merapi, gunung tersebut masih berada dalam status awas. Para pengungsi yang saat ini berada di luar posko-posko pengungsian diminta untuk kembali ke lokasi pengungsian.

Tak hanya itu, tim Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional yang berada di Sleman mengimbau warga agar menjauh dan tidak berada di lereng Merapi mulai radius 5 hingga 10 kilometer.

Merapi Meletus Jumat Pagi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas atau wedhus gembel, Jumat (29/10/2010) pagi sekitar pukul 06.14 WIB. Luncuran awan panas kali ini diperkirakan mencapai 1,5 kilometer ke arah barat.

Awan panas yang menggumpal terlihat dari Dusun Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Saat keluar mulut gunung suhu awan panas bisa mencapai sekitar 600 hingga 1.100 derajat Celcius dan memiliki kecepatan luncur hingga 300 kilometer per jam.

Ini merupakan letusan ketiga sejak Selasa (26/10/2010). Aktivitas Gunung Merapi kembali memperlihatkan peningkatan sejak Kamis sore. Pada Kamis malam sempat terlihat pada malam hari.

Pemakaman Massal Korban Merapi

SLEMAN, KOMPAS.com — Para anggota keluarga korban dan ahli waris berdiri di sisi liang lahat, menangis saat peti-peti jenazah diturunkan ke liang lahat dalam prosesi pemakaman massal korban terjangan awan panas letusan Gunung Merapi di Desa Sidorejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (28/10/2010).

Data terakhir menyebutkan, sebanyak 32 orang tewas dan ratusan rumah di kawasan perkampungan luluh lantak diterjang awan panas letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa (26/10/2010). FIA

http://regional.kompas.com/read/2010/10/28/1756355/

Korban Tewas Mentawai Menjadi 337 Orang

PADANG, KOMPAS.com - BPBD Sumbar mencatat korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Mentawai yang telah ditemukan sebanyak 337 orang.

"Sebelumnya korban meninggal dunia sebanyak 311 orang, namun saat ini bertambah menjadi 337 orang yang telah ditemukan," kata Kabid Penanggulang Bencana BPBD Sumbar, Ade Edwar, Kamis (28/10/2010).

Menurut dia, data tersebut didapat dan dilaporkan BPBD Mentawai kepada BPBD Sumbar pada setiap satu jam.

"Setiap satu jam, BPBD Mentawai memberikan laporan kepada BPBD Sumbar mengenai data korban tewas dan warga hilang," katanya.
Dia mengatakan, warga yang hilang akibat diterjang gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai mencapai 338 jiwa.

"Untuk korban luka berat sebanyak 265 orang, luka ringan 140 orang, dan warga dalam pengungsian sebanyak 4.000 jiwa," katanya.

Sekolah yang rusak sebanyak empat SD dan satu unit gedung SMP, sedangkan fasilitas umum yang rusak antara lain gereja sebanyak empat unit, Puskesmas tiga unit, 426 rumah warga rusak berat, 200 rumah warga rusak ringan, jembatan 10 unit, serta jalan P2D sepanjang 8 kilometer.

Dia mengatakan, dari pulau yang ada di Kabupaten Mentawai tercatat dua pulau yang terparah akibat terjangan gempa dan tsunami, yakni Pulau Pagai Selatan dan Pagai Utara.

Menurut dia, korban pengungsian yang berada di Kecamatan Pagai Selatan Desa Bulasat diperkirakan 2.400 jiwa pada dusun Luranabana, Limoksu, Maonai, dan Moping. Mereka belum mendapatkan bantuan.

"Lokasi tersebut sangat sulit dicapai oleh tim bantuan dan juga disebabkan kekurangan bahan bakar minyak (BBM) untuk menuju tempat tersebut melalui laut," katanya.

Dia menambahkan beberapa daerah lainnya yang berada di Kabupaten Mentawai sudah mendapatkan bantuan oleh Tim Bantuan bagi korban gempa dan tsunami.

"Bantuan terus saja berdatang dari para donatur ke Posko bantuan bencana untuk membantu korban gempa dan tsunami," katanya.

Bantuan yang diterima tersebut telah disalurkan ke Kabupaten Mentawai melalui jalur laut yang diberangkatkan dari Pelabuhan Teluk bayur dan Pelabuhan Bungus, Kota Padang.

Sejak terjadinya gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai, lanjut Ade Edawar, BPBD Sumbar sudah membuka posko bantuan.

"Posko bantuan tersebut berada di Jakarta ada dua tempat yakni Bandara Cengkareng, serta Pelabuhan Tanjung Priok, sedangkan posko di Kota Padang juga ada dua tempat, yakni Bandara Internasional Minangkabu (BIM) Ketaping, serta Pelabuhan Teluk Bayur,serta Pelabuhan Bungus Padang," kata Ade Edwar.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/28/17560581/

Demo Peringatan Sumpah Pemuda Berlangsung Ricuh

JAMBI - Di simpang empat Bank Indonesia di kawasan Telanaipura Jambi, ratusan mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa, Kamis (28/10/2010) siang dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke-82 harus terlibat aksi saling dorong dan saling pukul dengan petugas Polisi.

315 personil kepolisian Polresta Jambi yang di dukung satu SSK Samapta Polda Jambi, juga tampak sibuk mengamankan aksi unjuk rasa yang hari ini dilakukan mahasiswa di beberapa tempat.

Peristiwa tersebut terjadi karena petugas kepolisian melarang para mahasiswa untuk membakar keranda mayat dan ban bekas, yang direncanakan akan dibakar di tengah jalan.

Polisi beralasan, aksi membakar keranda dan ban bekas di tengah jalan inidapat mengganggu ketertiban jalan raya. Mahasiswa yang merasa aksi mereka di intervensi pihak keamanan kemudian mencoba menghalangi petugas dengan membuat barikade tubuh.

Aksi saling dorong dan berlanjut dengan aksi saling pukul dengan pentungan pun pecah di tengah jalan.
Bentrokanpun pecah karena mahasiswa mengingikan agar Polisi melepaskan seorang rekan mereka yang diamankan petugas karena dianggap sebagai provokator,

Tidak terima rekan mereka diamankan petugas, mahasiswa pun kembali bentrok dengan petugas menuntut agar rekan mereka dibebaskan.

Salah satu butir tuntutan dalam orasinya para mahasiswa menyerukan, yakni menuntut agar Pemerintahn SBY - Boediono segera mundur dari jabatannya, karena telah dianggap gagal memimpin Indonesia. (nug)

Rabu, 27 Oktober 2010

Sejumlah Negara Tawarkan Bantuan

PADANG, KOMPAS.com — Negara-negara sahabat dan organisasi internasional menawarkan bantuan penanganan dampak bencana alam di Yogyakarta dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Hal itu terungkap dalam laporan sejumlah pejabat pemerintah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sesaat setelah Presiden tiba di Padang dari Hanoi, Vietnam, Rabu (27/10/2010).

“Pastikan bantuan tepat sasaran, transparan, dan akuntabel.” -- Presiden SBY

Kepala Unit Kerja Presiden Pengawas Perencana Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto melaporkan, Jepang adalah salah satu negara yang menawarkan bantuan. Selain itu, Selandia Baru juga siap mengirimkan berbagai jenis bantuan setiap saat dibutuhkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut Kuntoro, juga telah menyiapkan bantuan yang siap dikirimkan.

Selain menawarkan bantuan, negara-negara sahabat dan organisasi internasional itu juga menyatakan duka yang mendalam.

Pada saat yang sama, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono juga melaporkan bahwa angkatan perang Singapura menawarkan bantuan kapal. Namun, kata Agus, TNI belum memberikan jawaban atas tawaran itu karena masih menunggu perkembangan situasi.

Menanggapi tawaran bantuan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan terima kasih. Presiden berharap, bantuan disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. "Pastikan bantuan tepat sasaran, transparan, dan akuntabel," kata Presiden.

Presiden Yudhoyono hari ini bermalam di Padang. Kamis (28/10/2010) besok, Presiden bertolak ke Kepulauan Mentawai.

Gubernur: Korban Tsunami 311 Orang

JAKARTA, KOMPAS.com — Korban tewas akibat gelombang tsunami di Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, terus meningkat. Hingga Rabu (27/10/2010) malam, tercatat korban meninggal sudah mencapai 311 jiwa. Sementara korban luka 160 orang.

"Korban meninggal 311 dan yang hilang mencapai 410 orang," kata Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.

Irwan mengatakan, sebagian besar korban meninggal adalah warga yang tidak mengungsi saat gelombang tsunami melanda wilayah itu.

Untungnya, kata Irwan, tidak ada korban jiwa di dusun yang terdekat dengan pusat gempa. Sebelum tsunami menerjang, warga Dusun Surat Aban, dusun terdekat di pusat gempa, langsung mengungsi ke pegunungan sehingga tidak ada korban jiwa dari dusun tersebut.

"Sebelum tsunami datang, warga dusun itu sudah mengungsi ke pegunungan," kata Irwan.

Sementara itu, Kepala Pusat Pengendali Operasi BPBD Sumbar Ade Edward mengatakan, saat ini sejumlah bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak sudah tiba di Mentawai. "Dua kapal yang membawa bantuan sudah datang di sana dengan membawa bantuan lengkap," ujarnya.

Saat ini para pengungsi masih berada di tenda-tenda pengungsian dan sebagian lagi ada di rumah-rumah masyarakat yang berada di pegunungan. "Mereka kan memiliki pertanian di pegunungan-pegunungan sehingga saat ini mereka berada di camp-camp yang letaknya di pegunungan," jelasnya.

Saat ini korban tsunami Mentawai membutuhkan pakaian, alas tidur, selimut, alat dapur, dan obat-obatan. "Pokoknya semua mereka butuhkan karena barang-barang yang ada di rumah mereka habis tersapu tsunami," katanya. (Tribunnews/Adi Suhendi)

http://regional.kompas.com/read/2010/10/27/20442148/